Kamis, 27 November 2014
Minggu, 16 November 2014
Jumat, 07 November 2014
ASAL USUL RAJA ROKAN IV KOTO
B U K U S U R A T
P A P A R A N
A S A L U S U L R A J A
D A N H A M B A R A K Y A T
L U H A K R O K A N IV K O T A D A R I
D A H U L U
S E H I N G G A S A M P A I S E K A R A N G I N I
A D A L A H
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka Dalam Buku Ini Terbagi Atas Beberapa Bagian , Maka Setiap Satu
Bagian,
Salah Satu Tentang Raja
Yang Memerintah Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota,
Seperti Yang Akan Datang
.
Terkadang Oleh Kita Yang Dipertuan
Sakti
Nama I B R A H I M Raja Kerajaan Luhak Rokan Iv
Kota, Kepala Kerapatan Rokan .
T A H U N 1192
Alkisah Maka Adalah Dahulunya Luhak Rokan Iv Kota Ini Jatuh Pada Zaman
5,5 Abad Yang Telah
Lalu ,Maka Air Laut Belum Begitu Kering Betul, Masih Ada
Lagi Danau-Danau Yang Besar-Besar Maka
Pada Zaman Itu, Luhak Ini Ada Didiami Oleh Bangsa Sakai Rakyat.
Maka Segala Sakai-Sakai Itu Ada Memperbuat Kampung Pada Tanah Dan Bukit
Yang Tinggi Saja.
No.1. Kampung Tinjau Laut,
Diatas Batu Bulah, Letaknya Antara Rokan Dan Lubuk Bandara Sekarang.
2. Kampung Kota Berhala,
Letaknya Antara Rokan Dan Muara Tibahlah Sekarang.
3. Kampung Parit Batu,
Letaknya Dihulu Siki, Hampir Lubuk Bandara Sekarang.
4. Kampung Bukit Kajang,
Letaknya Sebelah Mudik Lubuk Bandara Sekarang.
Tetapi Segala Sakai
Rakyat Ber-Kampung-Kampung Yang Tersebut Diatas, Tidak Ada Rajanya, Hanyalah
Tua-Tua Dalam Tiap-Tiap Kampung Saja.
Sjahdan Kemudian Dari
Itu, Adalah Kira-Kira 4,5 Yang Telah Lalu, Diam Dikota Bento Tinggi, Kota Itu
Letaknya Dalam Afdeling Lubuk Sikaping Sekarang.
Maka Putri Sangka
Pu
jah Itu Ada Mengadakan Putra Banyaknya 7 Orang, 6 Laki-Laki 1 Perempuan, Dan
Tuannya Laki-Laki Nama (Djulat Djarohsya) Begelar Sultan Sri
Alam. Dalam Beberapa Lamanya, Maka Segala Anak Raja Itu Pun Telah Besar-Besar,
Maka Anaknya Yang Tua (Djulat Djarohsyah) Yang Bergelar Sultan Sri Alam Itu,
Kabarnya Terlalu Gagah Dan Jahat.
Maka Dengan Sebab
Itu, Sultan Sri Alam Terus Merajuk Lalu Pergi Berjalan Meninggalkan Negeri,
Diiringkan Oleh Beberapa Hamba Rakyat Dalam Negeri Itu Laki-Laki Dan Perempuan,
Kabarnya Ada Kira-Kira 30 Kelamin, Maka Sultan Sri Alam Pun Beserta Pula
Istrinya.
Adapun Luhak Rokan Iv Kota Ini
Pada Zaman Itu, Sepanjang Yang Kabarnya Adalah Sedikit Kering, Tetapi Sungai
Rokan Ini Dalamnya Pada Waktu Itu Ada
Kira-Kira 35 Meter, Menurut Bekas Air Pada Batu Dimana Kota Batu Bulan
Sekarang.
Bagian Yang Pertama
Menyatakan Yang
Mula-Mula memerintah Dalam Luhak Rokan Ini, Serta Dengan
Rakyat Yang Bersama Dengan Raja Itu, Yaitu Bergelar Sultan Sri Alam.
Alkisah Maka
Tersebutlah Perkataan Perihal Dari
Mulanya Perjalanan Sultan Sri Alam Akan Masuk Kedalam Luhak Rokbn Iv Kota Ini Maka
Pada Suatu Masa Yang Tersebut Diatas, Maka Sultan Sri Alam Pun Bermohon Pada
Ayah Handanya, Keluar Dari Negeri Kota Bento Tinggi Berserta Dengan Kawan-Kawan
Yang 30 Kelamin Menelusuri Sungai Lalah
Mengilirkan Sampan Dengan
Memakai Beberapa Rakit Dan Perahu Kulit Kaju.
Kemudian Dalam Beberapa Hari Sultan Sri Alam
Mengilirkan Sungai Sumpu ( Sungai Rokan ), Maka Tibalah Pada Suatu
Tempat Pada Sumpu Ini,Suatu Tempat Kejahatanyang Amat Jahat, Sehingga Tidak
Boleh Dilalui Rakit Dan Perahunya Itu, Sebab Disitu Airnya terlalu
Terjun.
Maka Pada Ketika Itu
Sultan Sri Alam Serta Kawan Kawannya Lalu
Berhenti Disana Serta Memperbuat Pondok Dan Bangsal Pada Tepi Sungai Itu.
Maka Pada Waktu
Malam Hari, Maka Segala Kawan-Kawan Sultan Sri Alam Lalu Tiap-Tiap
Malam Membuat Api Besar, Sebab Akan Menerangi Dan Menjaga Rajanya Itu, Maka
Tiap-Tiap Malam Demikian Diperbuat Oleh Kawan-Kawan Dan Pengiringnya Itu.Jadi Pada Waktu Malam
Hari Bendegaran Cahaya Api Itu, Sampai Pada Suatu Bukit yang Sebelah Raja Itu
Bermalam, Serta Kelihatan Semua Batu-Batu Yang Ada Pada Bukit Itu. Sebab Itu
Maka Dinamakan Bukit Itu. Bukit Batu Bederang, Yaitu Batu Benderang Sekarang.
Sjahdan Kemudian Dari
Pada Itu Berapa Lamanya, Maka Sultan Sri Alam Dengan Semua Pengiringnya Lalu
Berjalan Pula Mengilirkan Sungai Sampur Buat Melihat Tempat Mana-Mana Yang Baik Akan
Dibuat Kampung Dan Ladang. Maka Dalam Perjalanan Sultan Sri Alam Itu, Beberapa
Hari Lamanya Maka Tibalah Pada Suatu Tempat Tanah Yang Lebar Dan Datar, Dan Ada
Pula Suatu Tempat Tanah Tinggi Dari Sekelilingnya Itu, Maka Sultan Sri Alam Dengan
Semua
Pengiringnya Lalu Bercuti Pula Disana, Yaitu Pada Tempat Teluk Sembahyang Yang Sekarang. Dalam
Hal Yang Demikian Maka Sultan Sri Alam Lalu Memperbuat Kampung Pada Tempat
Tanah Yang Tertinggi Itu Serta Berladang-Ladang. Maka Dengan Takdir
Allah ( ),
Mereka Itu Pun Mendapat Padi Lebih Dari
Cukupnya Makan. Oleh Sebab Itu Mufakatlah Sultan Sri Alam Dengan Segala
Pengiringnya, Bahasa Tidak Memperbuat Kampung Dan Negeri Pada Tempat Itu.
Sehabis Putus Mufakat/Sepakat Sultan Sri Alamdengan Segala Pengiringnya, Maka Teruslah ( ) Membuat Kampung Dan Negeri Pada Tempat
Itu. Maka Demikian Jalan Kampung Itu
Kampung Sembayang Tinggi. Maka Pada Waktu Itu Didirikanlah Oleh Sultan Sri Alam
Seorang Orang Besar Bergelar datuk Ini Setia.Letaknya
Kampung Itu jalan Sebelah
Mudik sungai Pusu Sekarang.
Sjahdah Dalam Waktu Sultan Sri Alam
Duduk Dikampung
Dan Berladang Di Kota Sembahyang Tinggi Maka Orang-Orang Pun Banyaklah Yang
Datang Dari Lain-Lain Negeri Serta Berdiam Juga Di Kota Sembahyang Tinggi,
Diperhatikan Oleh Sultan Sri Alam Dengan Makanan Yang Cukup. Buat Keadaan Pada Waktu Itu.Dalam Hal Yang Demikian Itu, Maka
Sultan Sri Alam Pun Telah Mengdakan Seorang Putra Laki-Laki. Maka Lama Keadaan
Sultan Sri Alam Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi, Maka Anaknya
Itu Pun Besarlah. Sepajang Kabar Anaknya Itu Telah Berumur 25 Tahun.
Maka Sultan Sri Alam Pun Terus Majikatlah Meninggalkan Dunia.Sepanjang Kabarnya
Sultan Sri Alam Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi Adalah Kira-Kira 41 Tahun,
Maka Ia Pun Terus Mangkat. Demikianlah Halnya Pada Zaman Raja Yang Mula-Mula Di
Tuhak Rokan Yaitu Di Kota Sembahyng Tinggi.
Bagian Ruang Kedua
Menyatakan Raja Yang Kedua
Yang Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Bergelar Tengku Raja Rokan.
Alkisah Maka Tersebutlah
Perkataan Pada Zaman Tengku Raja Rokan Memerintah Dalam Luhak Rokan. Ada Pun
Pada Kemudian Telah Mangkat Ayahnya Sultan Sri Alam, Maka Tengku Panglima Raja
Memerintah Segala Sembahang Tinggi, Serta Lama Beristrikan
Seorang Bangsa Ke Empat Suku.
Sjaidah Dalam 4 Atau 5 Tahun Tengku Panglima
Raja Telah Memerintah Dibelakang Ayahnya, Maka Orang Dikota Sembahyang Tinggi
Bertambah Banyak Juga Serta Bertambah Sukunya Orang Yang Datang Itu.
No. 1. Maka Orang Suku Melayu
Asalnya Datang Dari Padang Panjang, Setengahnya Tinggal Di Rao,
Baru Lalu Ke Luhak Rokan Ketempat Dikota Sembahyang Tinggi.
2. Orang Suku Mandaling
Dan Mais Datang Dari Kota Bento Tinggi, Setangahnya
Berhenti Di Petok Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menempat Ke Kota Sembahyang
Tinggi.
3. Orang Suku Perorang
Asalnya Kelobar Dari Muara Tais, Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan, Menepat Di
Kota Sembahyang Tinggi.
4. Orang Suku Asal nyaduca
Dari Korea Tais, Kemudian Masuk Ke Luhak
Rokan,Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
5. Orang Suku Peliang, Asalnya Dari Padang
Panjang,Kemydian Datang Pula Ke Petok Bagian Lubuk Sikapnya, Kemudian Piundah
Ke Rao Yaitu Langsat Kodok, Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menepat Ke
Kota Sembahyang Tinggi.
6.
Orang Suku Taniago, Datang Dari Padang Panjang, Diam Di Rao Kemudian
Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
Kemudian Telah Berkumpul
Segala Orang Suku-Suku Yang Tersebut Di Atas Ini Ke Kota Sembahyang Tinggi,
Merek Itu Semuanya Berkumpul Dan Berladang, Di Perdatahkan Oleh Tengku Panglma
Raja,Semakin Lama Bertambah Ramai Juga Kota Sembahyang Tinggi.
Ada Pun Dalam Hal Yang
Demikian, Maka Terbitlah Fikiran Tengku Panglima Raja,Tindak Mendirikan
Tofa-Tofa Dalam Tiap-Tiap Suku Yang Tersebut. Sehabis Itu Maka Mufakatan Tengku Palima Raja Dengan Datuk Nan
Setia Serta Orang Tua Dalam Suku Jana Datang Itu, Akan Mendirikan Adat Tua-Tua
Dalam Tiap-Tiap Suku. Sehabis Mufakat Maka Orang Kota Sembahyang Tinggi Berkat
Dan Berjamu Mengangkat Tua Dalam Tiap-Tiap Suku.
Dan Tengku Panglima Raja
Diangkat Gelar Tengku Raja Rokam, Maka Orang Besar-Besar Dalam Kota Sembahyang
Tinggi Pada Zaman Itu Gelarnya.
No . 1. Datuk Nan Setia
2. Datuk Singa
3. Datuk Diraja
4. Datuk Dalam
Kemudian Dari Pada Itu Maka
Dinobat Pula Rulombalang Yang Dipilih Yang Gagah Berani, Maka Gelar Rulombalang
Itu Seperti Dibawh Ini :
No :
1. Gelar Tupang Muara Puja,
2.
Gelarnya Sambal Supih,
3. Gelarnya Tumbang Langit,
4. Gelarnya Elang Laut,
5. Gelarnya Panglima Eping Berantah,
6.
Gelarnya Mata Ludah Dan
7. Gelarnya Sapu Ranta
Adapun Sehabis Orang Kota Sembah Yang
Tinggi Berjamu Mengangkat Tengku Panglima Raja Bergelar Tengku Raja Rokan, Pada
Ketika Itu Mulailah Menanam Dan Mengatur Orang Besar-Besar Da Hulung Balang
Yang Tersebut Diatas Maka Orang Kota Sembahyang Tinggi Memperbuat Kampung Pula
Dua Buah, Satu Bernama Kota Tanjung Sabar Letaknya Di Tepi Sungai Rokan,
Sebelah Kiri Mudik, Berdekatan Sebelah
Mudik Muara Siasam Sekarang. Kedua Kampung Simpang Dua,
Letaknya Disebelah Kanan Sungai Rokan Antara Dengan Sungai Pusu Sekarang. Lagi
Pula Dibuat Satu Kampung Bernama Kota Renan Letaknya Sebelah Kiri Sungai
Rokan. Maka Yang Tersebut Itu Jadi Anak Kampung Kota Sembahyang Tinggi.
Sjaidah Maka Tengku Raja
Rokan Dan Orang Kota Sembahyang Tinggi Pun Bertambah Ramai Dan Makmur. Pada
Ketikaitu Tengku Raja Rokan Mufakat/Sepakat Dengan Orang
Besar-Besar Yaitu Segala Kampung-Kampung Sakai Yang Tersebut Diatas, Yang
Memang Dahulu Kedapata Oleh Ayahnya Sultan Sri Alam. Dalam Luhak Rokan Ini,
Diamuk Dan Dilarang, Supaya Mereka Itu takut Perintah Dan berada
Di Kota Sembahyang Tinggi.
Adapun Yang Mula-Mula
Diserang, Yaitu Kampung Sakai Di Batu Bulan Kedua Kampung Sakai Di Kotas enayang,
Ketiga Kampung Sakai Di Parit Batu, Keempat Kampung Sakai Di Kota
Berjiala Yang Tersebut Pad Permulaan Buku Ini. Dalam Hal Yang
Demikian Segala Sakai Yang Tersebut
Tiada Melawan Dengan Kuat, Hanyalah Mereka
Mengikut Berada Kepada Tengku Raja Rokan
Di Kota Sembahyang Tinggi. Sehabis Hal Demikian Maka Tengku Raja Rokan Pun
Tetaplah Memerintah Di Kota Sembahyang Tinggi, Kemudian Maka Segala Sakai-Sakai
Itu Ruanya Tiada Selang Takut Perintah Pada Raja Melayu, Maka Mereka Itu Pun
Keluarlah Dari Kampung Masing-Masing Pergi Membawa Dirinya Ketanah Seberang,
Sampai Sekarang Ada Lagi Pihak-Pihak Itu Orang Menjadi Sakai Juga Dalam Bagian
Perak (Malaysia Sekarng ).
Oleh Sebab Itu Luhak Ini
Tinggal, Di Diami Bangsa Melayu Saja.
Hatta Tidak Berapa Lamanya
Kemudian Dari Pada Itu, Maka Datanglah Satu Buah Perahu Dari Laut,Nachodahnya bergelar
Pendekar Berkokok,Kepala Dari Perampok Laut. Maka Setiba Pendekar Itu Pun
Singgahlah Dikota Sembahyang Tinggi, Maksutnya Hendak Mengamuk Di Kota
Sembahyang Tinggi. Sampai Disitu Maka Pendekar Itu Tiada Mau Menghadap Raja Disitu, Hanyalah
Kerjanya Mencari Jalan Perkelahian Saja. Apa Bila Malam Hari
Pendekar Itu Naik Ke Kota Sembahyang Tinggi, Lalu Berkokok Seperti Ayam, Serta
Menepuk-Tepukan Tangan Dan Menghimbau Lawan Hendak Berkelahi.
Maka Pada Ketika Itu Seorang Hulubalang Pun Tiada Dibenarkan Melawan Itu
Pendekar, Hanyalah Menanti Ketika Yang Baik Langkah Yang Elok/Baik, Buat
Melawan Itu Pendekar Berkelahi, Sehingga Sampai 7 Hari Lamanya Tengku Raja Rokan Mencari Langkah Itu Tiada Juga Dapat. Sebab
Itu Tengku Raja Rokan Menyuruh 7 Orang Hulubalang Maksut Ke Tapung Di Kota
Sibuaya, Ada Seorang Akan Di Panggil, Bergelar Datuk Ama Pahlawan, Yaitu
Seorang Yang Gagah Berani, Minta Tolong Melawan Pendekar Alam Berkokok
Berkelahi Di Kota Sembahyang Tinggi.
Arkian Maka Tujuh Orang
Hulubalang Itu Pun Teruslah Berjalan Menuju Ke Kota Sibuaya Dengan Menerima
Satu Ekor Anjing. Sampai Mereka Itu Di Bukit Suligi Maka Anjing Itu Pun
Teruslah Berjalan Bertenderlah Pula Dengan Seekor Anjing Dalam Hutan Itu Lalu
Berkelahilah Dimana Tempat Anjing Itu Berkelahi Kedua Anjing Itu Pada Satu
Tabang Pada Bukit Suligi Itu. Oleh Sebab Itu Terdengarlah Oleh Orang Yang 7
Orang Tadi, Terus Di Ikutinya Dimana
Tempat Anjing Itu Berkelahi. Sampai Disitu
Bertemulah Orang Yang 7 Orang Yang Tadi Dengan Tuan Itu Yaitu Bergelar Datuk Godang Tintin. Oleh
Sebab Itu Mengejek Kedua Belah Pihaknya, Dalam Ejekannya Itu Tersebutlah Bahasa
Mereka Itu Suruhan Oleh Tengku Raja Rokan, Disuruh Menjemput Datuk Ama Pahlawan
Akan Dibawa Ke Kota Sembahyang Tinggi, Akan Melawan Pendekar Alam Berkokok.
Ada Pun Datuk Godang
Tintin Datang Itu Berdua Dengan Anaknya Yaitu Asalnya Kepala Negeri Tanjung .
Pada Suatu Fajar. Maka Kata
Datuk Godang Tintin, Janganlah Lagi Dijemput Datuk Ama Pahlawan Itu Biarlah
Hamba Saja Bersama Menghadap Tengku Raja Rokan Buat Melawan Pendekar Alam
Berkokok Itu, Sahut Ketujuh Cetusan Itu, Kalau Datuk Mau Baiklah. Sebab Itulah
Ditetapkan Sekarang Itu Batas Rokan Dengan Kampar Yaitu Di Bukit Kalaran
Anjuran Yang Tersebut Itu.
Maka Datuk Godang Tintin
Dan Ketujuh Orang Cetusan Raja Itu Pun Berjalanlah Ke Kota Sembahyang Tinggi,
Sesampai Ke Kota Sembahyang Tinggi Datuk Godang Tintin Pun Pergi Menghadap
Raja Ke Isatana. Pada Ketika Itu Di Perintahkan Oleh Raja Kepada Datuk Godang
Tintin Bahwa Ada Seorang Pendekar Alam Berkokok Datang Dari Laut Maksutnya
Hendak Berkelahi Dengan Orang Kota
Sembahyang Tinggi, dan Orang Kota Sembahyang Tinggi
Pada Ketika Itu Seorang Pun Tiada Yang Sanggup
Buat Melawan Pendekar Itu. Sebab Itu Kami Minta Pertolongan Pada Datuk.
Jawab Datuk Godang Tintin, Boleh Patik Tuba Melawannya. Kemudian Dari Pada Itu
Segala Kelakuan Pendekar Itu Menghimbau Lawan, Di Ceritakan Oleh Tengku Raja
Rokan.
Sjahdan Sampai Pada Waktu Malam Harinya,
Maka Naiklah Pula Pendekar Alam Berkokok Kedalam Kota Sembahyang Tinggi, Lalu
Berkokok Menghambau Lawan, Maka Dijawablah Oleh Datuk Godang Tintin Dengan
Berkata,
Disini Tiada Orang Berkokok Hanyalah Ayam Yang Pandai, Maka
Terdengarlah Pendekar Alam Berkokok, Ia
Pun Kembali Ke Perahunya, Lalu Tidur
Sampai Pagi Harinya, Setelah Hari Pagi, Pendekar Alam Berkokok Pun Naiklah Pula
Kedarat Dengan Membawa Sebilah Pedang, Lalu Berkata Siapakah Yang Jantan Malam
Tadi, Teruslah Supaya Boleh Berkelahi.
Jawab Datuk Godang Tintin,
Akulah Yang Berkelahi Bajak Dan
Lain Orang Tiada Yang Berani, Sehabis Itu Datuk Godang Tintin Pergi Menghadap
Tengku Raja Rokan, Mengabarkan Bahwa Hendak Melawan Pendekar Itu, Jawab Raja, Baiklah.
Pada Ketika Itu
Pendekar Telah Ada Dihalaman Tengku Raja Rokan Oleh Datuk Godang Tintin
Sebatang Tebu Dan Iapun Dududk Makan Tebu Itu Didepan Pintu, Dan Anaknya Yang
Di Manja Itulah Yang Disuruhnya Berkelahi Dengan Pendekar Alam Berkokok Itu.
Sedang Pendekar Alam Berkokok Berkelahi Dengan Anak Datuk Godang Tintin
Berbalik Kegedung Halaman Kepangkal Halaman, Belum Juga Kena Mengenai Kedua
Belah Pihaknya. Maka Batang Tebu Yang Di Makan Oleh Datuk Godang Tintin Tadi,
Di Lemparkannya Pada Pendekar Alam
Berkokok, Dalam Hal Yang Demikiann Bertarunglah Kaki Pendekar Tadi Pada
Batang Tebu Itu, Sedangkan Ia Terdesak Di Kejar Oleh Anak Datuk Godang Tintin,
Pendekar Itu Pun Kenalah Pada Lehernya Lalu Mati Seketika. Segala Harta
Pendekar Itu Dirampas, Segala Orangnya Disuruh Kembali Dengan Perahunya.
Sjahdan Pada Ketika
Itu Sebagai Pembalasan Jasa Datuk Godang Tintin dan Anaknya Maka
Dibuat Suatu Tali Persahabatan Antara Orang Tangan Datuk Godang Tintin Yaitu
Watas Rokan Dengan Kampar, Pada Bukit Kalaran Anjing Yang Tersebut Diatas Tadi.
