Jumat, 07 November 2014

ASAL USUL RAJA ROKAN IV KOTO




                                     B U K U    S U R A T    P A P A R A N
                         A S A L   U S U L    R A J A    D A N   H A M B A   R A K Y A T
                         L U H A K   R O K A N   IV   K O T A   D A R I   D A H U L U
                        S E H I N G G A  S A M P A I   S E K A R A N G   I N I   A D A L A H
 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Maka Dalam Buku Ini Terbagi Atas Beberapa Bagian , Maka Setiap Satu Bagian,
Salah Satu Tentang  Raja Yang Memerintah Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota,
Seperti Yang Akan Datang        
       .

Terkadang Oleh Kita Yang Dipertuan  Sakti
Nama  I B R A H I M   Raja Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota, Kepala Kerapatan  Rokan .
T A H U N    1192

Alkisah Maka Adalah Dahulunya Luhak Rokan Iv Kota Ini Jatuh Pada Zaman 5,5 Abad Yang Telah
Lalu ,Maka Air Laut Belum Begitu Kering Betul, Masih Ada Lagi Danau-Danau Yang Besar-Besar Maka
Pada Zaman Itu, Luhak Ini Ada Didiami Oleh Bangsa Sakai Rakyat.

Maka Segala Sakai-Sakai Itu Ada Memperbuat Kampung Pada Tanah Dan Bukit Yang Tinggi Saja.

 No.1. Kampung Tinjau Laut, Diatas Batu Bulah, Letaknya Antara    Rokan Dan Lubuk Bandara Sekarang.
         2. Kampung Kota Berhala, Letaknya Antara Rokan Dan Muara Tibahlah Sekarang.
        3. Kampung Parit Batu, Letaknya Dihulu Siki, Hampir Lubuk Bandara Sekarang.
        4. Kampung Bukit Kajang, Letaknya Sebelah Mudik Lubuk Bandara Sekarang.

          Tetapi Segala Sakai Rakyat Ber-Kampung-Kampung Yang Tersebut Diatas, Tidak Ada Rajanya, Hanyalah Tua-Tua Dalam Tiap-Tiap Kampung Saja.

         Sjahdan Kemudian Dari Itu, Adalah Kira-Kira 4,5 Yang Telah Lalu, Diam Dikota Bento Tinggi, Kota Itu Letaknya Dalam Afdeling Lubuk Sikaping Sekarang.

         Maka Putri Sangka Pu
jah Itu Ada Mengadakan Putra Banyaknya 7 Orang, 6 Laki-Laki 1 Perempuan, Dan Tuannya Laki-Laki Nama (Djulat Djarohsya) Begelar Sultan Sri Alam. Dalam Beberapa Lamanya, Maka Segala Anak Raja Itu Pun Telah Besar-Besar, Maka Anaknya Yang Tua (Djulat Djarohsyah) Yang Bergelar Sultan Sri Alam Itu, Kabarnya Terlalu Gagah Dan Jahat.

             Maka Dengan Sebab Itu, Sultan Sri Alam Terus Merajuk Lalu Pergi Berjalan Meninggalkan Negeri, Diiringkan Oleh Beberapa Hamba Rakyat Dalam Negeri Itu Laki-Laki Dan Perempuan, Kabarnya Ada Kira-Kira 30 Kelamin, Maka Sultan Sri Alam Pun Beserta Pula Istrinya.

 Adapun Luhak Rokan Iv Kota Ini Pada Zaman Itu, Sepanjang Yang Kabarnya Adalah Sedikit Kering, Tetapi Sungai Rokan Ini Dalamnya  Pada Waktu Itu Ada Kira-Kira 35 Meter, Menurut Bekas Air Pada Batu Dimana Kota Batu Bulan Sekarang.