Adapun Demikian Dari Pada Itu, Maka Tengku Raja Rokan Pun Tinggal Tetaplah
Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi Dengan Bertambah Ramai Juga Serta dengan
Persediaan Makanan Yang Cukup. Maka Dalam Yang Demikian Tengku Raja Rokan Pun
Mengadakan Seorang Putra, Seorang Laki-Laki Bergelar Sultan Panglima Dalam Dan
Seorang
Perempuan Bergelar Putri Cahaya Intan.
Anaknya Yang Laki-Laki Itu
Adalah Berumur 30 Tahun, Tengku Raja Rokan Pun Meninggal. Dan Kota Sembahyang
Tinggi Pun Di Perintahkan Oleh Anak Sultan Panglima Dalam.
Maka Dalam Sepanjang
Kabarnya Tengku Raja Rokan Memerintah Kira-Kira 73 Tahun, Baru Meninggal.
Bagian Yang Ketiga
Menyatakan Raja Yang
Ketiga Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Sultan
Panglima Dalam, Putra Tengku Raja Rokan Dikota Sembahyang Tinggi.
Alkisah Maka
Tersebutlah Sultan Panglima Dalam Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Dikota
Sembahyang Tinggi. Maka Sultan Panglima Dalam Ada Saudara Seorang
Perempuan Gelar Cahaya Intan .
Sjahdan Berapa Lamanya Dibelakang Tengku Raja Rokan Telah Meninggal,
Maka Anaknya Yang Laki-Laki Itu Di Angkat Orang Menjadi Raja Bergelar Sultan
Panglima Dalam Dan Saudaraya Yang Perempuan Bergelar Putri Cahaya Intan Sehabis
Itu Sultan Panglima Dalam Pun Tetaplah Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi.
Dalam Hal Yang Demikian Maka Sultan Panglima Dalam Kawin Dengan Seorang Bangsa
Keempat Suku Kota Sembahyang Tinggi, Dan Saudaranya Yang
Perempuan Itu Kawin Dengan Seorang
Bangsa Raja Yang Baru Datang. Kemudian Lama Kelamaan Sitti Cahaya Intan Adik
Sultan Panglima Dalam Pun Dapat Anak 3 Orang, Yang Tua Laki-Laki Bernama,
Sipadi, Dan Yang Tengah Bernama Sitti
Intan Dan Yang Perempuan Kecil Itu, Mati Kecil.
Tiada Berapa Lama Istri Sultan Panglima Dalam
Pun Meninggal Juga, Sepajang Kabarnya Adalah Dalam Kira-Kira 30 Tahun Lamanya Ia Memakai Istrinya Itu.
Adapun Kemudian Sesudah Mati Istrinya Sultan
Panglima Dalam Itu Maka Sultan Panglima Dalam Pun Pergi Kawin Ke Kuok Yaitu V
Kota Sekarang, Kepada Anak Datuk Bendahara Kaya, Gadis Jitan Manis. Maka
Sesampai Sultan Panglima Dalam Di Kuok, Maka Iapun Meminang Anak Datuk
Bendahara Itu, Dan Datuk Itu Sukalah Menerima Sultan Panglima Dalam Buat
Tunangan Anaknya Itu, Pada Ketika Itu Orang Sedang Meramaikan Gelanggang Tempat
Menyabung. Maka Datang Pula Seorang Bernama Panglima Kaya Yaitu Orang Datang
Dari Laut, Dan Panglima Kaya Datang Pula Pada Datuk Bendahara Itu, Hendak
Meminang Tunangan Panglima Dalam Itu. Ada Pun Adat Orang Pada Waktu Itu, Barang
Siapa Yang Gagah, Ialah Yang Akan Mendapat.
Oleh Sebab Itu Dikerasilah Oleh Panglima Kaya Hendak Kawin Dengan
Tunangan Sultan Panglima Dalam Itu.
Jadi Keadaan Mereka Itupun
Sama-Sama Menyabung Dalam Gelanggang Itu, Tetapi Dalam Hatinya Hendak ,
Membunuh Salah Seorang. Pada Suatu Hari Kalahlah Ayam Panglima Kaya Oleh Ayam
Sultan Panglima Dalam, Maka Sultan Pamglima Kaya Mau Menbajar Kekalahannya.
Pada Ketika Itu Keadaan Merka Itu Berkelahilah, Tiada Berapa Lamanya Berkalahi
Matilah Panglima Kaya Di Pancung Oleh Panglima Dalam Raja Di Kota Sembahyang
Tinggi.
Sehabis Itu Sultan
Panglima Dalam Pun Lalu Kawin Dengan Gadis Jitan Manis Anak Datuk Bendahara
Itu. Apabila Selasai Kawin Maka Sultan Panglima Dalam Pun, Lalu Itu Kembali Ke
Kota Senbahyang Tinggi Deangan Istrinya Itu.
Lama Kelamaan Maka Sultan
Panglima Dalam Dengan Istrinya Dapat Seorag Anak Laki-Laki Bergelar Tengku
Panglima Raja. Kemudian Telah Besar Anaknya Itu, Maka Di Kawinkannya Dengan
Keponakan Sitti Intan Anak Dari Sitti Cahaya Intan. Adalah Dari Keponakannya
Sipadi Telah Berumur 30 Tahun Maka
Sultan Panglima Dalam Pun Meninggal, Sepanjang Kabarnya Adalah Sultan Panglima
Dalam Memerintah 65 Tahun Lalu Meninggal.
Bagian Yang
Ke Empat
Menyatakan Raja Yang
Keempat Dalam Luhak Rokan, Yaitu Bergelar Sultan Sepedas Padi Keponakan Dari
Sultan Panglima Dalam Dikota Sembahyang Tinggi.
Sjahdan Adapun Dibelakang
Sultan Panglima Dalam Telah Meninggal, Maka Mufakatlah/Sepakat Orang
Besar-Besar Dikota Sembahyang Tinggi Serta Hamba Rakyat Sekalian, Hendak
Mendirikan Raja, Akan Di Ganti Sultan Panglima Dalam. Waktu Itu Adalah Satu
Anaknya Bergelar Panglima Raja Dan Satu Keponakannya Bernama Sipadi. Jadi Dipilih Antara Anak Dan Keponakan,
Sekalian Orang Tua-Tua Dan Orang Besar - Besar Banyak Yang Memilih Keponakan
Sultan Panglima Dalam Akan Dijadikan Raja.
Maka Tengku Panglima Raja Tiada Panjang Bicara,
Sebaba Ia Kawin Dengan Adik Si-Padi. Dalam Hal Yang Demikian Putusan Mufakat/Sepakat
Orang Kota Sembahyang Tinggi, Maka Di Angkat Sipadi Menjadi Raja Dikota
Sembahyang Tinggi Dengan Bergelar Sultan Sepedas Padi.
Adapun
Sultan Sepedas Padi Gagah Benar Dan Selalu Mengamuk Dan Menyamun Dan Mengalakan Beberapa Kampung, Maksutnya Hendak Mengambil
Harta Orang Di Kampung Itu. Adalah Kelakuannya Selaku Orang Merampok. Apalagi Orang Disitu Pada Waktu Belum Beragama Islam Betul Sebagai Sekarang
Ini, Hanyalah Adat Sejarah Melayu Pada Zaman Itu Saja.
Adapun Saudara
Yang Perempuan Dari Sultan Sepedas Padi Yang Kawin Dengan Anak Sultan Panglima
Dalam, Maka Mendapat Anak Seorang
Laki-Laki Bernama Si Alam, Yaitu Keponakan Dari Anak Sultan Sepedas Padi.
Sjahdan Telah Berapa
Lamnya Sultan Sepedas Padi Memerintah Di Kota Sembahyang Tinggi, Maka Datanglah
Seorang Keramat, Kabarnya Bangsa Arab, Datang Dari Aceh Bergelar Sultan
Harimau, Lagi Beragama Islam. Adapun Sultan Harimau Datang
Itu Kabarnya Dua Bersaudara Sama Laki-Laki. Yang Tuanya Bergelar
Sultan Janggut, Itulah Yang Ke Rokan Kanan Yang Meng Islam Kan Orang Rokan
Kanan. Dan Yang Mudanya Itulah Sultan Harimau Yang Masuk Ke Rokan Kiri, Yang
Meng Islam Kan Orang Rokan Kiri.
Maka Adanya Datangnya Itu
Dari Baganapi-Api, Sepanjang Kabar Orang Tua-Tua Setelah Keduanya Sampai Pada
Kualo Sako Yaitu Pertemuan Sungai Rokan Kiri Dan Sungai Rokan Kanan, Maka
Keduanya Pun Bermufakat/Kesepakat Disitu, Siapa Yang Akan Masuk Ke Rokan Kanan
Dan Siapa Yang Akan Masuk Ke Rokan Kiri. Kata Sahibul Hikayat Maka Ditimbanglah
Air Rokan Kiri Dan Kanan Itu. Maka Beratlah Air Rokan Kiri. Jadi Kata Sultan Jenggot, Sultan Harimaulah Yang Akan Masuk Ke
Rokan Kiri. Adapun Sultan Harimau Mudik Itu, Ialah Singgah-Singgah Dimana Kampung Nan Enam
Sekarng, Lalu Meninggalkan Enam Kelamin Temannya Disitu, Itulah Asal Orang
Kampung Nan Enam Sekarang. Kemudian Mudik Juga Sultan Harimau, Lalu Singgah
Diseberang Membuat Tempat Sembahyang Disitu. Sesudah Itu Sultan Harimau Tinggal
Di Kota Sembahyan Tinggi, Lalu Menghadap Kepada Sultan Sepedas Padi.
Maka Sultan Harimau Pun Tinggallah
Bersahabat Dengan Sepedas Padi Dikota
Sembahyang Tinggi
Arkian Maka
Setelah Setahun Dua Tahun Sultan Harimau Tinggal Dikota Sembahyang Tinggi
Bersama Sultan Sepedas Padi, Dan Sultan Harimau Pun Terlalu Homat Kepada Sultan
Sepedas Padi. Oleh Sebab Itu Lembutlah Hati Sultan Sepedas Padi Kepada Sultan
Harimau. Tambah Pula Sultan Harimau Itu Banyak Ilmunya, Jadi Sultan Sepedas
Padi Pun Berguraulah Kepada Sultan
Harimau Segala Ilmu Dunia, Seperti Ilmu Kuat Dan Tahan Kuat Dan
Lain-Lain. Begitu Juga Dengan Rakyat Di Kota Sembahyang Tinggi.
Dalam Pada Itu Maka Sultan Harimau Pun Terus
Mengajar Ilmu Agama Islam, Dengan Mengerjakan Syahadat Dan Sembahyang Lima
Waktu Dan Lain-Lain Perkara Agama Seberapa Bisa Pada Zaman Itu. Mulai Pada
Waktu Itulah Orang Memakai Agama Islam Di Luhak Ini, Sehingga Sampai Saat Ini.
Kemudian Sehabis Orang Kota Sembahyang Tinggi
Masuk Agama Islam, Maka Sultan Harimau Pun Mangkatlah Dengan Sultan Sepedas
Padi, Hendak Membuat Pegawai Agama Yaitu;
Iman, Hatib, Bilal, Dan Mungkin
Jum’at. Dan Sultan Sepedas Padi Pun Sukalah Menerima
Mufakatan/Kesepakatan Itu. Maka Teruslah Sultan Sepedas Padi Membuat Iman,
Hatib, Bilal, Dikota Sembahyang Tinggi. Dalam Hal Yang Demikian Sultan Sepedas
Padi Pun Tetaplah Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi. Maka Ada Sultan Harimau
Itu, Mencari Orang Yang Belum Masuk Islam Juga, Supaya Di Islamkan.
Sjahdan Orang Kota
Sembahyan Tinggi Pun Menerima Mengajari Orang Yang Belum Islam Itu. Dan
Bertambah Ramailah Juga Kota Sembagyang Tinggi, Karena Orang Datang
Bertambah-Tambah Juga Pada Ketika Itu Penuhlah Kota Sembahyang Tinggi Oleh
Orang. Maka Terbitlah Fikiran Oleh Sultan Sepedas Padi Dengan Orang Besar-Besar Dan Rakyat Di Kota
Sembahyang Tinggi, Hendak Menambah Negeri Yang Agak Jauh Sedikit Dari Kota
Sembahyang Tinggi, Supaya Senang Berladang Pada Hutan Yang Lapang. Maka Ketika Itu Putuslah Mufakat
Bahasa Sembahyang Tinggi Akan Di Tinggalkan Dan Akan Membuat Negeri Empat Buah,
Dan Akan Didirikan Orang Besarnya Empat Orang. Dan Di Tentukan Pula Orang Yang
Akan Mencari Tanah Untuk Negeri Yang Empat Itu.
Menurut Keputusan
Mufkat/Sepakat Itu Ialah Iman Akan Pergi Ke Mudik Sampai Rokan. Dan Bilal Akan
Masuk Islam Yang Sekarang Dengan Setengah Mungkin. Sehabis Itu Maka Keempat
Orang Itupun Berjalan Mencari Tanah Yang Akan Dibuat Negeri Itu Masing-Masing
Dengan Halnya.
Sjahdan Setelah Putuskan
Permufakatan/Kesepakatan Itu, Maka Hatib Pun Memudikan
Sungai Rokan Dengan Perahu Bersama Dengan Kawannya Adalah Dua Tiga Orang.
Berapa Lamanya Naiklah Kedarat Seorang Beriman Saidi, Tempatnya Naik Itu, Ialah
Seberang Sungai Kecil Yang Bermuara Ke Sungai Rokan, Yaitu Seberang Negeri
Rokan Yang Sekarang.
Maka Adalah Ia Membawa
Seekor Anjing Naik Kedarat Itu Buat Mencari Tapak Negeri, Mana-Mana Yang Akan
Di Jadikan Negeri. Setelah Sampai Didarat Anjing Itu Pun Menjalak. Apabila
Didengar Oleh Saidi Anjingnya Itu Menjalak, Lalu Dikerjakannya, Sampai Disitu
Dlihatnya Anjingnya Menjalak Sepohon Kaju Yang Di Namakan Orang Gorkan. Waktu
Itu Berfikirlah Saidi Dalam Hatinya, Kalau Begini Halnya, Baiklah Disini
Dijadikan Tapak Negeri, Karena Pada Tempat Ini Adalah Tanahnya Datar Dan Baik
Rupanya. Setelah Itu Maka Saidi Pun Pulang Kenegerinya, Hendak Menyatakan Hal
Itu.
Apabila Selesai
Dipanggilnyalah Orang Dalam Negeri Itu, Buat Menyatakan Sepanjang Pendapatnya
Itu. Segala Orang Dalam Negeri Itu Pun Sukalah Hainya Mendengarkan Perkataan
Saidi Itu. Tidak Berapa Lamanya Dibawahlah Lagi Orang Oleh Saidi Berapa Orang
Kepada Tempat Yang Diperlunya Itu. Sampai Disitu Betulah Rupanya Seperti
Kata-Kata Saidi Itu. Karena Itu Bersuka Hatilah Orang, Dengan Menamakan Sungai
Kecil Itu Sungai Gorkan, Sampai Sekarang Bernama Rokan Saja. Dan Negeri Itu
Dinamakan Orang Kota Rokan Tinggi, Karena Tanahnya Tinggi Dari Pada Tanah Yang
Ada Di Dekat Itu.
Adapun Bilal Yang
Tersebut Diatas Tadi, Mula-Mulanya Sejalan Dengan Rokan Sekarang Ini, Yaitu
Bernama Sungai Siasam Masa Sekarang, Iapun Memudikan Sungai Itu Sampai Pada
Tempat Sungai Iu Bercabang Dua. Disitulah Dilihatnya Sebatang Pohon Asam,
Dengan Mengambil Buah Kaju Itu Buat Di Makannya, Tetapi Adalah Lain Sekali Buah
Kaju Itu, Karena Buah Kaju Yang Di Sebelah Dahan Yang Satu, Betul Asam Rasanya.
Dan Sebelah Hulu Sungai Ini Kita Buat Negeri, Dengan Kita Namai Pilihan, Karena
Buah Kaju Ini Pilih-Pilhan Rasanya, Karena Diulang Beberapa Kali Menjeput
Itu,Karena Penjemputan Sampai Sekarang Pandalian Saja, Dan Sungai Yang Secabang
Lagi Itu Bernama Sungai Pandalian. Oleh Sebab Itu Tetaplah Sudah Disitu Akan
Dibuat Tarak Negeri, Mereka Itupun Mulailah Menebas Disitu, Sehingga Sampai
Pada Suatu Rawang. Ditengah Rawang Itu Terlihatlah Oleh Seorang-Orang Sepatang
Tebu, Lalu Diamil Oleh Orang Itu, Tebu Itu Lalu Di Makan. Apabila Dilihat Oleh
Kawan-Kawannya Hal Itu, Lalu Mengambil
Tebu Itu Pula, Sehingga Sampai 7 Orang Yang Memekan Tebu Itu, Dan Tebu Itu Pun
Habislah. Tetapi Tebu Sudah Tentu Apabila Di Ujung Itulah Yang Kurang Manisnya,
Jadi Orang Yang Mendapat Penghabisan Sekali Tidaklah Mendapat Tebu Manis. Oleh
Sebab Itu Berkatalah Orang Yang Memakan
Tebu Yang Jadi Ujung Itu; Adapun Aku Ini Mendapat Tebu Pucuknya, Kalau Begitu
Beserta Tuan-Tuan Suka, Jadikanlah Aku Ini Pucuk Pula. Setelah Didengar Orang
Banyak, Sukalah Hati Mereka Itu Buat Menjadikan Orang Yang Satu Itu Pucuknya.
Dua Tiga Hari Kemudian D K Itu Disana.
Adapun Mungkin Yang
Tersebut Diatas Ini, Iapun Juga Memudikan Sungai Siasam.
Tetapi Pada Suatu Tempat Yang Ada Air Berbuny Iberdebau-Debau, Singgahlah Ia
Disitu Dengan Memandang Akiridan Kanan, Sedang Ia Memandang Itu Berkatalah
Kepada Orang Kawannya, Bahwa Tempat Itu Baik Akan Tempat Membuat Kampung. Oleh
Sebab Itu Menebaslah Semua Orang Itu, Buat Dijadikan Tapak Negeri. Jadi Setelah
Sudah Negeri Itu, Dinamakan Negeri Itu
Sikerbau, Karena Menurut Bunyi Air Itu.
Adapun Imam Yang
Tersebut Diatas Ini, Lebih Dahulu Sbelum Ia Berjalan, Ia Berkata-Kata Dengan
Sultan Harimau, Menanyakan Perjalanan Sultan Harimau Itu. Sekalian Cerita
Sultan Harimau Itu Fahamlah Sudah Oleh
Imam Itu Sekaliannya. Sesudah Itu Imam Pun Hilirlah Dengan Sebuah Perahu, Sampai Ia Pada Suatu Tempat Yang Ada Baik
Rupa Tanahnya Dengan Datarnya. Disitulah Imam Itu Membuat Tapak Negeri Dengan
Menebas. Serta Negeri Itu Dinamai Kota Kecil, Karena Negeri Itu Masih Kecil
Saja.
Sjahdan Pada Berapa
Lamanya Selesai Masing-Masing Menebas Tempat Negeri Itu, Maka Sekalian Mereka
Yang Tersebut Di Kampunglah Kembali Ke Kota Sembahyang Tinggi Menghadap Sultan
Sepedas Padi. Maka Pada Ketika Itu Sultan Sepedas Padi Dengan Orang
Besar-Besar, Imam Hatip Sekalian Bermufakat/Sepakatan Hendak Mendirikan Datuk
Andiko Atau Hasir Raja Empat Orang, Yaitu;
- Seorang Di Negeri
Rokan, Yang Dibikin Oleh Hatip Tersebut Diatas,
- Seorang Datuk Di Pandalian.
- Seorang Datuk Di Sikibau Dan.
- Seorang Datuk Di Kota Kecil
Setelah Setuju Permufaktan/Kesepakatn Itu Maka
Andiko Yang Tersebut Didirikan Pada Ketika Itu Oleh Sultan Sepedas Padi, Maka
Yaitu :
Di Rokan Bergelar
Datuk Bendahara Muda.
Di Pandalian Bergelar
Datuk Bendahara Sakti.
Di Sikebau Bergelar Datuk
Bendahara Raja
Di Kota Kecil
Bergelar Datuk Bendahara Hitam Atau Bendahara Muda.
Sehabis Itu Orang Pun
Berjamu-Jamu Makan Minum Di Kota Sembhyang Tinggi. Kemudian Setelah Selesai Itu
Jamoban Maka Orang Kota Sembahyang Tinggi Pun Pindahlah Pada Negeri Yang Empat
Yang Di Perbuat Oleh Imam, Hatip, Bilal, Dan Mungkin Yang Tersebut Diatas.
Hatta Maka Diteriakan
Orang Pula Keadaan Dan Kelakuan Orang-Orang Kota Sembahyang Tinggi Pada Waktu
Akan Bercerai Itu, Meninggalkan Kota Sembahyang Tinggi, Akan Pindah Pada Negeri
Yang Empat Yang Diperbuat Oleh Imam, Hatip, Bilal, Dan Mungkin Yang Tersebut
Diatas Ini, Maka Pad Ketika Itu Orang Kota Sembahyang Tinggi Terlalu Huru Hara,
Karena Akan Berbagi-Bagi. Maka Segala Orang Laki-Laki Dan Perempuan Semuanya
Menangis, Sehingga Bersesak-Sesak Ke Istana Segala Mereka Itu,
Dengan Berimpun-Impunlah Segala Mereka Pada Suatu Kuala Sungai Kecil, Dengan
Menangis Dan Menatap Jugalah. Dengan Takdir Allah Jatuhlah Kedalam Sungai Itu
Satu Orang Yang Membawa Gulung Tikar, Lalu Menjadi Batu, Dinamakan Orang ( Batu
Gulung Tikar ). Dan Sungai Itu Bernama ( Sungai Peratapan ) . Karena Tempat Orang
Bertapa Distu.
Adapun Setangahnya
Meratap Dan Menangis Pula Dengan Berpusu-Pusu Segala Orang Itu Sampai Pada
Suatu Sungai Kecil Yang Dinamakan Orang Sungai Pusu. Adapun Sebabnya Sungai Itu
Sampaisekarang Bernama Sungai Pusu Ialah Karena Itu Orang Menangis Dan Meratap
Hal Keadaannya Berpusu-Pusu Kesitu.
Sehabis Itu Sekalian Pun Teruslah Berjalan
Masing-Masing Menuju Ke Negeri Yang Di Maksutnya. Setengahnya Mudik Ke Rokan
Tinggi, Setengahnya Lari Kekota Kecil, Setengahnya Mudik Ke Pandalian,
Setengahnya Mudik Ke Sikerbau. Oleh Sebab Hal Yang Demikian, Mulai Dari Zaman
Yang Berbuat Sampai Sekarang, Luhak Rokan Ini Dinamakan Orang Rokan Iv Kota,
Sebab Empat Kota Yang Mula-Mula Diperbuat Oleh Orang Kota Yang Empat Itu Di
Samakan Hak Dan Kuasanya Dari Dahulu Sampai Sekarang Ini.
Adapun Orang Mula-Mula
Pindah Ke Negeri Rokan Tinggi, Yaitu Seberang Negeri Rokan Yang Sekarang
Ialah :
(1) Raja, Yaitu Sultan Sepedas Padi Dengan
Ahlinya.
(2) Suku Melayu.
(3) Suku Mais Dan Mandailing.
(4) Suku Bendang.
(5) Suku Taniago.
(6) Suku Petopang.
Adapun Orang Yang Mula-Mula
Pindah Ke Negeri Pandalian, Yaitu :
(1) Suku Petopang.
(2) Suku Mais.
(3) Suku Mandailing.
(4) Suku Kuti.
(5) Suku Peliago.
(6) Suku Melayu.
(7) Suku Taniago.
Adapun Orang Yang Mula-Mula
Pindah Ke Negeri Sikebau, Yaitu :
(1) Suku Petopang.
(2) Suku Madailing.
(3) Suku Melayu.
(4) Suku Kuti.
Adapun Orang Mula-Mula Pindah
Ke Negeri Kota Kecil, Yaitu :
(1) Suku Melayu.
(2) Suku Mandailng.
(3 ) Suku Petopang
Tetapi Sebagai Orang
Yangtiga Suku Ini Kekota Kecil Dalam Empat Atau Lima Bulan Lamanya, Maka
Bertemulah Pula Dengan Kaum Orang Rupanya, Minang Sudah Berladang-Ladang Juga
Disitu.
(1) Suku Peliang Temenggung Alam Beratus,
Berladang Di Padang Sirajung.
(2) Suku Taniago Pihak Nenek
Rangkajorando Berladang Di Kubu Sopan Pada Sungai Ngaso.
(3) Suku Nan Seratus Berladang Di Palamaran Di
Hulu Siki.
Jadi Pada Seketika Itu Sekalian Orang Yang
Tiga Suku Yang Datang Dari Kota Sembahyang Tinggi, Bahasa Mereka Itu Akan
Berkumpul Di Kota Kecil. Jadi Pada Ketika Itu, Orang Yang Tiga Suku Yang
Tersebut Pindah Pula Ke Kota Kcil. Jadila Suku Oang Di Kota Kecil Enam Suku,
Maka Inilah Suku Nan Enam Di Kota Kecil.
Sjahdan Apabila Anak
Siap Bertunggu Negeri Empat Yang Tersebut Diatas Ini, Maka Datuk Yang Berempat
Serta Tua-Tua Suku Yang Tersebut Berkampung Kembali Menghadap Sultan Sepedas
Padi Dikota Rokan Tinggi, Buat Mufakat/Kesepakatan Akan Mendirikan Penghulu
Tiap-Tiap Suku Dan Hulubalang Dan Pegawai, Yaitu Imam, Hatip, Dan Bilal.
Sehabis Mufakat Itu, Orang Dan Suku Sepedas Padi Pun Mendirikan Penghulu Pada
Tiap-Tiap Suku Dalam Negeriyang Empat Dan Hulubalang Dengan Pegawainya,
Sehingga Sampai Sekarang Ganti Berganti, Dinegeri Yang Empat Yang Tersebut Di
Atas.
Hatta Telah Selesailah
Negeri Yang Empat Yang Tersebut Diatas Didirikan Oleh Penduduknya, Maka
Sultan Sepedas Padi Pun Tetaplah Memerintah Di Atas Datuk Yang Berempt,
Berkedudukan Di Kota Rokan Tinggi Bersama Dengan Saudara Dan Keponakannya Yang
Tersebut Pada Permulaan Buku Ini.
Adapun Sultan Harimau
Turut Juga Pindah Ke Kota Rokan Tinggi
Bersama Dengan Sultan Sepedas Padi.
Sjahdan Pada Waktu Itu Adalagi Satu Banjar Dalam Sungai Pusu Yang Belum Lagi
Islam Orangnya. Oleh Sebab Itu Maka Sultan Harimau Pun
Dipersembahkanlah Kepada Suatu Sepedas Padi Hendak Pergi Ketempat Itu. Dan
Sultan Sepedas Padi Pun Izinkan . Kemudian Dari Pada Itu Sultan Harimau Pun
Menjalankan Juga Mengilirkan Dan Memudikan Sungai Pusu Itu, Mencari Orang Yang
Belum Islam, Rupanya Tiada Lagi. Oleh Sebab Itu Sultan Harimau Bertemu Dengan
Sesuatu Sungai Yang Kecil Dan Berkuala Pada Sungai Pusu Itu, Sebelah Kiri
Mudik. Dengan Demikian Itu Sungai Kira-Kira Satu Tanjung, Sultan Harimau Pun
Lalu Naik Kedarat Dengan Membawa Satu Bilah Senjata Namanya Lembing Dan Satu
Tasbih. Kira-Kira Delapan Depan Sultan Harimau Kedarat, Sultan Harimau Pun
Sembahyang Pada Tempat Itu. Dalam Sembahyang Itu Sultan Harimau Pun Gaiblah Pada Tepat Itu.
Akan Senjata................
Akan Senjata Dan Tasbih
Yang Di Bawanya Itu, Tinggalah Pada Tempat Itu. Dengan Sebab Itu Heranlah
Mereka-Mereka Tadi, Serta Di Carinya Sekaliling Tempat Itu Tiada Bertemu Lagi.
Sehabis Itu Maka Kawan-Kawannya Itu Pun
Terus Kembali Ke Kota Rokan Tinggi, Serta Di Sebarkannya Kabr Itu Kepada Sultan
Sepeadas Padi.
Akan
Senjatadan Tasbih Yang Di Bawanya Itu, Tinggal Pada Tempat Itu. Dengan Sebab
Itu Heranlah Mereka Tadi, Serta Dicarinya Sekeliling Tempat Itu Tiada Lagi
Ketemu. Sehabis Itu Maka Kawan-Kawannya Itupun Terus Kembali Ke Kota Rokan
Tinggi, Serta Dipersembahkannya Kabar Itukepada Sultan Sepedas Padi.
Arkian Maka Kembalilah
Kepada Sultan Sepedas Padi Yang Memerintah Di Kota Rokan Tinggi Serta Dengan
Negeri Yang Empat. Tiada Berapa Lamanya, Sultan Sepedas Padi Pun Sultan Lalu
Meninggal. Maka Tinggalah Keponakan Laki-Laki Yanng Bernama Sialam Saudara Sitti Intan Dan Dua Keponakannya Perempuan
Telah Berumur Kira-Kira 23 Tahun, Ialah Yang Tinggal Memerintah Di Kota Rokan
Tinggi. Adapun Sultan Sepedas Padi Kabarnya Memerintah Ada Kira-Kira 53 Tahun
Baru Berpulang Keramatuloh. Maka Tersebutlah Negeri Kota Kecil Akan Di Ubah
Hanya Dengan Negeri Lubuk Bendahara.
Telah 4 Atau 5 Bulan
Lamanya Negeri Kota Kecil Telah Di Diami Orang Pada Suatu Hari, Maka Pergilah
Dua Datuk Bendahara Itu Mandi Pada Pangkalannya Dengan Membawa Seorang Anaknya.
Tiba Pada Pangkalan Itu, Terlihat Olehnya Pada Tepi Air Itu Sehelai Tikar. Sebentar
Itu Juga Di Letaknya Anaknya Pada Tikar Itu, Serta Iapun Mandi Dan Berenang Dan
Menyelam Nyelam Sedang Ia Mandi Itu, Anaknya Itu Pun Rupanya Sudah Hilang
Dibawa Oleh Tikar Tadi. Taulah Ia Bahwa Yang Tadi Bukan Tikar, Hanyalah Seekor
Ular Yang Berbahaya Ular Bidai.
Setelah Berkumpulah Orang
Sekalian Mencari Anaknya Itu, Tetapi Tiada Dapat. Oleh Sebab Itu, Maka Negeri
Kota Kecil Beralih Nama Menjadi Lubuk
Bendahara, Karena Anak Datuk Bendahara Hilang Dibawa Oleh Ular Bidai Tadi
Kedalam Lubuk Pada Pangkalan Datuk Bendahara Itu.
Demikianlah Hal Nya Luhak
Rokan Dalam Di Perintahkan Oleh Sultan Sepedas Padi Yang Meninggal Di Kota
Rokan Tinggi.
Bagian Yang Kelima
Menyatakan Raja Yang
Kelima Yang Merintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Bergelar Sultan Gementar Alam
Bersenajam Di Kota Rokan Tinggi.
Sajhdan Adalah
Kira-Kira 4 Bulan Di Belakang Sultan Sepedas Padi Telah Meninggal, Maka
Terbitlah Fikiran Pada Datuk Andiko Yang Berempat, Hendak Meninggal Si Alam
Menjadi Raja Adat Raja-Raja Memegang Luhak Dan Negeri, Supaya Di Pakaikan Dalam
Negeri Adat Dan Pakaian, Supaya Sempurna Adat Raja Pendaulatan, Orang
Besar-Besar Nan Andiko Dalam Luhak Rokan Iv Kota Ini.
Maka Dengan Sebab Itu
Berkumpulah Datuk Datuk Yang Berempat Di Kota Rokan Tinggi Serta Segala
Penghulu Yang Di Bawanya Buat Mufakat/Sepakat, Buat Menobatkan Sultan Alam
Menjadi Raja Menggantikan Mamaknya Sultan Sepedas Padi. Dalam Hal Yang Demikian
Putuslah Mufakat Datuk Andiko Yang Berempat, Bahwa Si Alam Akan Di Nobatkan
Menjadi Raja. Maka Orang Pun Bersiaplah Segala Alat Nobat Itu. Pada Ketika Itu
Mufakat/Kesepakatan Datuk Andiko Yang Berempat Buat Mencari Kerbau Satu Ekor
Satu Negeri Akan Di Persembahkan Pada Raja, Maka Dapatlah Kerbau 4 Ekor. Waktu
Mempersembahkan Kerbau Itu.
Raja Mengadakan
Pula Kerbau Tiga Ekor. Jadi Jumlah Ada Kerbau 7 Ekor. Habis Itu Orang Empat
Kota Pun Kerelat Dengan Memotong Kerbau Yang 7 Ekor Itu, Menobatkan Sultan
Gementar Alam. Pada Ketika Itu Tetaplah Si-Alam Menjadi Raja Dalam Luhak
Iv Kota Kota Dengan Bergelar Sultan Gmentar Alam. Itulah Permulaan Raja Dalam
Luhak Rokan Yang Dinobatkan Oleh Besar-Besar Waktu Mengangkat Raja. Sebab
Itulah Menjadi Adat Sampai Sekarang Menobatkan Raja Diangkat Dalam Luhak Rokan
Iv Kota. Begitu Juga Adat Pusaka Raja Pada Orang Besar-Besar Dan Pusaka Orang
Besar-Besar Pada Raja. Itulah Yang Jadi Teladan Sampai Sekarang.
Adapun Waktu Orang Iv
Kota Berelat Mengangkat Sultan Gementar
Alam Naik Nobat Itu, Panggilannya Sampai Ketapong Dan Ke Kampar, Sampai Ke Rao
Mandailing Dan Lain-Lainnya. Kemudian Selesai Perelatan Itu Sultan Gementar Alam Pun Tetaplah Memerintah
Dalam Luhak Rokan Iv Kota Dengan Selamat Serta Hamba Rakyatnya. Lama Kelamaan
Sultan Gementar Pun Dapat Sakit Lalu Meninggal. Adapun Sultan Gementar Alam
Tiada Meninggalkan Anak Atau Keponakan
Sebab Itu Putuslah Raja Dalam Luhak Rokan, Tinggalah Negeri Pada Orang
Besar-Besar Saja. Sepanjang Cerita Orang
Yang Menceritakan, Sultan Gementar Alam Lamanya Memerintah Ada Kira-Kira 31
Tahun Baru Mininggal. Demikian Hal Pada Waktu Sultan Gementar Alam Memerintah
Luhak Rokan Iv Kota.
Bagian Yang
Keenam
Menyatakan Prihal
Sultan Menjadi, Raja Yang Keenam Memerintah Luhak Rokan Iv Kota, Yaitu Raja
Yang Di Jemput Pagar Rujung. Itulah Raja Di Luhak Rokan Yang Mula-Mula Di
Angkat Bergelar “ Yang Di Pertuan Sakti.
Maka Tersebutlah
Prihal Sultan Mahjudin Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Menggantikan
Almarhum Sultan Gementar Alam Yang Tersebut Pada Bagian Yang Ke Lima Diatas
Ini.
Arkian Maka Adalah
Dibelakang Sultan Gementar Alam Telah Meninggal Di Kota Rokan Tinggi, Madalah
Orang Iv Kota Pada Waktu Itu Seperti Ayam Tiada Berinduk Lagi, Karena Rajanya
Telah Meninggal Dengan Tiada Meninggalkan Warisan Seorang Jua, Hanyalah Yang
Tinggal Orang-Orang Besar Saja. Oleh Sebab Itu Mufakat/Sepakat Semua Orang
Besar-Besar Di Kota Rokan Tinggi Dan Semua Orang Besar-Besardi Luhak Rokan
Serta Imam Hatip Bilal Dan Hamba Rakyat Sekalian, Yaitu Hendak Pergi Menhadapi
Raja Ke Pagar rujung, Maksut Hendak Meminta Seorang Ahli Raja Pagar
Rujung Itu, Akan Di Bawa Ke Kota Rokan Tinggi, Serta Akan Dijadikan Raja,
Menggantikan Raja Rokan Tinggi Yang Telah Tengang Bertengang Tersebut Diatas,
Dari Dahulu Sampai Zaman Itu. Kesudahannya Putuslah Mufakat/Sepakat Mereka Itu
Bahwa Akan Menjemput Dan Mencari Orangnya Yang Akan Pergi Membawa Utusan Pergi
Ke Pagar Rujung Itu, Maka Dapatlah Orang Yang Akan Pergi Itu Yaitu :
Satu Orang Dari Suku
Melayu Pokomo Di Rokan Tinggi.
Satu Orang Dari Suku
Mais Di Rokan Tinggi.
Satu Orang Dari Suku
Bendang Di Rokan Tnggi.
Satu Orang Dari Suku
Taniago Rokan Tinggi.
Negeri Pagar Rujung, Maka Sekalian Orang Besar-Besar Pun Carikan
Belanjaan Mereka Yang Akan Berjalan Itu.
Akan Belanja-Belanja Itu Ialah Di Mintai Iyuran Pada Anak Buah Dalam
Negeri Yang Empat. Setelah Cukup Uang Belanja Mereka Yang Akan Berjalan Itu,
Maka Orang Yang Lima Tersebut Diatas Lalu Berjalan Menuju K Negeri Pagar
Rujung.
Adapun Jalan
Utusan Yang Pergi Ke Pagar Rujung Itu,
Itulah Perjalanan Melalui Luhak Rao, Berhenti Di Kota Bento Tinggi, Pada Negeri
Asalnya Raja Yang Dahulu, Disitu Mereka Berhenti 2 Atau 3 Hari Lamanya. Dari
Situ Mereka Melalui Negeri Bonjol Sekarang Dan Bukit Tinggi Sekarang Dan Raja
Kumbuh Sekarang Batu Sangkar Sekarang Dan Lalu Ke Sungai Terab. Disitu Mereka
Menhadap Bendahara Disitu Dengan Menerangkan Maksutnya Itu Yang Di Bawanya Dari
Kota Rokan Tinggi. Dan Bendahara Itu Pun Menerima Dengan Baik Dan Suka Sebagai
Mana Maksut Yang Di Kabarkan Oleh Semua Utusan Dari Kota Rokan Tinggi.
Sjahdan Pada Ke
Esokan Harinya Bendahara Sungai Terab Pun Lalu Membawa Utusan Dari Rokan Tinggi
Itu Menghadap Raja Di Pagar Rujung, Serta Mempersembahkan Sekalian Maksutnya
Utusan Orang Rokan Tinggi Itu. Sehabis Itu Bendahara Sungai Terab Mempersembahkan
Maksutnya Itu, Raja Pun Membiarkan Asa-Asa Maksut Utusan Orang Dari Kota Rokan
Tinggi Itu.
Oleh Sebab Itu, Raja
Pagar Rujung Menyuruh Seorang Keponakanya Yang Bernama “ Mahjudin ‘’ Berangkat
Ke Kota Rokan Tingi Bersama Dengan Utusan Yang Di Sebut Itu. Kemudian Kira-Kira 8 Hari Lamanya. Utusan Itu Di
Pagar Rujung, Maka Mereka Itu Pun Hendak Memohon Kembali Serta Membawa
Keponakan Raja Pagar Rujung Yang Bernama Mahjudin Itu Ke Kota Rokan Tinggi.
Pada Ketika Itu Raja Pagar Rujung Terus Memberi Izin Kepada Keponakannya Nama
Mahjudin Akan Pergi Bersama Utusan Yang Datang Dari Kota Rokan Tinggi Dengan Di
Bekali Harta Pusaka, Supaya Menjadi Tanda Bagi Belahan Raja Kerajaan Pagar
Rujung. Adapun Tanda Dan Harta Pusaka Itu, Yaitu,
1 Buah Jap Dari Dahulunya Sampai
Sekarang, Yang Ada Juga Lagi Disimpan Di Istana Kerajaan Rokan Sekarang,
1 Satu Buah Pantan Dari Emas Dan Hamba Setangga,
Artinya 1 Kelamin
1 Buku Tabu, Itulah Asalnya
Orang Nan Seratus Dahulunya.
Maka Harta Inilah Yang Tiada
Asal Ketururan’’ Sultan ( Iskandar Julkarnaini )’’. Serta Pula Raja Itu
Beramanat Kepada Keponakannya Dan Utusan Itu.
Apabila Kamu Sampai Ke Kot Rokan Tinggi,
Di Angkatlah Mahjudin Bergelar’’
Yang Di Pertuan Sakti’’, Dan Pangkatnya Pun Di Turunkan Kepada Keponakannya.
Karena Mahjudin Dapat Pangkat Dari Aku, Dan Mahjudin Itu Keponakan Ku. Apalagi
Dapat Pusaka Kita Asal Dari Perpatih Nan Sebatang. Dan Adalah Mahjudin Itu
Pihak Raja Di Kampung Tengah.
Sjahdan Sehabis
Mahjudin Dan Utusan Itu Menerima Harta Pusaka Dan Amanat Itu, Maka Mereka Itu
Pun Berjalan Kembali Menuju Ke Kota Rokan Tinggi. Maka Tiada Berapa Lamanya,
Maka Mahjudin Dan Utusan Itu Pun
Sampailah Ke Kota Rokan Tinggi. Maka Orang Rokan Tinggi Pun Menyambut Mahjudin
Dengan Bunyi-Bunyian Serta Dengan Berapa Suara Hati Sebab Dengan Kedatangan
Raja Demikianlah Perjalanan Utusan Itu, Selamatlah Sampai Kembali Ke Rokan Tinggi.
Hatta Maka Tiada Berapa Lamanya
Sultan Mahjudin Tiba Di Kota Rokan Tinggi, Maka Datuk Yang Berempat Dan Orang
Kota Rokan Tinggi Pun Mufakat/Sepakat Serta Bersiap Hendak Mengangkat Sultan
Mahjudin Naik Nobat Bergelar Yang Di Pertuan Sakti Di Kota Rokan Tinggi. Adapun
Pada Ketika Peralatan Itu Datuk Nan Berempat Mempersembahkan Tiap-Tiap Orang
Seekor Kerbau Cukup Dengan Alat-Alat Perkakasnya, Dari Raja Sendiri 1 Ekor
Kerbau. Dan Lagi Persembahan Lain-Lain Orang 2 Ekor. Raja Pada Ketika Itu Orang
Memotong 7 Ekor Kerbau.
Sjahdan Setelah Lengkap Sekali Perkakas Peralatan Itu, Maka Orang Negeri Yang Empat Pun Berkumpul Di Kota Rokan
Tinggi, Serta Melangsungkan Peralatan Itu Lamanya 3 X 7 Hari. Maka Pada Hari
Yang Keempat Belas, Sultan Mahjudin Pun Di Angkat Bergelar Yang Di Pertuan
Sakti Menjadi Raja Negeri Yang Ke Empat, Taluknya Di Kota Rokan Tinggi.
Arkira Takala Sultan Mahjudin Sudah Di Angkat Jadi Yang Di
Pertuan Sakti Di Kota Rokan Tinggi, Maka Pada Ketika Itu Yang Di Pertuan Itu
Menetapkan Dan Memperbaiki Semua Aturan Pangkat Orang-Orang Besar Dan
Penghulu-Penghulu Hulubalang Dan Pegawai. Dan Ditetapkan Oleh Yang Di Pertuan,
Datuk Andiko Yang Berempat
Menjadi Besar Nan Empat Di Balai, Seperti Aturan Di Pagar Rujung, Atau Datuk
Andiko Yang Berempat Yang Di Bawa Raja,
Serta Mendirikan Penghulu-Penghulu Pucuk Dan Mati Dan Bitarnnya, Hulubalang Dan
Pegawainya Dalam Negeri Yang Empat.
Oleh Sebab Itu Datuk Andiko Yang Berempat Disamakan Hak
Dan Kuasanya Masing-Masing. Demikian Lagi
Berkuasa Raja Akan Mendirikan
Seorang Menteri, Gunanya Akan Mengulas Dan Menyabung Raja. Pangkatnya Sepanjang
Adat Pada Waktu Itu Ialah Adik Raja, Kakak Andiko, Artinya Akan Menyambung Dan
Membantu Kewajiban Raja Diatas Orang Besar-Besar.
Kemudian Sehabis
Selesai Pelantikan Penobatan Yang Di
Pertuan Sakti Mahjudin, Dan Selesai Pula Yang Di Pertuan Itu Dari Menatak Dan
Mengatur Ke Depan Pangkat Orang-Orang Besar Yang Tersebut Diatas, Maka Sekalian
Datuk-Datuk Dan Penghulu-Penghulu Yang Pun Kembali Kepada Negeri
Masing-Masing Serta Dengan Hati-Hati Mengikuti Yang Dipertuan Sakti Baru Di Angkat Itu.
Setelah Dua Tahun
Lamanya Yang Di Pertuan Memerintah Iv Kota, Maka Pada Suatu Hari Timbulah Suatu
Ingatan Dalam Hati Yang Di Pertuan Hendak Beristri. Sebab Itu Di Kumpulkannya
Oleh Yang Di Pertuan Sekalian Datuk Andiko Yang Berempat Dan Sekalian Penghulu,
Setelah Berkumpul Sekaliannya Di Katakannya Niatnya Itu. Tetapi Yang Kami
Sembahkan Kepada Duli Jikalau Sekiranya Tuanku Hendak Menambil Keponakan
Patik-Patik Ini, Patik Harap Hendaknya, Boleh Jadi Ganti Kemana Dulu Turun
Temurun Sampai Kepada Hari Kemudian,Tetapi Kalau Kita Buat Seperti Itu, Tentulah Di Halangi Oleh Adat Kita
Berpatih Nan Sebatang, Karena Sepanjang Adat Kita Itu, Suku Turun Kepada
Keponakan. Dalam Pada Itu Tengku Lebih Maklum. Maka Titah Yang Di Pertuan; Hal
Itu Tidak Jadi Sangkutan, Sebab Dahullu Ada Kaum Kita Juga Dari Pagar Rujung
Yang Datang Ke Sini Bersama Dengan Orang Suku Bendang. Dalam Pihak Itu Yang Di
Namakan Bendang Sebelah Raja; Sebab Sepihak Itu Berkaum Dengan Raja Takala Di
Pagar Rujung. Ada Pun I Pagar Rujung Raja Terbagi Atas Tiga Pihak :
(1) Raja Di Kampung Gundam.