                                    Bagian Yang Pertama

       Menyatakan Yang Mula-Mula memerintah Dalam Luhak Rokan Ini, Serta Dengan Rakyat Yang Bersama Dengan Raja Itu, Yaitu Bergelar Sultan Sri Alam.
                    Alkisah Maka Tersebutlah Perkataan  Perihal Dari Mulanya Perjalanan Sultan Sri Alam Akan Masuk Kedalam Luhak Rokbn Iv Kota Ini Maka Pada Suatu Masa Yang Tersebut Diatas, Maka Sultan Sri Alam Pun Bermohon Pada Ayah Handanya, Keluar Dari Negeri Kota Bento Tinggi Berserta Dengan Kawan-Kawan Yang 30 Kelamin Menelusuri Sungai  Lalah Mengilirkan Sampan  Dengan Memakai Beberapa Rakit Dan Perahu Kulit Kaju.
       Kemudian Dalam Beberapa Hari Sultan Sri Alam Mengilirkan Sungai Sumpu ( Sungai Rokan ), Maka Tibalah Pada Suatu Tempat Pada Sumpu Ini,Suatu Tempat Kejahatanyang Amat Jahat, Sehingga Tidak Boleh Dilalui Rakit Dan Perahunya Itu, Sebab Disitu Airnya terlalu Terjun.
       Maka Pada Ketika Itu Sultan Sri Alam Serta Kawan  Kawannya Lalu Berhenti Disana Serta Memperbuat Pondok Dan Bangsal Pada Tepi Sungai Itu.
       Maka Pada Waktu Malam Hari, Maka Segala Kawan-Kawan Sultan Sri Alam Lalu Tiap-Tiap Malam Membuat Api Besar, Sebab Akan Menerangi Dan Menjaga Rajanya Itu, Maka Tiap-Tiap Malam Demikian Diperbuat Oleh Kawan-Kawan  Dan Pengiringnya Itu.Jadi Pada Waktu Malam Hari Bendegaran Cahaya Api Itu, Sampai Pada Suatu Bukit yang Sebelah Raja Itu Bermalam, Serta Kelihatan Semua Batu-Batu Yang Ada Pada Bukit Itu. Sebab Itu Maka Dinamakan Bukit Itu. Bukit Batu Bederang, Yaitu Batu Benderang Sekarang.
         Sjahdan Kemudian Dari Pada Itu Berapa Lamanya, Maka Sultan Sri Alam Dengan Semua Pengiringnya Lalu Berjalan Pula Mengilirkan Sungai Sampur Buat Melihat Tempat Mana-Mana Yang Baik Akan Dibuat Kampung Dan Ladang. Maka Dalam Perjalanan Sultan Sri Alam Itu, Beberapa Hari Lamanya Maka Tibalah Pada Suatu Tempat Tanah Yang Lebar Dan Datar, Dan Ada Pula Suatu Tempat Tanah Tinggi Dari Sekelilingnya Itu, Maka Sultan Sri Alam Dengan Semua Pengiringnya Lalu Bercuti Pula Disana, Yaitu Pada Tempat Teluk Sembahyang Yang Sekarang. Dalam Hal Yang Demikian Maka Sultan Sri Alam Lalu Memperbuat Kampung Pada Tempat Tanah Yang Tertinggi Itu Serta Berladang-Ladang. Maka Dengan Takdir Allah (                                         ), Mereka Itu Pun  Mendapat Padi Lebih Dari Cukupnya Makan. Oleh Sebab Itu Mufakatlah Sultan Sri Alam Dengan Segala Pengiringnya, Bahasa Tidak Memperbuat Kampung Dan Negeri Pada Tempat Itu. Sehabis Putus Mufakat/Sepakat Sultan Sri Alamdengan Segala Pengiringnya,  Maka Teruslah (       ) Membuat Kampung Dan Negeri Pada Tempat Itu. Maka Demikian Jalan  Kampung Itu Kampung Sembayang Tinggi. Maka Pada Waktu Itu Didirikanlah Oleh Sultan Sri Alam Seorang Orang Besar Bergelar datuk Ini Setia.Letaknya Kampung Itu jalan Sebelah  Mudik sungai Pusu Sekarang.
       Sjahdah Dalam Waktu Sultan Sri Alam Duduk Dikampung Dan Berladang Di Kota Sembahyang Tinggi Maka Orang-Orang Pun Banyaklah Yang Datang Dari Lain-Lain Negeri Serta Berdiam Juga Di Kota Sembahyang Tinggi, Diperhatikan Oleh Sultan Sri Alam Dengan Makanan Yang Cukup. Buat Keadaan Pada Waktu  Itu.Dalam Hal Yang Demikian Itu, Maka Sultan Sri Alam Pun Telah Mengdakan Seorang Putra Laki-Laki. Maka Lama Keadaan Sultan Sri Alam Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi, Maka Anaknya Itu Pun Besarlah. Sepajang Kabar Anaknya Itu Telah Berumur 25 Tahun. Maka Sultan Sri Alam Pun Terus Majikatlah Meninggalkan Dunia.Sepanjang Kabarnya Sultan Sri Alam Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi Adalah Kira-Kira 41 Tahun, Maka Ia Pun Terus Mangkat. Demikianlah Halnya Pada Zaman Raja Yang Mula-Mula Di Tuhak Rokan Yaitu Di Kota Sembahyng Tinggi.