(2) Raja Di Kampung Tengah.
(3) Raja Di Balai Jingga.
Maka Raja Yang Tiga Pihak Itu Biasa Ambil-Mengambil. Sebab Menurut
Aturan Itu, Maka Boleh Pula Di Ambil Perempuan Yang Dalam Bendang Yang
Di Namakan Bendang Sebelah Raja Itu. Maka Ketika Itu Segala Nazir-Nazir Dan
Orang-Orang Besar Di Kota Rokan Tinggi Menerima Dengan Suka. Pada Ketika Itu
Perempuan Suku Bendang Sebelah Raja Itu Pun Di Jemput Oleh Kerabat Penghulu Di
Kota Rokan Tinggi Ada Pakaianya Raja Mengambil Istri. Maka Sesampai Mereka Itu
Di Istana Yang Di Pertuan Maka Yang Di Perbuat Ikatan Oleh Raja Dan Orang-Orang
Besar Demikian Bunyinya.
Pada Hari Ini Keponakan
Temenggung Sudah Aku Ambil Akan Jadi Istriku, Bila Ada
Anak Menjadi Ganti Ku, Karena Perempuan Jan Aku Ambil Ini, Boleh Semata-Mata
Keponakan Temenggung, Hanya Asalnya Kau
Mulanya Turunan Kami Juga Takala Di Pagar Rujung. Oleh Sebah Itu Maka Tetaplah
Anakku Itu Menggantikan Aku Jadi Raja Dalam Rokan Iv Kota Ini, Serta Turun
Temurun Sebelah Keponakannya Juga, Karena Istri Ku Ini Kaum Di Rajakan Juga.
Demikian Yang Akan Di Genggam Dan Di Pegang Oleh Wazir Dalam Yang Empat Ini. Sebab
Itu Sekalian Orang-Orang Besar Pun Terus Menghadap Yang Di Pertuankan, Serta
Demikianlah Perempuan Itu Dengan Yang Di Pertuan, Dengan Adat Yang Berkawin.
Maka Dalam Yang
Demikian, Maka Yang Di Pertuan Pun Tetaplah Di Atas Tahta Kerajaan Dua
Kaki Istri, Lama Kelamaan Yang Di Prtuan Dengan Istrinya Itu Perputra 3
Orang, Yaitu 1 Laki-Laki Dan Dua Perempuan. Maka Yang Tuany Laki-Laki Bernama
Lahit, Dn Yang Kedua Perempuan Bernama Intan Semato, Dan Yang Perempuan Lagi
Bernama Intan Sudi. Maka Segala Anaknya Itu Telah Besar-Besar, Yang Tua Berumur
Kira-Kira 28 Tahun, Datanglah Takdir Allah Subahanahu Wata’ala Maka Yang Di
Pertuan Itu Pun Meninggal. Maka Tinggalah Semua Anaknya Itu Di Kota Rokan
Tinggi, Dengan Segala Orang Besar. Ada Pun Yang Di Pertuan Itu Me Erintah Adalah Kira-Kira 42 Tahun
Sampai Waktu Meninggalnya.
Dekianlah Hal Kerajaan
Luhak Rokan Waktu Di Perintah Oleh Raja Yang Ke Enam, Bermula Bergelar Yang Dipertuan Sakti Nama
Mahjudin Yang Datang Dari Pagar Rujung Yang Tersebut Di Atas.
Bagian Yang Ke Tujuh
Menyatakan Perihal Keadaanya Raja
Yang Ke Tujuh Yang Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Bergelar Yang Di
Pertuan Sakti Nama Lahit, Anak Sebelah Keponakan Dari Yang Dipertuan Sakti Nama Mahjudin.
Arkia Dalam Seratus Hari
Dibelakang Yang Dipertuan Sakti Nama Mahjudin Telah Meninggal, Maka Mufakatlah/Sepakat
Datuk Andiko Yang Ber-Empat Akan Mengangkat Lahit Menjadi Raja Dalam Luhak
Rokan Iv Kota Bergelar Yang Dipertuan Sakti Menggantikan Kerajaan Ayahandanya
Dalam Negeri Rokan Tinggi.
Kemudian Setelah
Semufakat/Sepakat Datuk Yang Berempat Dan Penghulu Yang Di Bawanya, Maka Orang
Yang Empat Kota Pun Bersiaplah Apa Kelengkapan Senjata Menangkat Raja Naik
Nobat. Setalah Siap Segala Alat
Kelengkapan Yang Tersebut, Maka Orang Pun Berrehatlah/Istirarat
Di Kota Rokan Tinggi Lamanya Tiga Kali Tujuh Hari, Serta Dipakaikan Pakaian
Segala Raja Naik Nobat, Yaitu : Dalam Tujuh Hari Itu Diarahkan Diatas
Perarakan Yang Bernama’’ Gunung
Berangkat ‘’ Serta Dipukulkan Bunyi-Bunyian Seperti Gung Dan Gendang, Dngan
Gndang Nobatnya. Maka Pada Ketika Itu Dinobatkan Pula Pajur Cembur-Cembur
Seperti Adat Raja Yang Di Nobatkan. Maka Pada Ketika Itu Semua Orang-Orang
Besar Pun Ingatlah Dan Raja Memakai Adat Berraja-Raja, Yaitu Daulat Raja Di Jun
Jung Andika, Orang-Orang Besar Di Tamai Oleh Raja. Mana-Mana Adat Di Isi, Lembaga Dituangi Oleh
Raja Orag-Orang Besar Sekalian. Kemudian Apabila Selesai Daripada Peralatan
Mengangkat Raja Itu, Maka Segala Orang Besar Pun Kembali Masing-Masing Ke
Negerinya.
Hatta Maka Tiada Berapa Lamanya Dibelakang
Itu, Maka Yang Dipertuan Itupun Mufakat/Sepakat Dengan Datuk Benadahara Rokan Tinggi Serta Penghulu Juga Dibawanya
Bahasa Akan Memandaikan Orang Kota Rokan Tinggi Membuat Negeri Seberang Kiri
Mudik Sungai Rokan, Bertentangan Dengan Rokan Tinggi Itu, Yaitu Sebelah Hilir
Kota Negeri Rokan Sekarang, Sebab Disitu Tebingnya Ada Rendah Senang/Bagus
Tempat Mengambil Air Dan Mandi, Dan Kota Rokan Tinggi Itu Tebingnya Tinggi
Susah Buat Ke Sungai. Maka Pada Ketika Itu Datuk Bendahara Dan Penghulu
Menerima Dan Suka.
Sebab Itu Orang Kota Rokan Tinggi Pun Pindah Di Seberang Membuat Negeri
Baru, Serta Di Tamankan Negeri Baru Rokan Itu, Maka Disitulah Yang Dipertuan
Membuat Istana Yang Panjangnya 12 Depa/Meter, Bengunanya Pakai Beranjung Yang
Dinamakan ’’ Gajah Maharam
‘’. Kemudian Di Atur Pula Rumah Datuk Bendahara, Penghulu, Hulubalang
Dan Pegawai Dalam Kota Itu. Apabila Siap Segala Rumah-Rumah Yang Tersebut, Orng
Pun Tetaplah Pada Negeri Yang Baru Itu
. Dan Yang Dipertuan Pun Tetap Memerintah Diatas Tahta Kerajaan. Dalam Yang Demikan Yag Dipertuan
Pun Berkawin Dengan 2 Orang Perempuan, Bangsa Keempat Suku Dalam Negeri
Rokan Yang Tersebut. Maka Yang Dipertuan
Dan Tiadalah Mendapat Seorang Anak Juga. Maka Di Ceritakan Pula Semua Hal Icihal
Saudara Perempuan Yang Dipertuan, Yang 2 Orang Tersebut Dahulu. Maka Saudara
Pertuan Yang Bernama Intan Semato Pada
Ketika Nobat Yang Pertuan Itu, Ia
Digelar Permaisuri, Dan Yang Bergelar
Intan Sudi Digelari Hajo Siti. Adapun
Permaisuri Itu Berkawin Dengan Seorang Bangsa Raja Nama Ukuh Datang Dari Pagar
Rujung Bergelar Sultan Halifata’ilah Dan
Disebut Orang Sultan Di Di Kota Bungo Tanjung. Maka Permaisuri Itu Ada
Mengadakan Dan Di Sebut Putra Yaitu 2 Laki-Laki Dan
(2) Perempuan, Yang Tua Perempuan Nama Si Umah,
Nomor 2 Laki-Laki Nama Selo, Nomor 3 Perempuan Nama Suadi,
Nomor 4 Laki-Laki Nama Gudimat .
Adapun Permaisuri
Dengan Suaminya Sultan Rokan, Tetaplah Di Negeri Rokan Dengan
Bersama Saudara Yang Pertuan Sakti Nama Lahit Semua Anaknya Permaisur Itu.
Adapun Najo Siti Dengan
Suramnya Sultan Halifata’ilah Di Suruh Oleh Yang Dipertuan Sakti Diam Kenegeri
Lubuk, Serta Disuruh Memerintah Dibawahnya Dan Menjaga Apa-Apa Hal, Di Negeri Lubuk Bendahara Tersebut.
Arkian Maka Tiada Lamanya Najo Siti Dengan Suaminya Sultan
Halifata’ilah, Maka Negeri Lubuk
Bendahara Itu Pidahkan Kesebelah Kiri Mudik, Yang Dinamakan Orang Kampung Bungo
Tanjung, Dinamai Juga Lubuk Bendahara.
Dalam Hal Yang Demikian Bungo
Tanjung Makin Bertambah Ramai Juga, Dan Orang Pun Berladang-Ladang Hampir
Sungai Dua Sekarang, Sehingga Tanjungnya Sampai Kepada Suatu Bukti Uwung Saja.
Karena Susah Tetap Berladang Itu,
Terbitlah Fikiran Sultan Halifata’ilah Dengan Sultan Nan Enam Di Kota Bungo
Tanjung Hendak Berladang Masuk Tanah Sungai Dodo, Tetapi Tanah Itu Pada Masa Itu Terpegang Oleh Raja Keponakan.
Pada Ketika Itu Pergilah 2 Orang Utusan Dari Sultan Halifata’ilah Dan Sultan
Nan Enam, Yaitu 1 Orang Nama Suku Dan
Seorang Nama Lain, Pergi Hendak Meminta Dan Membeli Tanah Sungai Dua Itu Kepada
Raja Kepenuhan.
Maka Raja Kepenuhan Pun Kasihkan Tanah Sungai Dua Itu Pada Orang Suku Nan Enam
Dikota Bungo Tanjung Serta Di Bayar Dan Balas Oleh Oleh Suku Nan Enam Dikota Bungo Tanjung Dan
Sultan Halifatailah Dengan
Semufakatn/Kesepatan Yag Dipertuan Sakti Lahit Di Rokan, Yaitu Seolah Pohon
Dari Emas Dan Satu Gading Dan Bersertadan
Atas 20 Real Akan Perbalas Tanah
Sungai Dua Itu. Pada Masa Itu Terbelahlah Tanah Sungai Dua Pada Orang Suku Nan
Enam Di Kota Bungo Tanjung. Setelah Itu Tenanglah Orang Kota Bungo Tanjung
Berladang Pada Tanah Sungai Dua Yang Tua Itu.
Kemudian Dari Pada
Itu Tiada Berapa Lamanya Maka Sultan Halifata’illah Pun
Beristri Pula Seorang Perempuan Bangsa Raja Dari Kuato. Oleh Sebab Itu Terbit
Pergaduan Diantara Raja Siti Dengan Suaminya Sultan Halifata’ilah.
Pada Suatu Hari Datanglah Kerapatan Di Kota Bungo Tanjung Pada Sultan Halifata’illah Hendak Mendamaikan
Perselisihan Antara Laki Istri Itu. Maka
Sesampainya Pengkhulu Itu Keistana Sultan Halifata’ilah Maka Persembahan
Seorang Bergelar Raja Mangkuto,
Minta Di Adili lah Istri Kedua Raja
Itu. Maka Seorang Halifata’ilah Pun Melempar Raja
Mangkuto Dengan Tempat Sirih, Kena Giginya Tanggal Dua Buah. Maka Segala/Semua
Penghulu Pun Turunlah Dari Istana Itu. Maka Sesampainya Penghulu Itu
Ke Istana Sulta Califata’ilah Maka Bersembahlah Orang Bergelar Datuk Mangkuto,
Minta Di Adili Hak Istri Kedua Itu . Maka Sultan Chalifata’ilah Pun Melempar
Raja Mangkuto Dengan Tempat Sirihnya
Giginya Tanggal Dua Buah. Maka Semua Penghulu Pun Turunlah Dari Istana Itu.
Sjahdan Pada Malam
Harinya Istri Sultan Halifata’ilah Yang Berelar Maji Siti Itu Pun
Semufakt/Sepakat Dengan Semuan Orang–Orang Besar, Siapa Yang Suka Hendak Lari
Keegeri Rahban, Pada Malam Itu Juga Siti Pun Lari Bersama-Sama Dengan Hamba
Rakyat Ada Kira-Kira Seperdua Dari Orang Kota Bungo Tanjung.
Kepalanya Dalam
Keempat Suku Yang Pergi Itu Ialah Dalam
Suku Melayu, Seorang Sambutan Bendahara Bergelar Sri Paduka. Dalam Suku Paling
Ialah Raja Mangkuto, Dalam Suku Mandailing Gombo Raja. Pendeknya Dalam Tiap
Suku Adalah Orang Yang Pergi. Tetapi Datuk Bendahara Dan Penghulu Masih Ada
Tinggal Di Kota Bungo Tanjung. Sesampainya Majo Siti Dengan Semua Rakyat Itu Di
Luhak Rambah, Majo Siti Pun Berkawan Dengan Yang Dipertuan Sakti Raja Rambah.
Sjahdan Kemudian
Sesudah Majo Siti Dengan Orang Yang Mengiringkannya Pergi Ke Luhak Rambah,
Tiada Berapa Lamanya Maka Orang Kota Bungo
Tanjung Pun Dengan Sultan Halifata’ilah Berpindah Memperbuat Kota Ujung Batu
Tinggi, Letaknya Diantara Lubuk Bendahara Dan Ujung Batu Sekarang, Tiada Berapa
Lamanya Sultan Halifata’ilah Duduk Di Kota Ujung Batu Tinggi, Maka Sultan
Halifata’ilah Pun Meningal.
Maka Kembalilah
Cerita Kepada Yang Dipertuan Sakti Yang Tinggal Semacam Di Negeri Rokan,
Bersama Saudaranya Yang Tersebut Diatas.
Adapun Pada Zaman
Itu, Maka Banyaklah Tambah Orang-Orang Yang Datang Masuk Luhak Rokan Ini, Serta
Memperbuat Kampung Disebelah Bagian Japang Kiri Dan Japang Kanan, Serta Di Atur
Pula Oleh Yang Di Pertuan Itu Orang-Orang Besar Dan Kepala-Kepala Kampung
Sebagaimana Keadaan Kampung Masing-Masing. Tetapi Sekalian Orang-Orang Besar
Itu Dan Kepala Tiap-Tiap Kampung Yang Tersebut Itu, Semua Mereka Itu Ialah
Pangkatnya Dibawah Datuk Andiko Atau Wazir Yang Berempat Yag Tersebut Diatas.
Karena Sekalian Mereka Itu Hanyalah Meminta Tanah Ulayat Dan Sukunya Kepada
Raja, Yang Memang Lebih Dahulu Di Angkat Oleh Datuk Yang Berempat. Oleh Sebab
Itu Wajib Atas Sekalian Orang-Orang Besar Dan Kepala-Kepala Kampung Yang Lagi
Akan Datang Itu Menerima Dan Mengikut Apa-Apa Aturan Dan Adat Yang Di Aturkan
Raja Luhak Rokan Yang Telah Semufakat/Sepakat Dengan Datuk Andiko Yang
Berempat. Maka Adalah Hal Masing-Masing Memperbuat Kampung Seperti Yang Terbuat
Dibawah Ini.
Maka Ceritakanlah
Prihal Datuk Maharaja Gagah Kepala Kampung Tangkulio Sekarang, Waktu Dahulu
Takala Mereka Itu Akan Meminta Suku Dan Waktu Akan Memeperbuat Kampung Itu. Ada
Pun Pihak Datuk Maharaja Gagah, Ialah Asal Dari............... Waktu Yang
Dipertuan Sakti Nama Lahit, Raja Yang Ketujuh
Dalam Luhak Rokan Ini, Menetaplah Ia Kedalam Pada Suatu Tempat Tanah, Yaitu
Pada Suatu Sungai Kecil, Yaitu Sungai Tangkulio Sekarang, Seketika Itu Mereka
Itu Disana, Maka Iapun Terus Memperbuat Banjar Dan Ladang. Dalam 2 Tahun
Lamanya Mereka Itu Tinggal Pada Tempat Itu, Maka Barulah Ia Datang Pada Raja
Dirokan Buat Meminta Sukunya, Yaitu Maharaja
Gagah, Halnya Adalah Seperti Di Bawah Ini.
Pada Suatu Hari
Hilirlah 3 Orang Berakit Dengan Membawa Tanah Seperti Tebu Dan Pisang Dengan
Pohonnya Dan Sirih Dengan Akarnya Dan Perkakas Masak Sama Sekali Dengan Berbatang-Batang Dibawanya Itu,
Sesampai Dinegeri Rokan, Tidaklah Lagi Ia Ke Mana-Mana, Hanyalah Ia Masuk
Saja Kr Istana Raja Sebelah Dapur.
Disitu Ia Membuat Api, Karena Ia Kedingina. Apabila Dilihat Hamba Raja Hal Itu
Maka Hamba Raja Pun Mengadu Pada Tuannya. Sebentar Iru Juga Disuruh Raja
Panggil, Tetapi Belum Juga Orang Itu Datang, Karena Katanya Ia Tiada Berkain.
Oleh Sebab Itu Diberilah Oleh Raja Ia Sepesalin Pakaian. Setelah Ia Beroleh
Kain Itu, Iapun Membawa Sekalian Persembahkan Itu Kepada Raja; Apa Maksutmu
Datang Kemari ?
Sembah/Tanya Orang Itu; Adapun Kami Datang Dari Hulu Sungai Ini, Minta
Tanah Padda Suatu Tempat. Selaras Sungai Kecil Yang Berkuara Pada Sungai Besar, Dan Sungai Besar Itu
Bermuara Pada Sngai Sumpur Ini,’’ Baiklah, Tetapi Hendaklah Tuan-Tuan Isi Adat
Tuang Limbago. Senbah/Tanya Orang Itu, Tidaklah Dapa Oleh. Sesampai Ke Istana
Dipersembahkan Kerbau Dan Uang Yang Dua Puluh Ringgit Dan Semua Alat Berkakas
Itu Kepada Raja. Sehabis Itu Yang Diperbuat Pun Menyuruh Memotong Kerbau Itu,
Serta Dijamu Semua Isi Neger. Pada Ketika Itu Di Karuniailah Oleh Yang
Dipertuan Sakti Suatu Sungai Japang Yang Selah Kiri Sumpur, Yaitu Sungai Yang
Terbesar Dimudik Negeri Rokan, Kepada Mentawai Dan Kaumnya, Yaitu Tempat Akan
Memperbuat Kampung Dan Berladang Semenjak Itu Sungai Dinamakan Sungai Mentawai,
Karena Sungai Itu Diminta Oleh Orang Yang Bernama Mentawai. Dan Si Mentawai Itu
Diberi Pangkat Orang Besar Raja, Bergelar Datuk Raja Mentawai. Sebab Itulah
Yang Kuasa Selaras Sungai Mentawai. Tetapi Pangkatnya Itu Dibawah Datuk Andiko
Yang Berempat Kota Jug. Sjaidah Setelah Selesai Dari Perjamuan Mengangkat Datuk
Raja Mentawai Yang Di Minta Itu, Maka
Datuk Raja Mentawai Pun Kembali. Sesampai Datuk Raja Mentawai Ke Sungai Mentawai, Iapun Membuat
Kampung Pada Satu Tempat Dekat Air Bersimpang Dua, Hampir Sama Besarnya, Sebab
Itu Dinamakanlah Kampung Itu Kampung Simpang. Di Kampung Itulah Datuk Raja
Mentawai Diam/Tinggal Dengan Semua Kaumnya Sehingga Sampai Sekarang Ini.
Kemudian Kampung
Simpang Itu Bertambah-Tambah Juga Ramainya. Oleh Sebab Itu Datuk Raja Mentawai
Memperbuat Anak Kampung Pula Yaitu ;
(1) Bernama Kampung Sungai Niu. (20) Bernama
Kampung Tanjung Belit.
(2) Bernama Kampung Kubu Dianou.
Maka Tiap Kampung Yang Tersebut
Memperbuat Oleh Datuk Raja Mentawai Kepala Kampung. Maka Kepala Kampung Sungai
Niu Bergelar Bendahara Sakti, Dan Kepala Kampung Tanjung Belit Begelar Datuk
Maharaja Dan Kepala Kampung Kubu Dianau Bergelar Melintang Kapar. Tetapi Ketiga
Kampung Tersebut Diatas Ini Telah Ditinggalkan Orang Dan Telah Berpindah
Kekapar Kanan, Sekarang Masih Ada Lagi Pihak Orang Itu Di Muara Takus. Adapun
Datuk Raja Mentawai Tetap Juga Di Kampung Simpang. Kemudian Dari Pada Itu Tiada
Berapa Lamanya Datuk Raja Mentawai Yang Bernama Si Mentawai Pun Meninggal, Dan
Di Gantikan Oleh Keponakan Bernama Somat. Maka Digantikan Oleh Keponakanya
Bernama Laidin. Maka Ialah Datuk Raja
Mentawai Yang Ketiga Kampung Simpang.
Adapun Datuk Raja Mentawai Ini Ada Menyimpan Satu Batang Lembing Yang
Berbahaya ‘’ S I K I L A N G M A N I S’’,
Yaitu Pusaka Dari Mamaknya Yang Mula-Mula Masuk Luhak Rokan.