                                                         Bagian  Ruang  Kedua  
                                                                 
       Menyatakan Raja Yang Kedua Yang Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Bergelar Tengku Raja Rokan.
        Alkisah Maka Tersebutlah Perkataan Pada Zaman Tengku Raja Rokan Memerintah Dalam Luhak Rokan. Ada Pun Pada Kemudian Telah Mangkat Ayahnya Sultan Sri Alam, Maka Tengku Panglima Raja Memerintah Segala  Sembahang Tinggi, Serta Lama Beristrikan Seorang Bangsa Ke Empat Suku.
         Sjaidah Dalam 4 Atau 5 Tahun Tengku Panglima Raja Telah Memerintah Dibelakang Ayahnya, Maka Orang Dikota Sembahyang Tinggi Bertambah Banyak Juga Serta Bertambah Sukunya Orang Yang Datang Itu.
No. 1.  Maka Orang Suku Melayu Asalnya Datang Dari Padang Panjang, Setengahnya Tinggal Di Rao, Baru Lalu Ke Luhak Rokan Ketempat Dikota Sembahyang Tinggi.
          2. Orang Suku Mandaling Dan Mais Datang Dari Kota Bento Tinggi, Setangahnya Berhenti Di Petok Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menempat Ke Kota Sembahyang Tinggi.
           3. Orang Suku Perorang Asalnya Kelobar Dari Muara Tais, Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan, Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
           4. Orang Suku Asal nyaduca Dari Korea Tais, Kemudian Masuk Ke Luhak  Rokan,Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
           5.  Orang Suku Peliang, Asalnya Dari Padang Panjang,Kemydian Datang Pula Ke Petok Bagian Lubuk Sikapnya, Kemudian Piundah Ke Rao Yaitu Langsat Kodok, Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menepat Ke Kota  Sembahyang Tinggi.
           6.    Orang Suku Taniago, Datang Dari Padang Panjang, Diam Di Rao Kemudian Baru Masuk Ke Luhak Rokan Menepat Di Kota Sembahyang Tinggi.
     Kemudian Telah Berkumpul Segala Orang Suku-Suku Yang Tersebut Di Atas Ini Ke Kota Sembahyang Tinggi, Merek Itu Semuanya Berkumpul Dan Berladang, Di Perdatahkan Oleh Tengku Panglma Raja,Semakin Lama Bertambah Ramai Juga Kota Sembahyang Tinggi.
       Ada Pun Dalam Hal Yang Demikian, Maka Terbitlah Fikiran Tengku Panglima Raja,Tindak Mendirikan Tofa-Tofa Dalam Tiap-Tiap Suku Yang Tersebut. Sehabis Itu Maka  Mufakatan Tengku Palima Raja Dengan Datuk Nan Setia Serta Orang Tua Dalam Suku Jana Datang Itu, Akan Mendirikan Adat Tua-Tua Dalam Tiap-Tiap Suku. Sehabis Mufakat Maka Orang Kota Sembahyang Tinggi Berkat Dan Berjamu Mengangkat Tua Dalam Tiap-Tiap Suku.
 Dan Tengku Panglima Raja Diangkat Gelar Tengku Raja Rokam, Maka Orang Besar-Besar Dalam Kota Sembahyang Tinggi Pada Zaman Itu Gelarnya.
      No .        1. Datuk Nan Setia
                            2. Datuk Singa
                            3.  Datuk Diraja
                            4.  Datuk Dalam
     Kemudian Dari Pada Itu Maka Dinobat Pula Rulombalang Yang Dipilih Yang Gagah Berani, Maka Gelar Rulombalang Itu Seperti Dibawh Ini :
      No :        1.   Gelar Tupang Muara Puja,
                      2.   Gelarnya Sambal Supih,
                       3.    Gelarnya Tumbang Langit,
                       4.    Gelarnya Elang Laut,
                       5.    Gelarnya Panglima Eping Berantah,
                      6.     Gelarnya Mata Ludah Dan
                      7.     Gelarnya Sapu Ranta
           Adapun Sehabis Orang Kota Sembah Yang Tinggi Berjamu Mengangkat Tengku Panglima Raja Bergelar Tengku Raja Rokan, Pada Ketika Itu Mulailah Menanam Dan Mengatur Orang Besar-Besar Da Hulung Balang Yang Tersebut Diatas Maka Orang Kota Sembahyang Tinggi Memperbuat Kampung Pula Dua Buah, Satu Bernama Kota Tanjung Sabar Letaknya Di Tepi Sungai Rokan, Sebelah Kiri Mudik,  Berdekatan Sebelah Mudik Muara Siasam Sekarang. Kedua Kampung Simpang Dua, Letaknya Disebelah Kanan Sungai Rokan Antara Dengan Sungai Pusu Sekarang. Lagi Pula Dibuat Satu Kampung Bernama Kota Renan Letaknya Sebelah Kiri Sungai Rokan. Maka Yang Tersebut Itu Jadi Anak Kampung Kota Sembahyang Tinggi.
         Sjaidah Maka Tengku Raja Rokan Dan Orang Kota Sembahyang Tinggi Pun Bertambah Ramai Dan Makmur. Pada Ketikaitu Tengku Raja Rokan Mufakat/Sepakat Dengan Orang Besar-Besar Yaitu Segala Kampung-Kampung Sakai Yang Tersebut Diatas, Yang Memang Dahulu Kedapata Oleh Ayahnya Sultan Sri Alam. Dalam Luhak Rokan Ini, Diamuk Dan Dilarang, Supaya Mereka Itu takut Perintah Dan berada Di Kota Sembahyang Tinggi.
       Adapun Yang Mula-Mula Diserang, Yaitu Kampung Sakai Di Batu Bulan Kedua Kampung Sakai Di Kotas enayang, Ketiga Kampung Sakai Di Parit Batu, Keempat Kampung Sakai Di Kota Berjiala  Yang Tersebut  Pad Permulaan Buku Ini. Dalam Hal Yang Demikian  Segala Sakai Yang Tersebut Tiada Melawan Dengan Kuat, Hanyalah Mereka Mengikut Berada Kepada Tengku Raja Rokan Di Kota Sembahyang Tinggi. Sehabis Hal Demikian Maka Tengku Raja Rokan Pun Tetaplah Memerintah Di Kota Sembahyang Tinggi, Kemudian Maka Segala Sakai-Sakai Itu Ruanya Tiada Selang Takut Perintah Pada Raja Melayu, Maka Mereka Itu Pun Keluarlah Dari Kampung Masing-Masing Pergi Membawa Dirinya Ketanah Seberang, Sampai Sekarang Ada Lagi Pihak-Pihak Itu Orang Menjadi Sakai Juga Dalam Bagian Perak  (Malaysia Sekarng ).                                           
 Oleh Sebab Itu Luhak Ini Tinggal, Di Diami Bangsa Melayu Saja.
      Hatta Tidak Berapa Lamanya Kemudian Dari Pada Itu, Maka Datanglah Satu Buah Perahu Dari Laut,Nachodahnya bergelar Pendekar Berkokok,Kepala Dari Perampok Laut. Maka Setiba Pendekar Itu Pun Singgahlah Dikota Sembahyang Tinggi, Maksutnya Hendak Mengamuk Di Kota Sembahyang Tinggi. Sampai Disitu Maka Pendekar Itu  Tiada Mau Menghadap Raja Disitu, Hanyalah Kerjanya Mencari Jalan Perkelahian Saja. Apa Bila Malam Hari Pendekar Itu Naik Ke Kota Sembahyang Tinggi, Lalu Berkokok Seperti Ayam, Serta Menepuk-Tepukan Tangan Dan Menghimbau Lawan Hendak Berkelahi. Maka Pada Ketika Itu Seorang Hulubalang Pun Tiada Dibenarkan Melawan Itu Pendekar, Hanyalah Menanti Ketika Yang Baik Langkah Yang Elok/Baik, Buat Melawan Itu Pendekar Berkelahi, Sehingga Sampai 7 Hari Lamanya  Tengku Raja Rokan  Mencari Langkah Itu Tiada Juga Dapat. Sebab Itu Tengku Raja Rokan Menyuruh 7 Orang Hulubalang Maksut Ke Tapung Di Kota Sibuaya, Ada Seorang Akan Di Panggil, Bergelar Datuk Ama Pahlawan, Yaitu Seorang Yang Gagah Berani, Minta Tolong Melawan Pendekar Alam Berkokok Berkelahi  Di Kota Sembahyang Tinggi.
          Arkian Maka Tujuh Orang Hulubalang Itu Pun Teruslah Berjalan Menuju Ke Kota Sibuaya Dengan Menerima Satu Ekor Anjing. Sampai Mereka Itu Di Bukit Suligi Maka Anjing Itu Pun Teruslah Berjalan Bertenderlah Pula Dengan Seekor Anjing Dalam Hutan Itu Lalu Berkelahilah Dimana Tempat Anjing Itu Berkelahi Kedua Anjing Itu Pada Satu Tabang Pada Bukit Suligi Itu. Oleh Sebab Itu Terdengarlah Oleh Orang Yang 7 Orang Tadi, Terus Di Ikutinya  Dimana Tempat Anjing Itu Berkelahi. Sampai Disitu  Bertemulah Orang Yang 7 Orang Yang Tadi Dengan Tuan Itu Yaitu Bergelar Datuk Godang Tintin. Oleh Sebab Itu Mengejek Kedua Belah Pihaknya, Dalam Ejekannya Itu Tersebutlah Bahasa Mereka Itu Suruhan Oleh Tengku Raja Rokan, Disuruh Menjemput Datuk Ama Pahlawan Akan Dibawa Ke Kota Sembahyang Tinggi, Akan Melawan Pendekar Alam Berkokok.