Pada Ketika Itu Ahli
Waris Datuk Raja Mentawai Itu Banyak Yang Meninggal Berkata Kebanyakan Orang
Masa Itu, Mengatakan Bahasa Itu Lebing Kurang Baik Ukurannya. Sebab Itu
Terpikirlah Datuk Raja Mentawai Dalam Hatinya. Adapun Lebing Ini Pusaka Dari
Padaku; Sekarang Banyak Orang Bilang
Kurangi Baik Ukurannya, Kalau Begitu Baiklah Aku Persembahkan Ini Lebing Kepada
Yang Di Pertuan Di Rokan. Sehabis Itu Datuk Raja Mentawai Pun Berjalanlah Ke
Rokan Menghadap Yang Di Pertuan. Pada Ketika Sampai, Datuk Raja Mentawai Pun
Mempersembahkan Lebing Yang Bernama Si Kilang Manis Itu Kepada Yang Di Pertuan
Serta Tiga Kelamin Orang Orang Dari Kampung. Maka Yang Di Pertuan Sakti Pun
Menerimalah Dengan Semua Suka Hati. Oleh Sebab Itulah Datuk Raja Mentawai Di
Tukar Gelarnya Dengan’’ Datuk Rum’’ Kepala Di Japang Kiri. Dari Situ Sampai
Sekarang Tetaplah Pangkatnya Begelar Datuk Rum Di Kampung Simpang, Dan Kepala Dari
Semua Kampung Di Japan Kiri. Demikian Asal Mula-Mula Datuk Rum Akan Meminta
Suku Tanah Ulayat Di Bagian Japang Kiri. Dalam Datuk
Raja Mentawai Yang Pertama, Banyak Lagi Kampung-Kampung Yang Di Tambahnya Di
Japan Kiri, Serta Diberi Tanah Ulayat Serta Diberinya. Suku Pangkatnya Buat
Kepala Kampung Pada Raja. Maka Orang Itu Mengisi Adat Dan Mengurangi Limbago
Kepada Raja, Seperti Adat Orang Mendirikan Orang Besar Da Kepala-Kepala,
Keterangannya Akan Tersebut Satu Per Satu Seperti Tersebit Di Bawah Ini.
Maka
Tersebutlah Asal Permulaannya Datuk Raja Gunung Kampung Tengah Sekarang, Watu Akan Memperbuat Kampung Dan Akan
Mendirikan Suku Yang Bergelar Datuk Raja Gunung Sekarang. Adapun Dahulunya
Pihak Datuk Raja Gunung Itu Satu Kaum Orang Datang Dari Muara Tais,
Keturnananya Bergelar Datuk Bagindo Sati.
Sesampai Mereka Itu Ke Japan
Kiri, Ia Pun Pergi Menghadap Datuk Raja Mentawai, Serta Membilangkan Maksutnya
Hendak Minta Tanah Tempat Memperbuat Kampung Dan Berladang, Tempatnya Ialah
Sebelah Hulu Kampung Simpang. Maka Pada Ketika Itu Datuk Raja Mentawai Menerima
Semua Maksutnya Itu, Serta Suka Memberi Tanah Akan Tempat Mereka Itu Berkampung
Dan Berladang. Tetapi Kalau Mau Jadi Kepala Kampung, Hendaklah Isi Adat Dan
Tuangi Limbago Kepada Raja, Yaitu Kambing Satu Ekor, Emas Dua Puluh Real Dan
Beras Secukupnya Supaya Aku Bisa Mintakan Suku Atau Pangkat Kepada Raja Kita Di
Rokan, Dan Datuk Pun Tentu Dapat Pangkat Dari Pada Raja Pula.
Maka Pada Ketika Itu Datuk Baginda Sati Oun Mencari Dan Mengadakan
Semua Alat Yang Akan Dipersembahkan Kepada Raja Itu. Apabiloa Telah Siap Semua
Alat Yang Dicarioleh Datuk Bagind Sati Hendak Minta Tanah Pula Dalam Bagian
Tanah Yang Telah Diminta Oleh Datuk Raja Mentawai Yang Tersebut Diatas, Serta
Hendak Membuat Kapung Dan Mendirikan Kepala Kampung Kampung. Sebab Itu Dibawa
Oleh Datuk Raja, Mentawai Berikan Tanah Pada Datuk Baginda Sati Yaitu Dari
Bukit Lumut Kemudian Hingga Gunung Tak Jadi, Kekanan Mudik Mentawai Hingga
Bukit Tungku Nasi. Dan Datuk Baginda Sati Di Beri Pangkat Oleh Raja Bergelar
Datuk Raja Gunung Yang Telah Di Angkat Serta Turun Menurun Kepada Keponakannya
Dibelakang Hari Sehingga Sampai Sekarang Ini.
Tetapi Besarnya Ialah Dibawah Datuk
Rajamentawai Juga. Setelah Selesai Semua Hal Itu, Maka Raja Datuk Raja
Gunung Pun Kembali Ke Kampungnya.Adapun Kampungnya Dinamakan Kampung Tengah,
Sebab Kampungnya Di Tengah Dari Pada Kampung Yang Lain-Lain. Demikian Asalnya
Mulanya Akan Mendirikan Datuk Raja
Gunung Di Kampung Tengah.
Maka Di Ceritakan Pula Prihal Datuk Sultan Kamalarumalo Kepala
Kampung Sungai Kicang Sekarang. Adapun Pada Zaman Takala Datuk Raja
Gunung Minta Tanah Pada Datuk Raja Mentawai Dan Pangkatnya Yang Telah Diberikan
Raja Bergelar Datuk Rajr Gunung,Pada Waktu Itu Adalah Satu Kaum Tinggal
Berladang-Ladang Setelah Hulu Kampung Tengah Yang Tersebut.’’ Mereka Itu Di
Kepalai Olrh Seorang Yang Bergelar Datuk
Jenal. Asal Mereka Itu Datang Ialah Dari
Kota Bento Tinggi, Masuk Ke Luhak Rokan, Berladang Pada Tanah Yang Tersebut.
Maka Datuk Jenal Pun Datang Pula Menghadap Datuk Raja Mentawai, Maksutnya
Hendak Memperbuat Kampung Dan Mendirikan Suku Pula Seperti Datuk Raja Gunung
Yang Telah Trsebut Diatas. Maka Raja Mentawai Menerima Suka Serta Menyuruh
Mencari Semua Alat-Alat Adat Pusaka Yang
Akan Dipersembahkan Kepada Raja Buat Minta Suku Itu. Sudah Itu Datuk Jenal
Pun Mencari Alat Berkakas Yang Akan
Dipersembahkan Kepada Raja, Yaitu Satu Ekor Kambing Dan Emas Dua Puluh Real Dan
Beras Secukupnya. Kemudian Setelah Cukup
Semua Alat-Alat Yang Tersebut, Datuk Raja Mentawai Pun Membawa Datuk
Jenal Menghadap Kepada Yang Dipertuan Sakti Di Rokan, Setelah Mempersembahkan Semua
Maksut Dstuk Jenal Itu Kepada Raja. Maka Pada Ketika Itu Yang Dipertuan Mengabulkan
Semua Permintaan Datuk Zainal Yang Di
Persembahkan Datuk Raja Mentawai Itu. Tanah Itu Akan Jadi Ulayat Dan Genggaman
Oleh Datuk Sultan Kemala, Sehingga Sampai Sekang Ini.
Demikian Asal Permulannya Datuk
Kemala Waktu Akan Mendirikan Dahulu. Dan Ia Ikut Dibawa Datuk Raja Mentawai
Tersebut Diatas.
Adapun Pada Waktu Datuk Zainal Dengan Kaumnya
Menebas Tempat Kampung Itu, Maka Bertemulah Ia Dengan
Satu Sungai Kecil, Yang Selalu Kicang Disana, Kelihatan Juga Oleh Orang. Sebab
Itu Dinamakan Kampung Itu Kampung Sungai Kicang.
Arkian Tiada
Berapa Lamanya Datuk Sultan Kemala Tinggal Di Kampung Sungai
Kicang, Maka Datang Pula Satu Kaum Banyaknya Kira-Kira
Delapan Kelamin, Asalnya Datang Dari Gunung Rao, Kepalanya Bergelar Datuk
Besar, Hendak Mencari Tanah Berladang. Mereka Itu Pun Datang Mendapatkan Datuk
Sultan Kemala Yang Memegang Kuasa Tanah Yang Di Maksutkan Itu.
Juga Dibilangnya Pada Datuk Sultan Kemala, Bahasa Ia Hendak Minta Tanah Perladangan Itu.
Datuk Sultan Kemala Mengabulkan Permintaan Orang Itu, Asal Ia Mau Mengisi Adat
Menuangi Lembaga, Yaitu Satu Ekor Kambing Dan Emas Dua Puluh Real. Jadi Datuk
Besarpun Suka Menerima Hal Yang Demikan Itu, Tetapi Ia Hendak Kembli Dahulu Ke
Gunung Mejemput Kaumnya. Aka Datuk Besar Pun Kembali Ke Gunung Menjemput
Kaumnya Terbawa Olehnya Kira-Kira Dua
Puluh Lima Orang Laki-Laki Dan
Perempuan, Serta Membawa Alat Buat Mengisi Adat Mencari Lembaga Yang Disuruh
Carikan Orang Datuk Sultan Kemala Itu. Kemudian Setelah Mereka Itu Di Tempat
Datuk Sultan Kemala Dengan Membawa Kambing Dan Emas Itu Dengan Beras
Secukupnya. Pada Ketika Itu Datuk Sultan Kemala Jamukan Kambing Dan Beras Itu
Ke Kampung Sungaikicang. Serta Menetap Gelar
Datuk Besar Jadi Kepala Bagi Semua Orang Yang Dibawanya. Diberi Tanah
Tempat Membuat Kampung Dan Ladang Yaitu Dibawah Satu Bukit Tedung Kumbang.
Sehabis Itu Datuk Besar Pun Kembali Pada Tanah Yang Dimintanya Itu.
Serta Membuat Kampung Yang Dinamakan Orang
Kampung Pintu Kuari. Kemudian Dari Pada Itu Datuk Sultan Kemala Kepada
Datuk Raja Mentawai Yang Kabarnya
Semua Hal Awal Datuk Besar, Yang Telah
Diberinya Tanah Dan Pangkat Seperti Yang Tersebut Diatas. Maka Datuk Raja
Mentawai Pun Menerima Suku. Maka Oleh Sebab Itu Kepala Kampung Itu Sampai
Sekarang Tiada Diangkat Leh Raja, Hanyalah Angkatan Datuk Sultan Kemala Sungai
Kicang Saja. Apabila Telah Diangkat, Barulah Di Persembahkan Kepada Raja, Yaitu
Yang Dipertuan Dirokan. Demikian Asal Kepala Kampung Pintu Kuari.
Maka Tersebutlah Prihal
Datuk Bendahara Kuning Kepala Kampung Lubuk Ulat Sekarang. Adapun Prihal Pihak
Bendahara Kuning Itu Dahuluanya Adalah Seorang Bergelar Sultan Dubalang
Bersaudara Dengan Datuk Jenal Yang Di Angkat Bergelar Datuk Sulatan Kemala Yang
Tersebut Di Atas. Maka Adalah Kerja Sultan Dubalang Setiap Hari
Berburu Pelanduk. Pada Suatu Hari Ia Berburu Disebelah Sebuah Bukit Itu Ada
Bagus Dan Datar Di Tempat Berladang
Kampung. Pada Ketika Itu Sangatlat Suka Hati
Sultan Dubalang Meminta Tanah Iu. Sementara Itu Juga Lalu Di Tebas Oleh
Sultan Dubalang.
Sehabis Itu Iapun Kembalilah
Kekmpung Sungai Kicang. Sesampai Ia Di Sungai Kicang Di Kabarkannya Halnya Itu
Kepada Saudaranya Yang Bergelar Datuk Sultan Kemala, Bahwa Ia Telah Menebas,
Yang Maksutnya Hendak Dibuatnya Ladang. Berkata Datuk Sultan Kemala Baiklah,
Boleh Sultan Dubalang Yang Beri Kawan Enam Berkelamin.Kemudian Dari Pada Itu
Sultan Dubalang Pun Pergi Berladang Pada Tanah Itu. Kira-Kira Dua Tahun Lamanya
Sultan Dubalang Berladang Disitu, Dapat Kabar Raja Mentawai, Bahwa
Sultan Dubalang Telah Berladang Di Tempat Itu. Pada Ketika Itu Datuk Raja
Mentawai Menyuruh Orang Buat Memanggil Sultan Dubalang Kekampung. Sampai Dua
Kali Sultan Dubalang Dipanggil Oleh Datuk Raja Mentawai, Tiada Juga Ia
Datang, Malahan Ia Minta Tempo Sesudah
Habis Di Potong Raja, Karena Padi Hampir Masak. Kemuduan Habis Sultan
Dubalang Memotong Padinya Ia Pun Datang Ke Kampung Simpang Menghadap Datuk Raja
Mentawi Karena Dapat Panggilan Terlih Dulu.
Maka Setelah Bertemu Datuk Raja Mentawai Dengan Sultan Dubalang,
Diperiksalah Oleh Datuk Raja Mentawai Pada Sultan Dualang, Dari Siapa Sultan
Dubalang Izin Berladang Pad Tanah Dekat Bukit Timbun Batu, Karena Sekali-Kali
Sultan Dubalang Tiada Minta Izin Padaku. Maka Jawab Sultan Dubalang
Sekali-Kali Aku Dapat Izin Dari
Siap-Siapa Juga, Hanyalah Kehendak Hati Ku Saja. Tetapi Aku Memang Tlah Tahu,
Bahwa Itu Tanah Datuk Raja Mentawai Yang Punya Kuasa. Sebab Itulah Aku Memang
Sengaja, Karena Datuk Raja Mentawai Itu Kepala Baginselaras Sungai Mentawai
Ini. Maka Sekarang Bagaimana Kesalahan Datuk Raja Mentawai Aku Terima, Sebab
Sudah Bersalah Dalam Hal Ini. Dan Telah Berlangsung Pula Aku Berladang Disitu
Telah Dua Tahun Lamanya.
Maka Kata Datuk Raja Mentawai
Kalau Sultan Dubalang Mau Berbuat Habis, Berkata Sudah Boleh Aku Letakan Yaitu
; Sultan Dubalang Berutang Kerbau Satu Ekor, Beras Seratus Gantang Uang
Ringgit. Demikian Adat Orang Salah Fasal Hutan
Tanah. Maka Jawab Sultan Dubalan, Hal Itu Bisa Saya Carikan, Tetapi
Tanah Saya Minta Itu Serahkan Kepada Ku. Itu Pulalah Yang Saya Minta Pada Datk.
Dan Saya Minta Supaya Datuk Bawa Saya Menghadap Yang Dipertuan Sakti Di
Rokan,Supaya Saya Di Beri Pangkat Dan Supaya Kita Sama Berbapa Kepada Raja Dan
Seribu Kepada Putri Dalam Istana. Jawab Datuk Raja Mentawai Kalau Begitu
Kehendak Datuk Dubalang, Baiklah Tetapi Carilah Kerbau Yang Satu Ekor, Emas Dua
Puluh Ringgit, Beras Secukupnya, Supaya Kita Bis Menghadap Ke Rokan.
Arkirn Setelah Siap Semua
Alat Yang Tersebut Itu Oleh Sultan Dubalang, Maka Iapun Mendapatkan Datuk Raja
Mentawai. Pada Ketika Itu Datuk Raja Mentawai Pun Hilirlah Ke Rokan Membawa
Sultan Dubalang Menghadap Yang Dipertuan Sakti Di Rokan. Kemudian
Setelah Sampai Mereka Itu Mengadap Yang Dipertuan Maka Datuk Raja Mentawai Pun
Menyembahkan Semua Maksut Sultan Dubalang Itu Kepada Yang Dipertuan. Maka
Yang Dipertuan Pada Ketika Itumenerima Suku Karena Pada Katanya Baiklah, Karena
Bertambah-Tambah Orang Besarku. Sehabis Itu Orang Pun Berjamulah Di Istana Raja, Yaitu Penjamuan
Kerbau Dultan Dubalang Itu. Maka Pada Ketika Itu Diberilah Sultan Dubalang
Pangkat Oleh Yang Dipertuan Sakti Rokan Bergelar Bendahara Kuning, Serta Pula
Diizinka Membuat Kampung Pada Bandar/Kota Yang Tersebut Diatas Ini. Dan Diberi
Oleh Datuk Raja Mentawai Tanah Pda Datuk Bendahara Kuning Yaitu Belaras Air
Sebelah Kiri Mudik Sungai Mentawai Yang Dinamakan Orang Sungai Teluk.
Sebab Pada Waktu Itu Sultan
Dubalang Terlalu Berharap, Terus Sungai Itu Dinamakan Sungai Teluk. Sehabis
Telah Diangkat Sultan Dubalang Jadi Datuk Bendahara Kuning, Maka Sekalian
Mereka Itupun Kembali Ketempat Masing-Masing. Maka Sultan Dubalang Pun Membuat
Kampung Pada Tanah Yang Telah Ia Minta Itu. Maka Adalah Kapung Itu Dekat Pada
Suatu Banyak Yaitu Tempat Kubangan Ulat. Sebab Itu Maka Di Namakan Kampung Itu
Kampung Lubuk Ulat. Demikian Halnya Waktu Pemngangkatan Datuk Bendahara
Kuning Lubuk Ulat. Sampai Sekarang
Pangkatnya Dilebihi Aturan Duduknya Dari Datuk Raja Gunung Dan Datuk Sultan
Kemala (Komalo), Sebab Waktu Meninggal Mereka Itu
Hanyalah Mempersebahkan Satu Ekor Kambing Dan Emas Dua Puluh Real. Tetapi Datuk Bendahara Kuning Ialah Satu Ekor
Kerbau Dan Emas Dua Puluh Ringgit. Sebab Pun
Di Gelar Datuk Bendahara Kuning, Ialah Waktu Raja Menjalaninya Diberinya
Bersalin Satu Potong Kain Kuning, Demikianlah Adanya.
Sjadan Adalah Orang Yang
Mula-Mula Sekali Meminta Tanah Pada Raja Dirokan Dalam Laras Japang Kiri, Ialah
Datuk Maharaja Gagah Tangkulio. Tetapi Yang Ia Minta Hanaylah Satu Sungai
Tangkulio Saja. Kemudian Datang Datukraja Mentawai Yang Tersebut Diatas Minta
Sama Sekali Laras Japang Kiri Kepada Raja. Makaraja Di
Rokan Berikan Kepadanya. Kemudian Barulah
Minta Pula Datuk-Datuk Yang Lain Dalam Japang Kiri Kepada Datuk Raja
Mentawai. Dan Datuk Raja Mentawai Berikan Pula Dengan Semufakat/Sepakat Raja.
Dan Pangkatb Kepala-Kepala Yang Di Mintakan Yaitu Seperti Yang Telah
Disebut Asal-Asal Yang Di Atas Ini,
Sebab Itu Datuk Rum Gahti Datuk Mentawai Yang Jadi Kepala Dalam Laras Japang
Kiri. Demikian Ada Pula Kampung Lain Dan Dari Pada Yang Tersebut Diatas Dalam
Bagian Japang Kiri. Tetapi Kampung-Kampung Itu Kecil-Kecil Semuanya, Dapat
Pemberian Dari Datuk Rum Simpang Dan Kepalanya Juga Diangat Oleh Datuk Rum
Simpang Dengan , Meminta Izin Pada Raja Waktu Akan Memperbuat
Kampung-Kampung Itu. Demikianlah Halnya Cerita Dalam Laras Japang Kiri.
Sehingga Itulah Diceritakan Asal Usul Kampung Dan Kepala Japang Kiri. Demikian
Akan Di Sambung Dengan Cerita Disebelah
Japang Kanan Pula.
Maka Tersebut Pula
Prihal Asalnya Datuk Bendahara Sati Kota Melintang Atau Datuk Sultan Pelungan Kubang Buaya
Sekarang. Adapun Waktu Raja Yang Ke Tujuh
Dalam Luhak Rokan Ini, Yaitu Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit, Maka Pada Suatu Masa Datanglah Seorang
Raja Pagar Rujung, Juga Dengan Beberapa
Orang Kawannya Laki-Laki Dan Perempuan.
Maka Raja Dan Kawannya Itu Datang Menghadap Yang Dipertuan Sakti Si Rokan Serta
Berhenti Mereka Dalam Negeri Itu Tujuh
Hari Lamanya. Dan Raja Serta Kawannya Itu Di Jamu Oleh Yang Di Pertuan Dengan Makan Dan Minum. Setelah Itu Raja Pun
Berjalan-Jalanlah Sehingga Sampai Ke Padang Lawas. Tiba Disitu Raja Tiada Dapat
Makan Sebab Pada Waktu Itu Orang Di
Padang Lawas Tiada Makan Nasi, Hanya Ubi
Saja. Kira-Kira Setahun Lamanya Raja Itu Disitu, Iapun Kembali Ke Rokan. Dalam Perjalanannya Itu Sampailah Raja Itu Pada
Suatu Sungai Besar Yaitu Jabang Sungai Sumpur Yang Sebelah Kanan Mudik Rokan. Sampai Disitu Raja Itupun
Dapat Sakit, Lalu Meninggal. Didalam Hutan Itulah Di Kuburkan Raja Itu Oleh
Kawan-Kawannya. Setelah Selesai Dari
Menguburkan Mayat Raja Itu, Maka Mufakat/Sepakat Semua Orang Itu Yaitu Bagaimana Hal Kita Ini, Karena Raja Kita Telah Meninggal
Disini Dan Telah Kita Kuburkan.
Tetapi Bagaimana Hal Kita Sekarang Maka Menjawab
Seorang Bernama Malintang. Katanya : Pada Pikiran Ku Baiklah Kita
Berladang Dan Membuat Kampung Disini,
Supaya Bertunggu Juga Tempat Kubur Raja
Kita Ini. Tetapi Lebih Dahulu Ita Minta Izin Pada Yang Dipertuan Di Rokan,
Serta Kita Minta Pangkat Disini. Kata
Kawan-Kawannya Baiklah, Sebab Mufakat/Sepakat Itu,
Pergilah Malintang Menghadap Yang Di Pertuan Sakti Di Rokan. Sesmpai
Malintang Dimuka Yang Dipertuan Sakti,
Maka Malintang Pun
Mempersembahkan Semua Hal Perjalanan Dan Kematian Raja Yang Di Ikutinya Itu.
Serta Di Terangkan Pula, Bahwa Mayat
Raja Itu Telah Di Kuburkan. Oleh
Sebab Itu Patih Datang Menghadap Tuanku, Hendak Meminta
Tanah Yang Keliling Tempat Raja Yang Meninggal Itu. Supaya Kami Membuat
Kampung Disitu, Buat Menunggu Maharaja Itu. Tetapi Bagi Kami Harap, Jangan Hendaknya Kami Dikenakan Adat Lembaga Orang Meminta
Tanah Dan Pangkat. Maka Yang
Dipertuan, Tidak Bisa Kalau Tidak
Mengisi Adat Menuangi Lembaga Bila-Bila
Orang Meminta Tanah Pada Raja. Tetapi Kamu Sebab Orang Besar, Belum Lagi Ber-Ladanh-Ladang Boleh Kita Beri
Tempo Dahulu. Bila Telah Dapat Padi, Baru Adat Diisi, Lembaga Dituangi Pada
Raja. Maka Jawab Melintang Kalau Demikian Titah, Patih Terimalah. Setelah Itu
Dipanggil Oleh Yang Dipertuan Datuk Bendahara Negeri Rokan Serta Dengan
Penghuku, Buat Menerangka N Hal Permintaan
Malintang Yang Di Sebut Diatas.
Maka Datuk Bendahara Dan Semua
Penghulu Pun Menerima Dengan Suka. Dan Diterangkan Lagi Oleh Yang
Dipertuan Akan Kematian Raja Yang Di Ikuti Oleh Malintang Itu. Serta Membuat
Kampung Pada Keliling Makam Raja
Itu. Pada Ketika Itulah Di Namakan Orang Kampung Itu Kota
Malintang, Karena Orang Yang
Mula-Mulamembuat Namanya Malintang.
Arkian Dalam Beberapa
Lamanya Datuk Bendahara Sati Dan Kawan-Kawannya Telah Berladang Pada Tanah Yang Di Mintanya
Itu, Maka Mereka Semua Itupun Mendapat Padi. Maka Datuk Bendahara Sati Dan
Kawan-Kawannya Pun Bersiaplah Semua
Alat-Alat Yang Akan Pembayar Adat Pusaka
Minta Tanah Yang Di Tempahkan Oleh Yang
Di Pertuan Dahulu. Apabila Telah Siap Dibawah Semua Peralatan Itu Hilir Ke
Rokan, Yaitu Satu Ekor Kerbau Bertali Kain Jindai Dan Beras Seratus Dan Ringgit
Dua Puluh, Sampai Datuk Iyu Ke Negeri
Rokan, Maka Di
Persembahkanlah Peralatan Itu Oleh Bendahara Kota Malintang Bersama Dengan Datuk Bendahara Negeri
Rokan Kepada Yang Dipertuan Maka Pada
Ketika Itu Di Terangkanlah Oleh Yang
Dipertuan Semua Tanah Yang Akan Di Serahkan Kepada Nbendahara Sakti Kota Malintang, Yaitu Hilirnya Kerangga Muara
Pegadis, Dan Kehulunya Sampai
Batas Dengan Muara Tais.
Sehabis Itu Di Panggil Oleh Yang
Dipertuan Wazir Yang Berempat Ke Negeri
Rokan, Sepotong Kerbau Yang Di
Persebahkan Bendahara Sati Kota
Malintang Itu, Serta Di Terangkan Kepada Wazir Yang Berempat, Semua Hal Yang Menjadi Dan Pangkat Tang Diberikan
Pada Bndahara Sati Kota Malintag Itu. Maka Adalah Bendahara Sati Kota
Malintang Pangkatnya Di Bawah Wazir Yang
Berempat, Sehabis Itu Datuk Bendahara Sati Oun Kembali Ke Kota Malintang.
Sjahdan Di
Ceritakanlah As L Kota Malintang Bertukar Dengan Kubangan Buaya. Pada Suatu Hari Pergilah Istrinya Datuk Bendahara Sati Malintang Menangguk. Maka Dapat Olehnya
Seekor Ikan Kecil Yang Bangunnya Serupa Dengan Buaya. Maka Di Bawahlah Oleh Istri Datuk Itu Ikan Itu Ke Rumahnya.
Sampai Di Rumah Di Buatnya Satu Kolam Kecil,
Dan Di Peliharanya Ikan Itu Dalam
Kolam Kecil Itu. Oleh Sebab Itu Di Lepaskannya Binatang Itu Pada Sungai Besar
Dekat Kampungnya Itu. Adapun Waktu Akan Melepasnya Itu Di Potongnya Ekor Binatang Itu. Sampai Binatang Itu Pada Sungai Besar Itu Tidak Ada
Binatang Itu Pergi Jauh, Hanyalah Binatang Itu Berkumbang
Kumbang Juga Di Mana Pangkalan
Datuk Bendahara Itu. Maka Selah
Besar Binatang Itu, Tahulah Orang, Bahwa
Binatang Itu Buaya Juga. Dengan Sebab Itulah Dinamakan Orang Kota Malintang Itu
Kubangan Buaya Sehingga Sampai Sekarang
Ini.
Maka Di Ceritakanlah Pula Asal
Terjadinya Kampung Kesik Putih Sekrang. Kira-Kira Tujuh Puluh Tahun Yang
Lalu Adalah Seorang Fakir Yang Bergelar
Hji Tua, Pihak Bendahara Sati Kubang Buaya, Membuat
Kampung, Tempat Mengajar Sifat Dua Puluh.
Lama-Lama Orang Kubang Buaya Pun
Banyaklah Datang Kesitu. Pada Msasa Tiga Puluh Delapan Tahun Yang Telah Lalu, Maka Bendahara Sati
Kubang Buaya Itu Adalah Dua Beradik Sama Laki-Laki Keduanya.Maka Adalah Yang
Tuanya Bergelar Haji Gomok,
Dan Adiknylah Yang Bergelar Bendahara Sati Itu. Maka Bendahara Sati Pun
Berpindahlah Ke Kampung Tadi ( Kersik Putih ) Karena Haji Gomok Telah
Tinggal Disitu. Kemudian Perselisihan Datuk Penghulu Yang Dikubangan
Buaya Bergelar Sultan Pelungan, Dengan Bendahara Sati Yang Diam Di
Kampung Kersik Putih, Sampai Terjadi Pergaduhan/Keributan Pasang Memasang Dengan Sampai
Antara Kedua Kami Pun Itu. Dalam Hal
Yang Demikian Itu Hilirlah Datuk Sultan Pelungan Ke Rokan Menghadap Yang
Di Pertuan Sakti Nama Husin.
Pada Watu Itu Berangkatlah Yang Di Pertuan Sakti Husin Mudik Ke Kubang
Buaya, Buat Menyelesaikan Perselisihan Kedua Kampung Itu. Setelah Selesai
Ditetapkan Oleh Yang Dipertuan Sakti
Husin, Yaitu Bandara Sati Berpindah Ke Kampung Kersik Putih, Jadi Kepala
Kampung Di Kersik Putih, Tiada Campur Ke
Kubang Buaya Lagi. Dan Di Kubang Buaya Ditetapkan Jadi Kepalanya Datuk Sultan
Pelungan. Kemudianpada Zaman Yang
Dipertuan Sakti Nama Ibrahim Adalah Kesalahan Sepanjang Adat Pada Datuk Bendahara Sati Nama Kanan, Yaitu Yang Tinggal
Di Kersik Putih, Teruslah Bendahara Sati Itu Di Pecat. Dan Kepala Kampung
Kersik Putih Diganti Ditetapkan Bergelar Sultan Mencajo. Ada Pun Suku Bendahara
Sati Kota Meliantang, Boleh Di Jabat Oleh Ahlinya Kedua Kampung Itu, Yaitu
Siapa-Siapa Yang Di Sukai Oleh Raja, Menurut Sepajang Adat. Demikianlah Prihal
Kampung Kembangan Buaya Dan Kersik Putih.
Maka Diceritakanlah Lagi
Prihal Asal Kampung Tibawan. Dahulu
Adalah Satu Kaum Suku Melayudari Kota Raja Rao, Laki-Laki Perempuan Masuk Luhak
Rokan. Tiba-Tiba Bertempat Mereka Itu Pada Muara Sungai, Cabang Sungai Sumpur
Yang Sebelah Kanan, Yaitu Dihilir Kota Melintang Dahulu. Sampai Mereka Pada
Muara Sungai Itu, Sekalian Mereka Itupun Berhentilah, Lalu Diam Disitu Membuat
Ladanghampir Kuala Sungai Itu. Jadi Namakannya Sungai Itu Sungai Tibawan, Sebab
Itulah Tempat Mereka Kula-Mula Tiba. Tiada Berapa Lamanya Dapat Kabar Oleh Yang
Dipertuan Sakti Di Rokan, Bahwa Ada Pula Orang Yang Baru Datang Telah Berladang
Disebelah Hilir Kota Melintang. Pada Ketika Itu
Yang Bertuan Menyuruh Utusan Buat Periksa Orang Itu, Pergilah Tiga Orang, Kepalanya Bergelar Raja Nan Setia. Ketiga
Orang Itupun Berjalan Ke Tempat
Orang Itu. Sakampai Mereka Itu Pada Tempat Orang Itu, Ditanyalah, Kata Orang
Itu; Apa Pun Kami Ini Orang Atang Dari Kota Raja, Hendak Mencari Tempat ( Diam
/ Tinggal ) Dan Berladang Pada Tanah Yang Baik, Maka Disinilah Kami Dapat. Maka
Sebab Itulah Kami Berladang Disini. Setelah Nyata Orang Raja Nan Setia, Bahwa
Ini Orang Bukan Maksut Yang Jahat, Maka Raja Nan Setia Pun Kembali Menyembahkan
Pada Yang Dipertuan Sakti. Kemudian Dari Pada Itu Raja Nan Setia Kembali
Ketempat Orang Berladang Hampir Sungai Tibawan Itu, Lalu Berkawin/Menikah Raja Nan Setia, Dengan Seorang Perempuan Yang
Baru Datang Itu. Kira-Kira Setahun Setengah Raja Nan Setia Menikah, Maka
Mufakat/Sepakat Ia Dengan Orang Yang Berladang Itu, Kata Raja Nan Setia, Pada
Fikiran Ku Lebih Baiklah Kita Membuat Kampung Dan Minta Tanah Kepada Raja Di Rokan, Supaya Kita Tetap Disini. Maka
Semua Orang Disitu Mengikuti Semua Bagaimana Perkataan Raja Nan Setia.
Sehabis Mufakat/Sepakat Itu Di Siapkanlah Alat-Alat Adat Pusaka Orang
Meminta Tanah Kepada Raja, Yaitu Satu Ekor Kerbau, Beras Seratus, Uang Dua
Puluh Ringgit. Apabila Telah Siap Berkakas Itu Raja Nan Setia Dan Orang Yang
Berladang Itupun Dtang Ke Rokan, Bertemu Dengan Datuk Bendahara Negeri Rokan,
Serta Membilangkan Semua Maksutnya
Hendak Meminta Tanah Itu. Maka Datuk Bendahara Negeri Rokan Pun Membawa Raja
Nan Setia Menghadap Yang Dipertuan Di Istana, Serta Mempersembahkan Semua
Maksut Raja Nan Setia Itu. Lagi Pula Dipersembahkannya Satu Ekor Kerbau, Uang
Dua Puluh Ringgit Dan Emas Yang Seratus Itu. Maka Yang Dipertuan Pun Menerima
Dengan Suka. Sehabis Itu Kerbau Iyupun Orangnya Dijamunya. Dan Raja Setia
Digelar Datuk Bendahara Muda Tibawan,
Serta Diberi Tanah Kemudia Hingga Muara Pegadis, Kehilirnya Sehingga
Datuk Batu Elang.
Demikianlah Asal
Datuk Bendahara Tibawan. Dan Adalah Yang
Tertua, Yaitu Datuk Bendahara Sakti Kota Malintang, Sebab Ialah Yang
Lebih Dilaras Japang Kanan Adanya. Sehingga Inilah Ditetapkan Cerita Hal Awal
Orang-Orang Besar Dalam Laras Japang Ini Ialah Yang Didirikan Mula-Mula Pada
Zaman Yang Dipertuan Sakti Nama Latih, Raja Yang Ke Tujuh Memerintah Dalam
Luhak Rokan Ini. Sehabis Itu Kembalilah Cerita Kepada Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit Yang Tinggal
Bersemayam Dalam Ngeri Rokan.
Sjahdan
Sehabis Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit
Mangatakan Dan Mengaturkan Kampung-Kampung Dan Orng-Orang Beasr Dijapang
Kiri Dan Kanan, Maka Yang Dipertuan Itu Pun Meninggal.
Harta Pada
Waktu Itu Yang Dipertuan Ada Peninggakan Seorang Saudara Perempuan Di Negeri
Rokan Dengan Suaminya Nama Ukuh Bergelar Sultan Rokan. Adapun Yang Dupertuan
Itu Lamanya Memeruntah Ad Kira-Kira 59 Tahun, Barulah Ia Meninggal.
Demikanlah Hal
Luhak Rokan Dalam Diperintah Oleh Yang Dipertuan Itu, Adapun Saudara Perempuan
Yang Dipertuan Ada Megadakan Putra Empat Orang, Yaitu Dua Laki-Laki Dan Dua
Perempuan. Yang Tua Perempuan Nama Siumah. Yang Kedua Lai-Laki Nama ( S E L O
). Yang Ketiga Nama Suadi.
Dan Yang Keempat Nama ( G U D I M A T ). Adalah Ajarnya
Keempat Anak Raja Itu Nama Ukuh Gelar
Sultan Rokan, Kemudian Meninggal Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit, Ialah Yang
Memangku Luhak Rokan, Sebab Rajanya Tiada Lagi.
Karena Keponakan
Yang Dipertuan Masih Kecil-Kecil Lagi. Maka Adalah Sultan Rokan Itu
Memangku Sultan Luhak Rokan Ini Kira-Kira 35 Tahun Lamanya, Barulah Besar
Anaknya, Yang Bernama S E L O Itu. Setelah Besar Sudah, Ialah Yang Di Angkat
Menjadi Raja. Demikian Adanya.
Bagian Yang Ke Delapan
Menyatakan
Prihal Raja Yang Kedelapan Dalam Luhak Rokan Yaitu Yang Dipertuan Sakti Nama
Selo Keponakan Yang Dipertuan Sakti Nama
Lahit Yang Tersebut Diatas Ini.
Adalah
Takala Yang Diprtuan Sakti Nama Lahit Meninggal, Maka Selo Ada Berumur
Kira-Kira 2 Tahun. Pada Waktu Itu Kerajaan Luhak Rokan Dipangku Oleh Raja Selo
Nama Ukuh Gelar Sultan Rokan, Lamanya Kira-Kira 23 Tahun. Tetapi Selo Kira-Kira
Umur 14 Tahuntelah Diangkat Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Bergelar Ya Ng
Diprtuan Sakti,
Dan Saudara Nama Gudimat Diangkat Bergelar Sultan Zainal
. Arkian Setelah Yang
Dipertuan Sakti Nama Selo Yang Berumur Kra-Kira 25 Tahun, Maka Kerajaan
Luhak Rokan Pun Berserah Kepadanya
Sendiri, Sebab Ajarnya Pun Telah Tua. Maka Yang Dipertuan Pun Tetaplah Diatas
Tahta Kerajaannya, Bersamayam Dakam Negeri Rokan .
Sjahdan
Maka Tersebutlah Perkataan Saudara Ibu Yang Dipertuan Itu Yang Kecil Bergelar
Majo Siti Yang Dilahirkannya Ke Luhak
Rambah, Sebab Berkelahi Dengan Suaminya Di Kota Dungo Tanjug Di Atas Ini.
Sesampai Majo Siti
Dan Kawan-Kawannya Keluhak Rambah, Maka Berladanglah Disitu. Tiada Berapa
Lamanya Dapat Kabar Oleh Yang Di Pertuan
Sakti Rambah. Maka Dijemputlah
Majo Siti, Lalu Dibawanya Ke Negeri
Rambah. Dalam Hal Yang Demikian Itu Menyeruh Utusannya Yang Dipertuan Sakti
Nama Selo, Akan Menjemput Majo Siti Dan Kawan-Kawannya Itu Ke Negeri Rambah.
Maka Adalah Yang Jadi Utusan Pada Waktu Itu Adalah Dalam Suku Melayu
Pokomo Bergelar Perdana Menteri Dan Seorang Dalam Suku Mais Bergelar Paduka
Raja.
Sesampai Utusan Itun Ke Negeri Rambah, Tiada Raja Mau
Melepas Majo Siti Kembali Kr Rokan. Dan Kedua Utusan Itu Di Bunuh Oleh Rambah
Diatas Balai Rambah Sampai Meninggal.
Kemudian Dari Pada Itu Majo Sitipun Menikah Dengan Yang
Dipertuan Sakti Rambah. Dengan Yang Demikian Itu Jadi Bermusuhan Antra Rokan
Dan Rambah. Dan Majo Siti Pun Tetaplah Tinggal Di Negeri Rambah.
Lama Kelamaan
Majo Siti Pun Membuat Negeri Di Lubuk Napal, Yaitu Pada Sungai Dua, Tanah Yang
Dibeli Oleh Suku Nan Enam Di Kota Bungo Tanjung Pada Raja Kepenuhan. Hatta Maka
Majo Siti Dengan Suamnya Uyang Dipertuan Sakti Rambah Pun Mengadakan Anak
Banyaknya Tiga Orng, Yaitu Dua Laki-Laki
Dan Satu Perempuan. Sampai Sekarang,Itulah Pihak Yang Dipertuan Sakti Di
Rambah. Adalah Yang Demikian Itu Majo Siti Pun Meninggal Disitu, Dan Lubuk
Napal Pun Tinggal Ditunggui Oleh Suku Nan Enam, Yang Dari Dulu Dengan Majo Siti
Itu. Demikianlah Adanya.
Maka Sekarang Di Sambunglah Lagi Cerita Yang
Dipertuan Sakti Nama Selo Tinggal Bersemayam Di Negeri Rokan.
Kemudian Setelah
Meninggal Utusan Yang Disuruh Ke Rambah Yang Tersebut Diatas, Maka Tetaplah
Luhak Rokan Dan Rambah Bermusuhan,
Sehingga Menjadi Peperangan.
Oleh Sebab Itu
Muncul Pikiran Oleh Yang Dipertuan Sakti Nama Selo, Hendak Mengadakan Raja
Membantu Menjaga Negeri Kota Ujung Batu Tinggi, Sebab Negeri Itu Jauh Dihilir
Dan Hampir Kepada Rambah. Sebab Itu Mufakat/Sepakat Yang Dipertuan Itu Dengan Datuk Wazir Yang
Berempat, Yaitu Rokan, Pandalian, Sikebau Dan Ujung Batu Tinggi Bahwa Akan
MENGANGKAT ADIKNYA YANG BERNAMA GUDIMAT
BERGELAR YANG DIPERTUANKAN BESAR, MEMERINTAH DAN MENJAGA KOTA UJUNG BATU
TINGGI.
Kemudian Setelah Putus Mufakat/Persepakatan Yang
Dipertuan Dengan Wazir Yang Berempat Maka Orang Pun Relatlah, Mengangkat
Saudara Yag Dipertuan Itu Bergelar Yang Dipertuan Besar, Akan Memerintahkan
Orang Yang Dikota Ujung Batu Tinggi. Dan Saudara Perempuan Yang Dipertuan Yang
Tua Bergelar Permaisuri Dan Yang Muda Bergelar Paduka Syah Alam.
Sehabis
Berelat Itu Yang Dipertuan Besar Gudimat Pun Teruslah Hilir Kekota Ujung Batu
Tinggi, Bersama Dengan Datuk Bendahara Hitam Di Kota Ujung Batu Tinggi.
Maka Yang Dipertuan Besar Itu Pun Tetap Memerintah
Dibawah Yang Dipertuan Sakti, Serta Bersemayamlah Dikota Ujung Batu Tinggi.
Kemudian Kira-Kira 2 Tahun Lamanya Yang Dipertuan Besar Gudimat Memerintah
Dikota Ujung Batu Tinggi Maka Orang Kota Ujung Batu Tinggi Pun Berpindah
Membuat Negeri Pada Negeri Ujung Batu Tinggi.
Dan Tetaplah Yang Dipertuan Besar Gudimat Memerintah Di Negeri Ujung Batu
Tinggi Itu. Sehingga Meninggal Yang Dipertuan Itu Disana, Lalu Dikuburkan
Disitu.
Adalah Yang
Dipertuan Itu Dua Orang Putranya, Yaitu Satu Laki-Laki Dan Satu Prempuan.
Demikian Halnya Orang Suku Nan Enam Dalu, Mula-Mula Dari Kota Kecil Pindah
Kekota Bungo Tanjung, Dari Satu Kekota Ujung Batu Tinggi.Kemudian Pada Negeri
Ujung Batu Sekarang Seperti Yang Diperbuat Diatas Ini. Sehingga Inilah
Diceritakan Dahulu.
Sjahdan
Kembalilah Ceritanya Kepada Yang Dipertuan Sakti Nama Selo Yang Tinggal
Bersemayam Dinegeri Rokan, Duduk Diatas Tahta Kerajaan Dikota Luhak Rokan Iv
Kota. Maka Adalah Yang Dipertuan Mengadakan Dua Orang Putra Laki-Laki. Yang Tua
Bergelar Sultan Rokan Dan Yang Muda Bergelar Sultan Maharaja. Dan Saudara Yang
Perempuan Pada Waktu Itu Lagi Muda, Belum Mengadakan Putra.
Maka Sekarang Diceritakanlah Prihal
Datuk-Datuk Dan Kampung-Kampung Di Bagian Empat Kota Dibukit, Takala Mula Asal
Datuk-Datuk Dan Di Kampung-Kampung Itu Akan Didirikan, Ialah Waktu Yang
Dipertuan Sakti Nama Selo. Raja Yang Ke Delapan Yang Mem Perintah Dalam Luhak
Rokan Iv Kota Dan Saudaranya Yang Dipertuan Besar Gudimat Memerintah Di Ujung Batu.koto
tinggi.
Maka Diceritakanlah Prihal Datuk
Bendahara Muda Kampung Pakis. Adalah Dahulunya Satu Kaum Orang Datang
Dari Kota Raja Rao, Laki-Laki Dan Perempuan Semuanya Adalah Lima Belas Kelamin,
Datanglah Ia Ke Luhak Rokan Ini, menempati Kepada Suatu Sungai Yang Sedikit Besar,
SEBELAH KANAN SUNGAI ROKAN YANG DINAMAKAN ORANG SUNGAI PAKIS SEKARANG.
Maka Semua Orang Itu, Setia Disitu Kerjanya Membuat Ladang Dn Membuat
Kampung Di Mana Kampung Pakis Sekarang. Yang Dipinggir Kampung Itu Bernama
Pakis, Di Tebang Oleh Mereka Itu Akan
Titian Kesebrang. Oleh Sebab Itu Sungai Dinamakan Orang Sungai Pakis.
Kemudian Dua Tahun Lamanya Mereka Berladang Disana, Pindahlah Ia Berladang
Ke Sungai Dua, Yaitu Pada Sungai Dasan. Kira-Kira Tiga Tahun Mereka Itu Tinggal
Disana,
Kembalilah Mereka Itu Pada
Kampungnya Yang Dekat Sungai Pakis Yang Terbuat Diata Ini. Serta Membuat
Kampung Dan Ladang Pula Disitu.
Berapa Lamanya Mereka Itu Disitu,
Mufakat/Sepakat Ia Hendak Meminta Pangkat Pada Kampung Yang Di Tungguinya Itu
Kepada Raja; Serta Mereka Itu Mencari Semua Alat Berkakas Dan Alat Orang
Meminta Suku Kepada Raja. Yaitu Kerbau Satu
Ekor Dan Emas Puluh Real Dan Beras Secukupnya.