          Ada Pun Datuk Godang Tintin Datang Itu Berdua Dengan Anaknya Yaitu Asalnya Kepala Negeri Tanjung  .
Pada  Suatu Fajar. Maka Kata Datuk Godang Tintin, Janganlah Lagi Dijemput Datuk Ama Pahlawan Itu Biarlah Hamba Saja Bersama Menghadap Tengku Raja Rokan Buat Melawan Pendekar Alam Berkokok Itu, Sahut Ketujuh Cetusan Itu, Kalau Datuk Mau Baiklah. Sebab Itulah Ditetapkan Sekarang Itu Batas Rokan Dengan Kampar Yaitu Di Bukit Kalaran Anjuran Yang Tersebut Itu.
        Maka Datuk Godang Tintin Dan Ketujuh Orang Cetusan Raja Itu Pun Berjalanlah Ke Kota Sembahyang Tinggi, Sesampai Ke Kota Sembahyang Tinggi Datuk Godang Tintin Pun Pergi Menghadap Raja Ke Isatana. Pada Ketika Itu Di Perintahkan Oleh Raja Kepada Datuk Godang Tintin Bahwa Ada Seorang Pendekar Alam Berkokok Datang Dari Laut Maksutnya Hendak Berkelahi  Dengan Orang Kota Sembahyang Tinggi, dan  Orang Kota Sembahyang Tinggi Pada Ketika Itu Seorang Pun Tiada Yang Sanggup  Buat Melawan Pendekar Itu. Sebab Itu Kami Minta Pertolongan Pada Datuk. Jawab Datuk Godang Tintin, Boleh Patik Tuba Melawannya. Kemudian Dari Pada Itu Segala Kelakuan Pendekar Itu Menghimbau Lawan, Di Ceritakan Oleh Tengku Raja Rokan.
      Sjahdan Sampai Pada Waktu Malam Harinya, Maka Naiklah Pula Pendekar Alam Berkokok Kedalam Kota Sembahyang Tinggi, Lalu Berkokok Menghambau Lawan, Maka Dijawablah Oleh Datuk Godang Tintin Dengan Berkata,
Disini Tiada Orang Berkokok Hanyalah Ayam Yang Pandai, Maka Terdengarlah  Pendekar Alam Berkokok, Ia Pun Kembali  Ke Perahunya, Lalu Tidur Sampai Pagi Harinya, Setelah Hari Pagi, Pendekar Alam Berkokok Pun Naiklah Pula Kedarat Dengan Membawa Sebilah Pedang, Lalu Berkata Siapakah Yang Jantan Malam Tadi, Teruslah Supaya  Boleh Berkelahi. Jawab Datuk Godang Tintin,
 Akulah Yang Berkelahi Bajak Dan Lain Orang Tiada Yang Berani, Sehabis Itu Datuk Godang Tintin Pergi Menghadap Tengku Raja Rokan, Mengabarkan Bahwa Hendak Melawan Pendekar Itu, Jawab Raja, Baiklah.
         Pada Ketika Itu Pendekar Telah Ada Dihalaman Tengku Raja Rokan Oleh Datuk Godang Tintin Sebatang Tebu Dan Iapun Dududk Makan Tebu Itu Didepan Pintu, Dan Anaknya Yang Di Manja Itulah Yang Disuruhnya Berkelahi Dengan Pendekar Alam Berkokok Itu. Sedang Pendekar Alam Berkokok Berkelahi Dengan Anak Datuk Godang Tintin Berbalik Kegedung Halaman Kepangkal Halaman, Belum Juga Kena Mengenai Kedua Belah Pihaknya. Maka Batang Tebu Yang Di Makan Oleh Datuk Godang Tintin Tadi, Di Lemparkannya Pada Pendekar Alam  Berkokok, Dalam Hal Yang Demikiann Bertarunglah Kaki Pendekar Tadi Pada Batang Tebu Itu, Sedangkan Ia Terdesak Di Kejar Oleh Anak Datuk Godang Tintin, Pendekar Itu Pun Kenalah Pada Lehernya Lalu Mati Seketika. Segala Harta Pendekar Itu Dirampas, Segala Orangnya Disuruh Kembali Dengan Perahunya.
           Sjahdan Pada Ketika Itu Sebagai Pembalasan Jasa Datuk Godang Tintin dan Anaknya Maka Dibuat Suatu Tali Persahabatan Antara Orang Tangan Datuk Godang Tintin Yaitu Watas Rokan Dengan Kampar, Pada Bukit Kalaran Anjing Yang Tersebut Diatas Tadi. Adapun Demikian Dari Pada Itu, Maka Tengku Raja Rokan Pun Tinggal Tetaplah Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi Dengan Bertambah Ramai Juga Serta dengan Persediaan Makanan Yang Cukup. Maka Dalam Yang Demikian Tengku Raja Rokan Pun Mengadakan Seorang Putra, Seorang Laki-Laki Bergelar Sultan Panglima Dalam Dan Seorang
 Perempuan Bergelar Putri Cahaya Intan.
 Anaknya Yang Laki-Laki Itu Adalah Berumur 30 Tahun, Tengku Raja Rokan Pun Meninggal. Dan Kota Sembahyang Tinggi Pun Di Perintahkan Oleh Anak Sultan Panglima Dalam.
           Maka Dalam Sepanjang Kabarnya Tengku Raja Rokan Memerintah Kira-Kira 73 Tahun, Baru Meninggal.

                                                                    Bagian  Yang  Ketiga

         Menyatakan Raja Yang Ketiga Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Sultan Panglima Dalam, Putra Tengku Raja Rokan Dikota Sembahyang Tinggi.
             Alkisah Maka Tersebutlah Sultan Panglima Dalam Memerintah Dalam Luhak Rokan Yaitu Dikota Sembahyang Tinggi. Maka Sultan Panglima Dalam Ada Saudara Seorang Perempuan  Gelar Cahaya Intan .
Sjahdan Berapa Lamanya Dibelakang Tengku Raja Rokan Telah Meninggal, Maka Anaknya Yang Laki-Laki Itu Di Angkat Orang Menjadi Raja Bergelar Sultan Panglima Dalam Dan Saudaraya Yang Perempuan Bergelar Putri Cahaya Intan Sehabis Itu Sultan Panglima Dalam Pun Tetaplah Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi. Dalam Hal Yang Demikian Maka Sultan Panglima Dalam Kawin Dengan Seorang Bangsa Keempat Suku Kota Sembahyang Tinggi, Dan Saudaranya Yang Perempuan  Itu Kawin Dengan Seorang Bangsa Raja Yang Baru Datang. Kemudian Lama Kelamaan Sitti Cahaya Intan Adik Sultan Panglima Dalam Pun Dapat Anak 3 Orang, Yang Tua Laki-Laki Bernama, Sipadi, Dan Yang Tengah Bernama Sitti  Intan Dan Yang Perempuan Kecil Itu, Mati Kecil.
          Tiada Berapa Lama Istri Sultan Panglima Dalam Pun Meninggal Juga, Sepajang Kabarnya Adalah Dalam Kira-Kira 30 Tahun Lamanya Ia Memakai Istrinya Itu.
            Adapun Kemudian Sesudah Mati Istrinya Sultan Panglima Dalam Itu Maka Sultan Panglima Dalam Pun Pergi Kawin Ke Kuok Yaitu V Kota Sekarang, Kepada Anak Datuk Bendahara Kaya, Gadis Jitan Manis. Maka Sesampai Sultan Panglima Dalam Di Kuok, Maka Iapun Meminang Anak Datuk Bendahara Itu, Dan Datuk Itu Sukalah Menerima Sultan Panglima Dalam Buat Tunangan Anaknya Itu, Pada Ketika Itu Orang Sedang Meramaikan Gelanggang Tempat Menyabung. Maka Datang Pula Seorang Bernama Panglima Kaya Yaitu Orang Datang Dari Laut, Dan Panglima Kaya Datang Pula Pada Datuk Bendahara Itu, Hendak Meminang Tunangan Panglima Dalam Itu. Ada Pun Adat Orang Pada Waktu Itu, Barang Siapa Yang Gagah, Ialah Yang Akan Mendapat.  Oleh Sebab Itu Dikerasilah Oleh Panglima Kaya Hendak Kawin Dengan Tunangan Sultan Panglima Dalam Itu.
 Jadi Keadaan Mereka Itupun Sama-Sama Menyabung Dalam Gelanggang Itu, Tetapi Dalam Hatinya Hendak , Membunuh Salah Seorang. Pada Suatu Hari Kalahlah Ayam Panglima Kaya Oleh Ayam Sultan Panglima Dalam, Maka Sultan Pamglima Kaya Mau Menbajar Kekalahannya. Pada Ketika Itu Keadaan Merka Itu Berkelahilah, Tiada Berapa Lamanya Berkalahi Matilah Panglima Kaya Di Pancung Oleh Panglima Dalam Raja Di Kota Sembahyang Tinggi.
          Sehabis Itu Sultan Panglima Dalam Pun Lalu Kawin Dengan Gadis Jitan Manis Anak Datuk Bendahara Itu. Apabila Selasai Kawin Maka Sultan Panglima Dalam Pun, Lalu Itu Kembali Ke Kota Senbahyang Tinggi Deangan Istrinya Itu.
       Lama Kelamaan Maka Sultan Panglima Dalam Dengan Istrinya Dapat Seorag Anak Laki-Laki Bergelar Tengku Panglima Raja. Kemudian Telah Besar Anaknya Itu, Maka Di Kawinkannya Dengan Keponakan Sitti  Intan Anak Dari  Sitti Cahaya Intan. Adalah Dari Keponakannya Sipadi Telah  Berumur 30 Tahun Maka Sultan Panglima Dalam Pun Meninggal, Sepanjang Kabarnya Adalah Sultan Panglima Dalam Memerintah 65 Tahun Lalu Meninggal.