Kemudian Setelah Cukup Semua Alat Berkakas Yang Tersebut, Mereka Itupun
Giliran Ke Ujung Batu Mendapatkan Bendahara Di Ujung Batu, Minta Menghadap Yang Dipertuan Besar Nama
Gudimat. Serta Disitu Bendahara Ujung Batu Pun Membawa Mereka Itu Kepada Yang
Dipertuan, Serta Mempersembahkan Maksut Orang Yang Datang Itu. Yaitu Meminta
Suku Dan Pangkat Orang Besar Di Kampung Pakis.
Pada Ketika Yang Dipertuan Dan
Menerima Suku Atas Maksut Orang Yang Datang Itu. Sehabis Itu Datuk Bendahara
Ujung Batu Dan Orang Yang Datang Itupun Menyembelih Kerbau Persembahan Yang
Dibawa Orang Itu. Dan Yang Dipertuan Pun Memberi Pangkat Kepada Kepala Kampung, Orang Yang
Datang Itu
BERGELAR DATUK BENDAHARA MUDA KEPALA KAMPUNG PAKIS.
Setelah Itu Datuk Bendahara Muda Pakis Yang Baru Dingkat Itupun Kembalilah
Kepada Kampung Di Pakis. Demikian Asalnya Datuk Bendahara Muda Pakis Meminta
Sukunya Pada Raja.
Maka
Tersebutlah Pula Prihal Kampung Pemandang. Adalah Dahulunya Satu Kaum Orang
Laki-Laki Dan Perempuan Dari Kadai Sebelah Rao, Masuk Ke Luhak Rokan, Menetap
Ke Kampung Sungai Kicang. Kemudian Setelah Tiga Tahun Ia Tinggal Dikampung
Sungai Kicang, Mereka Itupun Lalu Kesebelah Empat Kota Di Bukit Sekarang, Yaitu
Pada Suatu Sungai Yang Sedikit Besar Pada Hilir Sungai Pakis Yang Tersebut
Dahulu.
Sesampai Disitu Mereka Itupun Mencari Tanah Yang Akan
Dibuat Kampung, Hampiran Sungai Yang Tersebut. Pada Ketika Itu Semua Mereka
Itupun Naiklah Pada Suatu Bukit Yang Tinggi, Lalu Memandang Kiri Dan Kanan,
Buat Melihat Tanah Yang Sedikit Datar Hampir Tepi Sungai Dibawah Bukit Itu
Sebab Dinamakan Orang Sungai Itu Sungai Pemandang.
Kira-Kira Dua Tahun Lamanya Mereka Itu
Tinggal Berladang Disitu, Maka Hilirlah Orang Pakis Yang Tersebut Ke Ujung Batu
Akan Meminta Tanah Dan Suku Yang Telah
Diceritakan Diatas Ini.
Setelah Sampai Ke
Ujung Batu, Yang Dipertuan Besar Mengangkat Kepala Dari Orang Pemandang Tadi
Begelar Bendahara Raja. Maka Dalam Waktunya Yaitu Sewaktu Dengan Waktu
Menangkat Bendahara Muda Pakis Tadi.
Adapun Kerbau Yang Diperembahkan Oleh Pemandang, Ialah Kerbau Yang
Dipersembahkan Orang Dari Pakis Dahulu Diberinya. Karena Kerbau Yang
Dipersembahkan Mereka Tidak Ada Yang Dipotong, Hanyalah Di Kembalikan, Dan
Diganti Dengan Uang Enam Real. Itulah
Yang Dinamakan Orang, Kerbau Kurus, Sebab Namanya Saja Memotong Kerbau Tetap
Hanya Menerima Uang Enam Real Saja.
Demikian Halnya Kampung Pakis Dan Pemandang
Waktu Diangkat Oleh Yang Dipertuan Besar Nama Gudimat.
Maka
Tersebutlah Pula Prihal Kampung Tanjung Medan
Adalah Dahulunya
Satu Orang Datang Dari Cerunting Rao Masuk Ke Luhak Rokan, Menetap Di Sungai
Kicang. Kemudian Kira-Kira Satu Tahun Tinggal Di Sungai Kicang Mereka Itupun Berpindah Pula Ke Kampung Pemandang.
Kemudian Kira-Kira Dua Tahun Mereka Itu Berpindah di Kampung Pemandang. Mereka
Itupun Hilir Ke Ujung Batu, Menghadap Yang Dipertuan Besar Gudimat. Akan
Meminta Tanah Buat Kampung Dan Minta Sukunya Di Kampung Itu.
Dan Lagi Mereka Itu Mempersembahkan Pula Kepada Yang
Dipertuan Itu. Seperti Alat Yang Dipersembahkan Yang Dipertuankan Orang, Ketika
Memberi Pangkat : Pada Ketika Itulah Yang Dipertuan Memberi Tanah Akan Tempat
Kampung Itu. Yaitu Kepada Hamparan Teluk Munang Sekarang. Sampai Diberi Tanah
Selarat Sungai Munang Saja. Dan Kepalanya Diangkat Bergelar Bendahara Sati Dan
Kampungnya Dinamakan Tanjung Medan.
Maka Tiga Kepala Kampung Diempat Kota Bukit Yang Tersebut
Diatas Ini, Ialah Mula-Mula Asal Yang Diangkat Oleh Yang Di Pertuan Besar
Gudimat Di Ujung Batu.
Sehabis Ia
Mengangkat Orang Besar Itu, Barulah Ia Memberi Kabar Kepada Saudaranya Yang
Dipertuan Sakti Nama selo Yang Tersebut Datas. Demikian Halnya Iv Kota Di Bukit
Yang Sebelah Hilir Waktu Dulunya. Maka Tersebutlah Pula Kampung Sejernih.
Adalah Dahulunya Satu Orang Laki-Laki Dan Perempuan, Datang Dari Kota Benio
Tinggi, Masuk Ke Luhak Tokan, Tinggal Di Lubuk Ingu............
Maka
Sekarang Tersebutlah Pula Kampung Tinggi.
Adalah Satu Kaum
Orang Laki-Laki Dan Perempuan Darin Longung. Dari Situ Lalu Ke Sungai Yang
Dinamai Kampung Tinggi Sekarang. Sampai Disitu Mereka Pun Berladang Serta
Membuat Kampung. Telah Lama Tahun Lamanya Mereka Itu Disitu, Datanglah Mereka
Itu Mengadap Yanng Dipertuan Sakti Nama Selo Di Rokan,
Dengan Memebawa
Persembahan, Seperti Persembahan Orang Kubu Baru Tadi Juga. Tetapi Di Tambah
Dengan Seorang Saja. Oleh Sebab Itu Kepala Dari Orang Itu
Di Gelarkan Bendara Lebih,
Karena
Persembahannya Lebih Dari Datuk-Datuk Yang Lain Di Iv Kota Dibukit. Dan Dalam
Kampung Rokan Kampung Tinggi, Karena Kampung Itu Tinggi Tempatnya Dari Pada
Tanah-Tanah Yang Dekat Disitu. Dan Tanah Diberi Kuasa, Sepanjang Ulayatnya
Kampung Yang Tersebut Itu. Maka Adalah Datuk Yanng Bertiga Yang Tersebut Diatas
Ini, Hanyalah Dibayar Saja, Itulah Setelah Setahun Lamanya, Iapun Pun Pindah
Berladang Dan Membuat Kampung Ke Suatu Japang Dari Sungai Pusu.
Dalam Lima Tahun Lamanya Maka Terdengarlah Oleh Mereka
Itu Orang Kampung Pakis Telah Dapat Pangkat Kepalanya, Bergelar Bendahara Muda.
Oleh Sebab Itu Mereka Datang Pula Mendapatkan Datuk Bendahara Muda Dirokan, Hendak Di Bawa
Menghadap Tang Dipertuan Sakti Nama Selo. Kerena Mereka Itu Hendak
Mempersembahkan, Bahwa Ia Mau Bertemu Datuk Bendahara Muda Di Negeri Rokan,
Maksut Orang Yang Datang Itu. Maka Titah Yang Di Pertuan : Kalau Mereka Itu Mau
Mengisi Adat Mengenai Lembaga, Boleh Dikasih Tanah Dan Pangkat. Setelah Orang
Itupun Menyiapkan Semua Alat Berkakas Adat Pakaian Orang Meminta Tanah Dan Suku Kepada Raja, Yaitu Kerbau Satu Ekor,
Emas Dua Puluh Dan Beras Secukupnya. Apabila Siap Semua Alat Berkakas Yang
Tersebut, Maka Mereka Itupun Pergi Menghadap Yang Di Pertuan Sakti Bersama Dengan Bendahara Rokan.
Maka Pada Ketika Itu Yang Hadir Tuan Pun Menerime Dengan
Suka. Oleh Sebab Itu Kepala Kampung Itu Diangkat Bergelar Bendahara Kaya.
Dan Diberi Kuasa
Ulayat, Yaitu Pada Sungai Sijernih. Sebab Kampung Itu Dinamakan Sijernih,
Karena Sungai Yang Ada Pada Tepi Kapung Itu Sangat Jernih Airnya. Sebab Iu
Mereka Pun Kembali Ke Kampunya Yang Tersebut Itu. Kemudian Hal Orang Si-Jernih
Dan Asalnya Datuk Bendahara Disitu.
Maka Adalah Pula
Suatu Kaum Oang Yang Berladang-Ladang Pada Sungai Pusu,
Sebebah Hulu Kampung Sijernih Yang Tersebut. Maka
Sekalian Mereka Itu Telah Mendengar, Bahwa Orang Sijernih Telah Minta Tanah Dan
Suku Pada Raja. Oleh Sebab Itu Seklian Orang Itupun Mufakat/Sepakat Serta
Datang Pula , Mendapatkan Bendahara Dirokan, Serta Mempersembahkan Seperti
Persembahan Orang Sijernih Tadi Juga.
Maka Adalah Orang Yang Dipertuan Menghadap Permintaan
Orang Itu. Pada Ketika Itulah Kepala Dari Orang Itu Digelar Bendahara Pusu,
Karena Itu Kampung Baru Didirikan. Demikianlah Hal Datuk Bendahara Pusu,
Kampung Kubu Adanya,
Maka Tersebutlah Pula Kampung Tinggi.
Ada Satu Kaum Orang Laki-Laki Dan Permpuan
Dari Lungung. Dari Situ Lalu Ke Sunga Tinggi Yang Dinamakan Sungai Tinggi
Sekarang. Sampai Disitu Mereka Pun Berladang-Ladang Dan Membuat Kampung. Telah
Lama Settaun Lamanya Mereka Itu Disitu, Datanglah Mereka Itu Menghadap Yang
Dipertuan Sakti Nama Selo Dirokan, Dengan Membawa Persembahan Seperti
Persembahann Orang Kubu Baru Tadi Juga. Tetapi Ditambah Dengan Seorang Saja.
Oleh Sebab Itu Kepala Dari Orang Itu Digelarkan Benadahara Lebih, Karena
Persembahannya Lebih Dari Datuk-Datuk Lain Di Iv Kota Dibukit.
Dan Adalah Kampung Dinamakan
Kampung Tinggi, Karena Kampung Itu Tinggi Tempatnya Dari Pada Taah-Tanah Yang
Dekat Disitu. Dan Tanah Di Beri Kuasa,
Sepanjang Ulayat Kampung Yang Tersebut Itu.
Maka Adalah Datuk Yang Bertiga Yang Terseut Diatas Ini, Waktu
Mempersembahkan Kerbau Pada Raja. Itu Kerbau Tiada Juga Di Potong, Hanyalah Di
Bayar Saja Denagn Uang Banyaknya ( Enam Real ) ; Itulah Yang Dinamakan Kerbau
Kurus. Demikianlah Hal Keadaan Mula Asal Kampung-Kampung Iv Kota Di Bukit,
Seperti Yang Tersebut Datas Ini.
Kemudian Kembali Cerita Yang Dipertuan Sakti
Nama Selo Yang Tersebut Diatas Ini. Lama Kelamaan Yang Dipertuan Sakti Nama
Selo Yang Memerintah, Maka Yang Dipertuan Itupun Telah Tua Betul, Sudah Berumur
100 Tahun.
Maka Pada Ketika Itu Datanglah Kesusahan
Besar, Yaitu Luhak Rokan Ini Diharu Oleh Dipertuan Yang Yang Di Namakan Orang
Pardi ( P ADRI ), Yaitu Satu Orang Kaum
Dari Minang Kabau, Serupa Orang Halnya Mengeraskan Agama Islam. Pada Waktu Itu
Banyaklah Negeri-Negeri Yang Kalahkan Oleh Orang-Orang Itu, Dengan Membunuh
Raja Pada Negeri Itu, Supaya Senang Mereka Itu Memerintah Sendarian Dan Membuat
Apa Kesehendaknya Saja.
Hatta Datanglah Takdir ALLAH Subhanallah’ala, Maka Meninggallah Yang Dipertuan Sakti
Nama Selo Di Bunuh Oleh Yang Dipertuan
Itu. Dan Hati Pulalah Kedua Putranya, Yaitu Sultan Rokan Dan Tengku Maharaja.
Maka Adalah Yang Tinggal Pihak Raja Pada Waktu Itu, Ialah Saudara Erempuan Yang
Dipertuan Dua Orang Yaitu Si Umah Gelar Permaisuri Dan Suadi Gelar Paduka Syah Alam.
Sjahdan Maka Orang Negeri Rokan Dan Dua
Orang Saudara Yang Dipertuan Itupun Keluar Dari Negeri Rokan Sehingga Sampai
Kepada Kota Bagian Bangkinang. Maka Tinggalah Mereka Itu Disitu 12 Tahun
Lamanya. Dalam Waktu 12 Tahun Itu, Sepeninggal
Saudara Yang Dipertuan Dan Negeri Rokan Lari Ke Lima Kota Yang Tersebut,
Pada Waktu Itu Luhak Rokan Tidak Diperintahkan Oleh Raja Atau Wakilnya. Ada
Hanya Pada Waktu Itu Raja Tidak Berdaulat Dan Besar Tidak , Sebab Dijalankan
Oleh Putih ( P A DR I ) Yang Tersebut Diatas.
Arkian Setelah 12 Tahun Lamanya Dapat
Kabar Itu, Bahwa Luhak Rokan Telah Aman Kembali, Karena Sipengruh Itu Telah
Dipukul Oleh Compeni Belanda. Oleh Sebab Itu Kembalilah Kedua Saudara Yang
Dipertuan Itu Ke Negeri Rokan Serta Semua Kawannya Orang Rokan Yang Ikut Itu.
Adapun Orang Negeri Ujung Batu Tiada Yang Lari, Sebab Tertunggu Oleh
Pengaruh Itu. Maka Negeri Itu Dipelihara Oleh Pengaruh Itu, Dengan Dibikinnya
Parit Dalam. Sampai Sekarang Ada Bekasnya Disitu. Akan Orang Negeri Pandilian
Dan Laki-Laki Pergi Juga, Tetapi Tiada Lama, Sebab Perginya Tiada Jauh. Adapun
Negeri Sikebau Makin Lama Makin Tegang Juga Sehingga Lama Kelamaan Negeri
Itupun Menjadi Rimba Sehingga Sampai Sekarang Ini.
Sehingga Inilah Di Ceritakan
Dahulu Hal Keadaan Yang Dipertuan Sakti
Nama Selo, Yang Digelar Orang Sampai Sekarang ‘’ Almarhum Yang Dipertuan
Bendahara Putri ‘’ Demikian Halnya Hal Yang Tertuah Itu Memerintah Dalam Waktu
74 Tahun Sampai Pada Watu Meninggal.
Sjahdan Adapun Luhak Rokan Ini Waktu
Baru-Baru Saudara Yang Dipertuan Itu Kembali Dari V Kota Ada Kira-Kira 20 Tahun
Tiada Berdiri Yang Dipertuan. Hanya Luhak Rokan Ini Dipangku Oleh Seorang
Bangsa Keempat Suku Namanya Dajung, Gelar Mahudunm Suku Mandailing Negeri
Pandalian, Bersama Dengan Datuk Wazir
Yang Keempat. Tetapi Yang Mengepalainya Ialah Datuk Mahudum Yang Tersebut
Diatas, Karena Ia Orang Jernih Lagi Jujur, Biasa Menyelesaikan Apa-Apa Hal.
Maka Sampailah Pangkuannya Itu Kepada Yang Dipertuan Sakti Nama Ahmad.
Bagian
Yang Ke Sembilan
Menyatakan
Prihal Raja Yang Ke Sembilan Yang Memerintah Luhak Rokan Yaitu Yang Dipertuan
Sakti Nama A H M A D.
Lebih Dahulu Sebelumnya Diceritakan
Hal Raja Yang Kesembilan Memerintah Dalam Luhak Rokan,Lebih Dahulu Di Ceritakan
Prihal Perjalanan Saudara Yang Dipertuan Nama Selo Yang Melarikan Diri Ke V
Kota Yang Tersebut Diatas. Adapun Saudara Perempuan Yang Dipertuan, Yang Tua
Nama Si-Umah Gelar Pemaisuri, Waktu Telah Kembali Ke Negeri Rokan Dari V Kota Yang Tersebut Diatas.
Ada Mengadakan Putra Seorang Perempuan
Nama S E R I A M I N, Begelar Pemaisuri
Yang Kedapatan Waktu Tuan Conteler Quaste Mula-Mula Masuk Ke Luhak Rokan Ini.
Tetapi Seri Alam Ini Tidaklah Meninggalkan Putra. Adapun Saudaranya Yang Muda
Nama Suadi Gelar Paduka Syah Alam, Waktu Mulai Perjalanan Lari, Sampai Ke
Negeri Rokan, Maka Paduka Syah Alam Itu Ada Mengadakan Putra Dua Orang. Yang
Perempuan Nama L A K A Gelar Paduka Syah Alam Dan Yang Muda
Laki-Laki Bernama U G A M Maka Dalam Putra Paduka Syah Alam Nama S Uadi
Waktu Sudah Meninggal Yang Dipertuan Sakti Nama Selo ( Waktu Akan Lari ) Memang Sudah Besar-Besar Juga. Dan Waktu
Sudah Kembali Itu Adiknya Nama Ugama Masih Kecil Lagi. Maka Adalah
Keponakan Yang Dipertuan Yang Permpuan Nama Laka Sampai Ke Negeri Rokan
Berkawin Ia Denga Seorang Bangsa Raja Bergelar Sultan Kedaman. Adalah Ia
Mengadakan Putra 6 ( Enam ) Orang, Yaitu
Tiga Laki-Laki Dan Tiga Perempuan.
Adapun Yang
Tua Sekali Laki-Laki Meninggal Kecil.
Dan Kemudian
Laki-Laki Nama A H M A D Gelar Yang Dipertuan Sakti.
Dan Kemudian
Bergelar Yang Dipertuan Besar Tinggal Di luhak Rokan Bendahara.
Yang Ketiga
Perempuan Meninggal Kecil.
Yang Ke Empat
Meninggal Kecil Juga.
Yang Ke Lima
Perempuan Nama B I B A H, Gelar Paduka Syah Alam.
Yang Ke Enam
Laki-Laki Nama M U S I N, Gelar
Yang Dipertuan Sakti Rokan.
Sjahdan Kira-Kira Setahun
Kembali Dari V (Lima) Kota, Maka Raja Yang Bernama Ugama
Gelar Saudara Dari Laka Berdua Di Ujung Batu, Menjaga Negeri Ujung Batu, Sebab Pada Waktu Itu Selalu Bermusuhan Dengan
Raja Rambah Dan Kunto.
Dan Adalah Negeri Rokan Dijaga Oleh Datuk
Mahudum Yang Tersebut Diatas. Tiada Berapa Lamanya Bertambah Besar Juga Putra
Paduka Syah Alam Yang Bernama Ahmad. Karena Adalah Dewasa Ituahmad Suadi
Berumur Enam Tahun. Pada Ketika Itu Bermufakt/Bersepakat Andiko Yang Bertiga,
Yaitu Negeri Rokan, Pandalian Dan Ujung Batu, Serta Penghulu-Penghulu Yang
Dibawanya, Yaitu Hendak Mengangkat Ahmad Jadi Raja Luhak Rokan, Bergelar Yang
Dipertuan Sakti, Tetapi Yang Dipertuan Sakti Ahmad Pada Waktu Itu Masih
Dipangku Oleh Datuk Mahudum Juga.
Hatta Dalam Hal Ini Yang Demikian
Itu Terbitlah Pikiran Yang Dipertuan Besar Ugama Hendak Menjemput Yang Suku Nan
Enam, Yang Tinggal Di Lubuk Napal, Waktu Lari Denga Raja Siti Yang Tersebut
Diatas.
Setelah Putus Mufakat/Sepakatan
Yang Dipertuan Besar Ugama Dengan Datuk Mahudum Dan Orang-Orang Besar Sekalian,
Terus Mereka Berjalan Ke Lubuk Napal, Menyemput Suku Nan Enam Itu. Maka Yang
Melawan Di Bunuh, Dan Yang Enggak Diikat, Dibawa Ke Ujung Batu. Tetapi Ada Yang
Tinggal Lagi Suku Nan Enam Itu Kira-Kira Seperempat Banyaknya. Sesampai Di
Ujung Batu, Tinggalah Mereka Itu Disitu Berladang.
Sesampai Mereka Itu Satu Tahun
Lamanya Di Luhak Rokan, Mufakat/Sepakat Yang Dipertuan Besar Ugama Dan Datuk
Mahudum Dan Orang Besar Sekalian Bahwa Akan Meletakan Suku Nan Enam Itu Ke
Negeri Lubuk Bendahar Sekarang Serta
Akan Mempersembahkan Brenama Pula, Dengan Mandirikan Datuk Bendahara Kaya,
Yaitu Suku Melayu Yang Datang Dari Lubuk Napal Juga. Maka Dalam Hal Itu
Mufakat/ Sepakat Seklianya, Karena Adalah Dahulu Luhak Rokan Ini, Katanya
Empat, Yaitu Rokan, Pandalian, Si Kebau Dan Lubuk Bendahara. Jadi Sekarang
Sikbau Sudah Tinggal, Jadilah Belhan Suku Nan Enam Di Ujung Batu Berpindah Ke
Lubuk Bendahara.
Sehabis Mufakat/Persepakatan
Itu Di Aturlah Oleh Yang Dipertuan Besar Ugama Dan Datuk Mahudum Sati Dan
Orang-Orang Besar Sekalian Tempat Negeri Itu. Setelah Sudah Tetap, Di Tebaslah
Suku Nan Enam Dari Lubuk Nan Enam Dari Lubuk Nan Enam Itu, Serta Diatur Rumah.
Apabila Selesai Di Potonglah Krbau,
Dan Dahulu Pangkat Bendahara Kaya Lubuk Bendahara, Oleh Yang Dipertuan
Besarugama Dengan Kerapatan Sekalian.