                                                            Bagian  Yang  Ke Empat

        Menyatakan Raja Yang Keempat Dalam Luhak Rokan, Yaitu Bergelar Sultan Sepedas Padi Keponakan Dari Sultan Panglima Dalam Dikota Sembahyang Tinggi.
        Sjahdan Adapun Dibelakang Sultan Panglima Dalam Telah Meninggal, Maka Mufakatlah/Sepakat Orang Besar-Besar Dikota Sembahyang Tinggi Serta Hamba Rakyat Sekalian, Hendak Mendirikan Raja, Akan Di Ganti Sultan Panglima Dalam. Waktu Itu Adalah Satu Anaknya Bergelar Panglima Raja Dan Satu Keponakannya Bernama Sipadi.  Jadi Dipilih Antara Anak Dan Keponakan, Sekalian Orang Tua-Tua Dan Orang Besar - Besar Banyak Yang Memilih Keponakan Sultan Panglima Dalam Akan Dijadikan Raja.
        Maka  Tengku Panglima Raja Tiada Panjang Bicara, Sebaba Ia Kawin Dengan Adik Si-Padi. Dalam Hal Yang Demikian Putusan Mufakat/Sepakat Orang Kota Sembahyang Tinggi, Maka Di Angkat Sipadi Menjadi Raja Dikota Sembahyang Tinggi Dengan Bergelar Sultan Sepedas Padi.
        Adapun Sultan Sepedas Padi Gagah Benar Dan Selalu Mengamuk Dan Menyamun  Dan Mengalakan  Beberapa Kampung, Maksutnya Hendak Mengambil Harta Orang Di Kampung Itu. Adalah Kelakuannya Selaku Orang Merampok.  Apalagi Orang Disitu Pada Waktu  Belum Beragama Islam Betul Sebagai Sekarang Ini, Hanyalah Adat Sejarah Melayu Pada Zaman Itu Saja.
        Adapun Saudara Yang Perempuan Dari Sultan Sepedas Padi Yang Kawin Dengan Anak Sultan Panglima Dalam,  Maka Mendapat Anak Seorang Laki-Laki Bernama Si Alam, Yaitu Keponakan Dari Anak Sultan Sepedas Padi.
         Sjahdan Telah Berapa Lamnya Sultan Sepedas Padi Memerintah Di Kota Sembahyang Tinggi, Maka Datanglah Seorang Keramat, Kabarnya Bangsa Arab, Datang Dari Aceh Bergelar Sultan Harimau, Lagi Beragama Islam. Adapun Sultan Harimau Datang Itu Kabarnya Dua Bersaudara Sama Laki-Laki. Yang Tuanya Bergelar Sultan Janggut, Itulah Yang Ke Rokan Kanan Yang Meng Islam Kan Orang Rokan Kanan. Dan Yang Mudanya Itulah Sultan Harimau Yang Masuk Ke Rokan Kiri, Yang Meng Islam Kan Orang Rokan Kiri.
       Maka Adanya Datangnya Itu Dari Baganapi-Api, Sepanjang Kabar Orang Tua-Tua Setelah Keduanya Sampai Pada Kualo Sako Yaitu Pertemuan Sungai Rokan Kiri Dan Sungai Rokan Kanan, Maka Keduanya Pun Bermufakat/Kesepakat Disitu, Siapa Yang Akan Masuk Ke Rokan Kanan Dan Siapa Yang Akan Masuk Ke Rokan Kiri. Kata Sahibul Hikayat Maka Ditimbanglah Air Rokan Kiri Dan Kanan Itu. Maka Beratlah Air Rokan  Kiri. Jadi Kata Sultan  Jenggot, Sultan Harimaulah Yang Akan Masuk Ke Rokan Kiri. Adapun Sultan Harimau Mudik Itu, Ialah  Singgah-Singgah Dimana Kampung Nan Enam Sekarng, Lalu Meninggalkan Enam Kelamin Temannya Disitu, Itulah Asal Orang Kampung Nan Enam Sekarang. Kemudian Mudik Juga Sultan Harimau, Lalu Singgah Diseberang Membuat Tempat Sembahyang Disitu. Sesudah Itu Sultan Harimau Tinggal Di Kota Sembahyan Tinggi, Lalu Menghadap Kepada Sultan Sepedas Padi.
       Maka Sultan Harimau Pun Tinggallah Bersahabat  Dengan Sepedas Padi Dikota Sembahyang Tinggi
       Arkian Maka Setelah Setahun Dua Tahun Sultan Harimau Tinggal Dikota Sembahyang Tinggi Bersama Sultan Sepedas Padi, Dan Sultan Harimau Pun Terlalu Homat Kepada Sultan Sepedas Padi. Oleh Sebab Itu Lembutlah Hati Sultan Sepedas Padi Kepada Sultan Harimau. Tambah Pula Sultan Harimau Itu Banyak Ilmunya, Jadi Sultan Sepedas Padi Pun Berguraulah Kepada Sultan  Harimau Segala Ilmu Dunia, Seperti Ilmu Kuat Dan Tahan Kuat Dan Lain-Lain. Begitu Juga Dengan Rakyat Di Kota Sembahyang Tinggi.
        Dalam Pada Itu Maka Sultan Harimau Pun Terus Mengajar Ilmu Agama Islam, Dengan Mengerjakan Syahadat Dan Sembahyang Lima Waktu Dan Lain-Lain Perkara Agama Seberapa Bisa Pada Zaman Itu. Mulai Pada Waktu Itulah Orang Memakai Agama Islam Di Luhak Ini, Sehingga Sampai Saat Ini.