Tiada Berapa Lama Yang Dipertuanbesar
Ugama Pun Meninggal, Maka Tinggalalh Luhak Rokan Dipangku Oleh Datuk Mahudum
Dan Wazir Yang Berempet Saja. Dan Tiada Berapa Pula Lamanya Datuk Mahudum Pun
Meninggal Juga, Maka Tinggalah Luhak Rokan
Di Pegang Oleh Yang Dipertuan Sakti Ahmad Yang Angkat Pada Waktu
Kecilnya Bersama Dengan Yang Dipertuan Besar Ugama Yang Di Angkat Itu.
Makalah Adik Yang Diturunkan Itu Yang
Kecil Nama Husin Pun Telah Besarlah Sudah.Dan Adalah Adiknya Yang Dipertuan
Nama Bibah, Kawin Dengan Seorang Raja Dari Kapar Kiri Gelar Sultan Rokan. Maka
Adalah Paduka Syah Alam Nama Bibah Itu Mengadakam Putra Seorang Perempuan Nama
Aisyah.
Arkian Terbitlah Pikiran Oleh Yang Di
Pertuan Sakti Ahmad Hendak Diamke Lubuk Bendahara, Dan Yang Kawin Dengan
Seorang Anak Raja-Raja Di Lubuk Berdahara Nama Sura Gelar Raja Dalam. Maka
Mufakatlah/Seoakatlah Yang Dipertuan Sakti Ahmad Dengn Segala Wazir Yang
Keempat, Yaitu Sebab Yang Dipertuan Sakti Maka Ahmad Hendak Beristri Ke Lubuk
Bendahara, Dan Tinggal Di Lubuk Bendahar, Baiklah Adiknya Digelar Yang
Dipertuan Sakti Nama Musin Tinggal Dalam Negeri Rokan, Dan Yang Dipertuan Sakti
Ahmat Bergalar Yang Dipertuan Besar, Yang Mengganti Yang Dipertuan Besar Ugama
Yang Di Ujung Batu. Setelah Mufakat/Sepakat Semuanya Menerima Keputusan Itu,
Maka Orang Pun Berelatlah Menurut Adat Yang Selamanya, Karena Di Angkat Husin
Jadi Yang Dipertuan Sakti, Jadi Dalam Raja Luhak Rokan Iv Kota. Tetapi Adalah Tempo-Tempo ( Se Waktu-Waktu ) Kerajan Itu Dipangku Juga
Boleh Yang Dipertuan Besar Ahmat Karena Ia Orang Yang Bersaudara.
Bagian Yang Ke Sepuluh
Menyatakan Raja Yang Kesepuluh
Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Yatu Yang Dipertuan Sakti Nama H U S I N.
Hatta Yang Dipertuan Sakti Nama Husin
Pun Tetaplah Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Denga Saudara Yang Dipertuan
Besar Ahmad. Tetapi Waktu Bermusuhan, Berperang-Perang Bicara Yang Berat-Berat
Selalu Yang Dipertuan Besar Ahmad Di
Kepalakan Adiknya, Sebab Ia Yang Tua, Lagi Gagah Berani Dan Keramat ; Hanyalah
Dalam Pangjkat Kerajaan Yang Dipertuan Sakti Nama Husin Juga. Lama Kelamaan
Kedua Beradik Raja Itu Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Maka Yang
Dipertuan Besar Ahmad Ada Mengadakan Putra Dengan Istrinya Yang Di Lubuk
Bendahara, Empat Laki-Laki, Dua
Perempuan.
Ada Pun Yang Tua
Laki-Laki Gelar Sultan Mansur.
Yang Ke Dua Laki-Laki
Juga Nama Abas Elar Sultan Zainal.
Yang Ke Tiga
Laki-Laki Nama Saleh Gelar Tengku Maharaja.
Yang Ke Empat
Perempuan Nama Gandum.
Yang Ke Lima Sabu Gelar
Tengku Pangeran.
Yang Ke Enam
Perempuan Nama Kincir.
Maka Yang Dipertuan Sakti
Husin Itu Berkawin Dengan Ahli Raja Di
Kota Intan, Dibawahnya Ke Rokan. Adalah Yang Dipertuan Itu Mengadakan Putra Empat Orang, Dua
Laki-Laki Dan Dua Orang Perempuan.
Yang Tuanya
Perempuan Naa Intan Lopian.
Yang Ke Dua
Abdullahgelar Sultan Rokan .
Yang Ke Tiga
Perempuan Gelar Siti Kemala.
Yang Ke Empat
Laki-Laki Nama Muhammad Ali, Dahulunya Bergelar Majo Lelo.
Maka Adalah Putra Yang Dipertuan Besar
Ahmad Yang Ke Dua Nama Abbas Gelr Sultan Zainal Di Kawinkan Oleh Yang Dipertuan
Dengan Keponakannya Nama Aisyah Gelar Paduka Siti. Dalam Yang Demikian Itu
Tetaplah Memerintah Diatas Tahta Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota.
Arkian Tiada Berapa Lamanya Terbitlah
Pikiran Yang Dipertuan Besar Ahmad, Hendak Menjemput Suku Nan Enam Yang Lagi
Tinggal Di Lubuk Napal,B Dahulunya
Waktu Di Langgar Oleh Yang Dipertuan Oleh Yang Dipertuan Besar Ugama. Pada
Ketika Itu Putuslah Mufakat/Sepakat Yang Dipertuan Besar Ahmad Dengan Adiknya
Yang Dipertuan Sakti Husin Serta Dengan Orang-Orang Besar Sekalian. Maka Pergi
Kedua Raja Itu Melanggar Ke Lubuk Napal, Buat Menjemput Orang Yang Ketinggaln
Dahulu Itu. Siapa Yang Melawan Diantara Orang Lubuk Napal Itu Dibolehkan Dan
Jikalau Ingkar Diikat. Oleh Sebab Itu Sudah Ada Dua Tiga Orang, Orang Lubuk
Napal Yang Sudah Terbunuh. Maka Habislah Orang Lubuk Napal Semuanya
Terbawa.........Hanyalah Yang Tinggal Kira-Kira 10 Orang Saja Laki-Laki Dan
Perempuan, Karena Mereka Itu Lari Ke Dalam Hutan ;
Maka Itulah Duia Diturunkan Orang Yang Ada Di
Lubuk Napal Sekarang Dan Juga Di Lubuk Bilang. Sehabis Itu Kedua Raja Itupun
Kembali Ke Luhak Rokan.
Hatta Tiada Berapa Lama Di Belakang Itu Yang
Dipertuan Sakti Yang Dipertuan Besar Ahmad Telah Tetap Diatas Tahta kerajaan,
Pada Suatu Hari Terbitlah Pengaduan Antara Orang Luhak Rokan Dan Muara Tais.
Buat Menyelesaikan Perkara Itu Datanglah Tuan Conterelur Rao. Pada Ketika
Itulah Ditetapkan Oleh Yang Dipertuan Sakti Husin Da Yang Dipertuan Besar Ahmad
Dengan Tuan Conterelur Rao, Batas Luhak Rokan Iv Kota Dengan Conterelur Sumatra
Barat, Yaitu Pada Muara Sungai Gagah Dekat Kampung Rumbai Sekarang. Dari Situ
Satu Garis Lurus Ke Dagu Bukit Simelambu. Dan Lagi Dari Muara Sungai Gagah Pula
Satu Garis Lurus Ke Bukit Rumpang. Dari Waktu Itu Sampai Sekarang, Tetaplah
Batas Itu Disitu.
Tiada Berapa Lama Kemudian Dari Pada
Itu Terbitlah Pula Pergaduan/Pertarungan Diantara Luhak Rokan Dan Luhak Rambah.
Maka Berperanglah Luhak Rokan Dengan Luhak Rambah, Sehingga Ialah Luhak Rambah Itu. Akan Yang Dipertuan
Sakti Husin Dan Yang Dipertuan Besar Ahmad Pun Tinggalah Dalam Negeri Rambah
Pun Kira-Kira Tiga Bulan Lamanya, Barulah Kedua Raja Itu Pulang Ke Luhak Rokan.
Sjahdan dibelakang Itu Meninggal
Kedua Raja Itu, Yaitu Dahulu Sakit yang Dipertuan
Sakti Husin Dan Kemudian Ramatullah Meninggal Pula Yang Dipertuan Besar Ahmad
Yang Keramat Itu.
Sjahdan Dibelakang Kedua Raja telah
Meninggal, Luhak Rokan Ini Diperintah Oleh Putra Yang Dipertuan Besar Ahnad
Yang Bernama Abbas Gelar Sultan Zainal, Suami Dari Aisyah Keponakan Yang
Dipertuan Sakti Husin.
Lamanya Memangku Kerajaan Luhak
Rokan Iv Kota, Ada Kira-Kira 22 ( Dua Puluh Dua ) Tahun. Adapun Aisyah Dengan
Suaminya Ini Ada Mengadakan Putra Banyaknya 9 Orang, Yaitu Lima Laki-Laki Dan
Empat Perempuan.
Adapun Yang Tuanya Perempuan
Meninggal Waktu Kecilnya.
Yang Ke Dua
Perempuan Nama Lendo.
Yang Ke Tiga
Laki-Laki Meninggal Nama I B R A H I M.
Yang Ke Empat
Laki-Laki Meninggal Waktu Kecil Juga.
Yang Ke Lima
Laki-Laki Nama Abdul Hamid.
Yang Ke Enam
Laki-Laki Nama Abdul Hasan.
Yang Ke Tujung
Laki-Laki Nama Mahmud.
Yang Ke Delapan
Perempuan Nama Fatimah.
Yang Ke Sembilan
Perempuan Nama Hurbani.
Adapun Setalah Sampai Sultan Zainal
Abbas Lamanya Memerintah Dua Puluh Dua Tahun, Maka Masuklah Wakil Cotrelur
Quast. Pada Ketika Itu Semua Raja-Raja Dan Orang-Orang Besar Pun Suka Akan
Kemasukan Wakil Cotrelur Itu.
Dalam Hal Yang Demikian Diangkatlah
Anak Sultan Zainal Itu Bergelar Yang Dipertuan Sakti Yaitu Yang Bernama I B R A H I M, Bersemayam Dalam Negeri Rokan.
Maka Pada Waktu Kerajaan Luhak Rokan
Di Pangku Oleh Sultan Zainal Nama Abbas Adalah Ia Menamakan Satu Penghulu Pada Satu Kampung Yaitu Datuk Bendahara Raja Kampung Kota Ini.
Maka Sekarang Di Ceritakanlah Prihal Orang Kampung Kota Ini.
Ada Kira-Kira 25 Tahun Yang Telah
Lalu, Datanglah Situ Orang Kaum Pindah Dari Lubuk Kepitak ( Rambah ) Masuk Luhak Rokan, Berladang-Ladang Pada Sungai Pusu. Pada Suatu
Ketika Dapatlah Mufakat/Sepaktan Oleh Mereka Itu Hendak Memperbuat Kampung Dan
Mendirikan Suku. Sehabis Mufakat/Kesepakatan Itu, Mereka Itupun Datang
Mendapatkan Bendahara Dan Penghulu Negeri Rokjan, Mengabarkan Semua Maksut Yang
Tersebut Itu.
Pada Ketika Itu Bendahara Negeri
Rokan Mempersembahkan Pada Tengku Sultan Zainal Nama Abbas. Maka Tengku Sultan
Zainal Dan Sekalian Orang-Orang Besar Negeri Rokan Pun Menerima Dengan Suka.
Sehabis Itu Sekalian Orang Yang Datang Itupun Mencari Semua Alat Berkakas
Perlengkapan Yang Akan Dipersembahkan Kepada Raja, Yaitu Satu Ekor Kerbau, Emas
Dua Puluh Dan Beras Secukupnya. Setelah Siap Disuruh Potong Kerbau Itu Oleh
Tengku Sultan Zainal Opada Kampung Mereka Itu. Maka Jadilah Kepala Kampung Itu
Di Angkat Bendahara Raja Dan Kampunya Dinamai Kampung Kota Tinggi. Dan Ia
Berkepala Bendahara Negeri Rokan, Kerena Kampungnya Itu Dalam Tanah Bagian Negeri Rokan. Demikianlah Adanya.
Adapun Dalam Waktu Tengku Sultan
Zainal Abbas Memangku Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota, Negeri Lubuk Bendahara Dan
Ujung Batu Dijaga Dan Dibantu Oleh Tengku Maharaja Adik Tengku Sultan Zainal Da
Tengku Sultan Halifata’illah, Ipar Tengku Sultan Zainal Itu. Demikianlah Hal
Raja Yang Ke Sepuluh M Emerintah Dalam Luhak Rokan.
Bagian Ke Sebalas
Menyatakan
Prihal Raja Yang Kesebalas Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Ini, Yaitu
Ibrahim Gelar Yang Yang Dipertuan Sakti, Yang Di Angkat Datuk Andiko Yang
Berempat Dengan Mufakat/Seoakat Wakil Governement, Pada Tahun Seribu Sembilan
Ratus Tiga (1903 ).
Maka Tersebutlah Waktu Mengangkat
Tengku Ibrahim Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Begelar Yang Dipertuan
Sakti. Adalah Pada Tahun 1901 Masuklah Wakil Gonvernement Kedalam Luhak Rokan,
Yaitu Seorang Conterelur Bernama Quast. Pada Waktu Itu Kerajaan Luhak Rokan
Ini, Boleh Didirikan Rajanya, Hanyalah Di Pangku Oleh Ayahanda Tengku
Ibrahimitu, Bergelar Sultan Zainal.
Dalam Hal Yang Demikian Itu
Mufakat/Sepakatan Wazir Yang Berempat Serta Semua Penghulu-Penghulu Yang
Dibawanya Hendak Mendirikan Yang
Dipertuan Sakti. Pada Waktu Itu Putuslah Mufakat/Kesepakatan Wazir Yang Keempat
Dengan Wakil Governement. Adapun Pada Waktu Penobatan Tengku Ibrahim Bergelar
Yang Dipertuan Sakti Itu. Ada Memotong Kerbau Banyaknya 12 Ekor Akan
Digunakanya Jamuan Itu. Setelah Siap Semua Alat Nya Dan Serta Pula Dapat Makbul Dari
Gonvernement, Orang Luhak Rokan Pun Berelatlah Dalam Negeri Rokan, Lamanya 7
Hari. Setelah Sampai 7 Hari Dinobatkan Orang Tengku Ibrahim Menjadi Raja Dalam
Luhak Rokan Iv Kota, Begelar Yang Dipertuan Sakti Di Muka Wakil Governement
Yang Tersebut Diatas.
Setelah Habis Peraltan Itu,
Orang Pun Kembali Pada Kampungnya Masing-Masing. Maka Yang Dipertuan Sakti
Ibrahim Pun Tetaplah Di Atas Tahta Kerajaan Bersemayam Dalam Negeri Rokan
Sampai Sekarng Ini.
Adapun Pangkat Yang Dipertuan
Besar Dalam Luhak Rokan Dimatikan Oleh Kerapatan Serta Dengan Seizin
Gonvernement, Pada Waktu Mufakat/Kesepakatan Akan Mengangkat Tengku Ibrahim
Jadi Yang Dipertuan Sakti, Raja Kerajaan Rokan.
Hanya Lagi Didirikan Seorang
Kepala Kerapatan Itu Dibawah Raja, Diatas Datuk Andiko Yang Berempat. Adapun
Yang Akan Dijadikan Kepala Rapat Itu, Ialah Siapa Saja Dalam Bangsa Buat Putra
Yang Di Tunjuk Oleh Yang Dipertuan Sakti, Dengan Semufakat/Persepakatan Wakil
Governement, Sama Ada Bangsa Atau Anak Raja-Raja Atau Keempat Suku.
Adapun Yang Dipertuan Sakti
Ibrahim Pada Waktu Itu , Menulis Buku Ini, Ada Tinggal Yang Hidup Lima Orang,
Karena Yang Empat Meniggal Semuanya.
Adapun Yang Tuanya Perempuan Nama Lendo Gelar
Permaisuri.
Yang Ke Dua Tengku Ibrahim,
Yang Dieprtuan Sakti Luhak Rokan Iv Kota.
Yang Ke Tiga Abdul Hasan,
Gelar Sultan Zainal.
Yang Ke Empat Perempuan
Nama Fatimah, Gelar Paduka Siti.
Yang Ke Lima Hurbani, Gelar
Siti Permaisuri.
Ada Pun Adik Yang Dipertuanitu Yang
Kecil Namanya Nurbaini Gelar Siti Permaisuri Telah Mengadakan Seorang Putra
Nama Rabi’ah Dan Satu Lagi Laki-Laki Meninggal Waktu Kecil. Sehingga Inilah
Dahulu Di Tamatkan Buku Cerita Paparan/Penjelasan, Empat Keturunannya Raja Dan
Orang-Orang Besar Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Dan Pada Waktu Masa Dahulu, Sampai
Waktu Menamatkan Buku Ini .
Demikianlah Adanya.
Keterangan Banyak Raja Memerintah Dalam
Luhak Rokan Dan Lamanya, Dari Dahulu Sampai Sekarang Ini :
(1) Sultan
Sri Alam, Anak Putri Sangkar Boman Di Kota Benio
Tinggi Lamanya Memerintah
41 Tahun.
(2) Tengku
Raja Rokan, Putra Sultan Sri Alam Namanya Memerintah 73 Tahun
(3) Tengku
Sultan Panglima Dalam Putra Tengku Raja
Rokan Lamanya
Memerintah
65 Tahun
(4) Sultan Sepedas Padi, Keponakan Panglima Dalam
Lamanya
Memerintah
53 Tahun
(5) Sultan
Gmentar Alam, Keponakan Sultan Sepedas Padi Lamanya
Memerintah
31 Tahun
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
J U M L A H :
263 Tahun
Sampai Masa Ini Keputuslah Raja Dalam Luhak Rokan Iv
Kota, Baru Menjemput Raja Kepagar Rujung. Sebelum Menjeput Raja Ke Pagar Rujung
Sudah Berdirinya Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota
263 Tahun
(6) Sultan Mahjudin Raja Yang Di Jemput
Kepagar Rujung
Sultan Mahjudin Lamanya
Memerintah
42 Tahun
(7)
Yang Dipertuan Sakti Lahit, Anak Sebelah Keponakan Dari Sultan
Mahjudin
Lamanya Memerintah
55
Tahun
Di Pangku
Sultan Rokan Ipar Dari Lahit Lamanya
Memerintah 35 Tahun
(8) Yang Dipertuan Sakti Selo Anak Dari
Sultan Dan Keponakan
Dan Lahit,
Lamanya Memerintah
66 Tahun
Zaman Putih
( Paderi ) Putus Raja Yang Memerintah
Atau Wakil 12 Tahun
Nya
Selama
20
Tahun
(9) Yang Dipertuan Sakti Ahmad, Lamanya
Memerinth
19 Tahun
(10) Yang Dipertuan Sakti Husin Lamanya
Memeruntah 24 Tahun
Dipangku Oleh
Sultau Zainal Putra Yang Dipertuan
Sakti Husin
Lamanya
23 Tahun
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
J U M L A H :
563
Tahun
Waktu Itulah Sampai Pada
Tahun 1903, Maka Yang Di Pertuan
Sakti I B R A H I M Pun Diangkat Oleh Kerapatan Luhak Dengan
Semufakat/Kesepakatan Wakil Governement Yaitu Pada Tahun 1903.
T A
M A T
K E T E R A N G A N D A K E T E R A R I P E R N Y A T A A N
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rakyat
Dan Luhak Rokan Iv Kota Memulai Kerajaaannya Pada Sekitar Abad Ke Xiv Masehi,
Yang Tahun-Tahun Dari Pemerintahan Tsb Dapat Kami Susun Sebagai Berikut :
1.
Sultan Sri Alam, Lama Pemerinthannya 41 Tahun, Dari Tahun. 1340---1381.
2.
Tengku Raja Rokan,
-----------------------------
73 Tahun, Dari Tahun.
1381---1454.
3.
Tengku Sultan Panglima,--------------------- 65 Tahun, Dari Tahun. 1454---1519.
4.
Tebgku Sultan Sepeds
Padi,--------------------- 53
Tahun, Dari Tahun. 1519---1572.
5.
Tengku Sultan Gementar Alam,--------------- 31 Tahun, Dari Tahun. 1572---1603.
6.
Yang Dipertuan Saktimahyudin,--------------- 42 Tahun, Dari Tahun. 1603---1645.
( R A J A P E R T
A M A )
7.
Yang Dipertuan Sakti
Lahit,----------------------- 59
Tahun, Dari Tahun. 1645---1704.
8.
Tengku Sultan Rokan ( Pemangku
)-------------- 35 Tahun, Dari
Tahun. 1704---1739.
9.
Yang Dipertuan Sakti Selo,-------------------------- 66 Tahun, Dari Tahun. 1739---1805.
10. Andiko
Yang Berempat ( Wakil ),------------------
12 Tahun, Dari Tahun.
1805---1817.
11. Dayung
Dt. Mahudum ( Pemangku )--------------
20 Tahun, Dari Tahun.
1817---1837.
12. Yang
Dipertuan Sakti Ahmad,-----------------------
19 Tahun,Dari Tahun.
1837---1856.
13. Yang
Dipertuan Sakti Husin,-------------------------- 24 Tahun, Dari Tahun. 1856---1880.
14. Tengku
Sultan Zainal, ( Pemangku )---------------
23 Tahun, Dari Tahun.
1880---1903.
15. Yang
Dipertuan Sakti Ibrahim ----------------------- 39 Tahun, Dari Tahun. 1903---1942.
Pada Tahun 1942 Berdirilah Kerajaan
Luhak Rokan Dengan Masuknya Penjajah Jepang. Yang Dipertuan Sakti Ibrahim
Ditangkap Oleh Penjajah Jepang, Dibawa Keperahu Dan Meninggal Di Teluk Kuantan.
Dari Tahun 1942 Sampai Agustus
1945,Kerajaan Rokan Diperintah Oleh Pejajah Jepang.
Dari Agustus 1945 ( Zaman Merdeka )
Sampai Sekarang,Kerajaan Rokan Menjadi Sebuah Kecamatan Yang Disebut ‘’ Kecamatan
Rokan Iv Kota ‘’ Dengan Membawa 8 ( Delapan ) Desa Difinitif, Antara
Lain :
1.
Kelurahan Rokan ( Ibu Kecamatan ).
2.
Desa Pandalian.
3.
Desa Tanjung Medan.
4.
Desa Lubuk Bendahara.
5.
Desa Lubuk Berndahara,Timur.
6.
Desa Cipang Kiri Hulu.
7.
Desa Cipang Kiri Hilir.
8.
Desa Cipang Kanan.
Catatan : Tulisan ini kami
ambil dari Foto Copy Buku paparan Tentang Sejarah Kerajaan Rokan IV Koto yang
ditulis Oleh Dipertuan sakti Ibrahim yang berkuasa pada tahun . Dari Tahun.
1903---1942.dan Tulisan aslinya masih Tulisan Ejaan Lama ,Kalau ada kesalahan
Penulisan mohon maaf ,dan kami bersedia menerima koreksi dan saran .
Langganan:
Postingan (Atom)