      Kemudian Sehabis Orang Kota Sembahyang Tinggi Masuk Agama Islam, Maka Sultan Harimau Pun Mangkatlah Dengan Sultan Sepedas Padi, Hendak Membuat Pegawai Agama Yaitu;  Iman, Hatib, Bilal, Dan Mungkin  Jum’at. Dan Sultan Sepedas Padi Pun Sukalah Menerima Mufakatan/Kesepakatan Itu. Maka Teruslah Sultan Sepedas Padi Membuat Iman, Hatib, Bilal, Dikota Sembahyang Tinggi. Dalam Hal Yang Demikian Sultan Sepedas Padi Pun Tetaplah Memerintah Dikota Sembahyang Tinggi. Maka Ada Sultan Harimau Itu, Mencari Orang Yang Belum Masuk Islam Juga, Supaya Di Islamkan.
        Sjahdan Orang Kota Sembahyan Tinggi Pun Menerima Mengajari Orang Yang Belum Islam Itu. Dan Bertambah Ramailah Juga Kota Sembagyang Tinggi, Karena Orang Datang Bertambah-Tambah Juga Pada Ketika Itu Penuhlah Kota Sembahyang Tinggi Oleh Orang. Maka Terbitlah Fikiran Oleh Sultan Sepedas Padi  Dengan Orang Besar-Besar Dan Rakyat Di Kota Sembahyang Tinggi, Hendak Menambah Negeri Yang Agak Jauh Sedikit Dari Kota Sembahyang Tinggi, Supaya Senang Berladang Pada Hutan  Yang Lapang. Maka Ketika Itu Putuslah Mufakat Bahasa Sembahyang Tinggi Akan Di Tinggalkan Dan Akan Membuat Negeri Empat Buah, Dan Akan Didirikan Orang Besarnya Empat Orang. Dan Di Tentukan Pula Orang Yang Akan Mencari Tanah Untuk Negeri Yang Empat Itu.
         Menurut Keputusan Mufkat/Sepakat Itu Ialah Iman Akan Pergi Ke Mudik Sampai Rokan. Dan Bilal Akan Masuk Islam Yang Sekarang Dengan Setengah Mungkin. Sehabis Itu Maka Keempat Orang Itupun Berjalan Mencari Tanah Yang Akan Dibuat Negeri Itu Masing-Masing Dengan Halnya.
         Sjahdan Setelah Putuskan Permufakatan/Kesepakatan Itu, Maka Hatib Pun Memudikan Sungai Rokan Dengan Perahu Bersama Dengan Kawannya Adalah Dua Tiga Orang. Berapa Lamanya Naiklah Kedarat Seorang Beriman Saidi, Tempatnya Naik Itu, Ialah Seberang Sungai Kecil Yang Bermuara Ke Sungai Rokan, Yaitu Seberang Negeri Rokan Yang Sekarang.
         Maka Adalah Ia Membawa Seekor Anjing Naik Kedarat Itu Buat Mencari Tapak Negeri, Mana-Mana Yang Akan Di Jadikan Negeri. Setelah Sampai Didarat Anjing Itu Pun Menjalak. Apabila Didengar Oleh Saidi Anjingnya Itu Menjalak, Lalu Dikerjakannya, Sampai Disitu Dlihatnya Anjingnya Menjalak Sepohon Kaju Yang Di Namakan Orang Gorkan. Waktu Itu Berfikirlah Saidi Dalam Hatinya, Kalau Begini Halnya, Baiklah Disini Dijadikan Tapak Negeri, Karena Pada Tempat Ini Adalah Tanahnya Datar Dan Baik Rupanya. Setelah Itu Maka Saidi Pun Pulang Kenegerinya, Hendak Menyatakan Hal Itu.
        Apabila Selesai Dipanggilnyalah Orang Dalam Negeri Itu, Buat Menyatakan Sepanjang Pendapatnya Itu. Segala Orang Dalam Negeri Itu Pun Sukalah Hainya Mendengarkan Perkataan Saidi Itu. Tidak Berapa Lamanya Dibawahlah Lagi Orang Oleh Saidi Berapa Orang Kepada Tempat Yang Diperlunya Itu. Sampai Disitu Betulah Rupanya Seperti Kata-Kata Saidi Itu. Karena Itu Bersuka Hatilah Orang, Dengan Menamakan Sungai Kecil Itu Sungai Gorkan, Sampai Sekarang Bernama Rokan Saja. Dan Negeri Itu Dinamakan Orang Kota Rokan Tinggi, Karena Tanahnya Tinggi Dari Pada Tanah Yang Ada Di Dekat Itu.
         Adapun Bilal Yang Tersebut Diatas Tadi, Mula-Mulanya Sejalan Dengan Rokan Sekarang Ini, Yaitu Bernama Sungai Siasam Masa Sekarang, Iapun Memudikan Sungai Itu Sampai Pada Tempat Sungai Iu Bercabang Dua. Disitulah Dilihatnya Sebatang Pohon Asam, Dengan Mengambil Buah Kaju Itu Buat Di Makannya, Tetapi Adalah Lain Sekali Buah Kaju Itu, Karena Buah Kaju Yang Di Sebelah Dahan Yang Satu, Betul Asam Rasanya. Dan Sebelah Hulu Sungai Ini Kita Buat Negeri, Dengan Kita Namai Pilihan, Karena Buah Kaju Ini Pilih-Pilhan Rasanya, Karena Diulang Beberapa Kali Menjeput Itu,Karena Penjemputan Sampai Sekarang Pandalian Saja, Dan Sungai Yang Secabang Lagi Itu Bernama Sungai Pandalian. Oleh Sebab Itu Tetaplah Sudah Disitu Akan Dibuat Tarak Negeri, Mereka Itupun Mulailah Menebas Disitu, Sehingga Sampai Pada Suatu Rawang. Ditengah Rawang Itu Terlihatlah Oleh Seorang-Orang Sepatang Tebu, Lalu Diamil Oleh Orang Itu, Tebu Itu Lalu Di Makan. Apabila Dilihat Oleh Kawan-Kawannya  Hal Itu, Lalu Mengambil Tebu Itu Pula, Sehingga Sampai 7 Orang Yang Memekan Tebu Itu, Dan Tebu Itu Pun Habislah. Tetapi Tebu Sudah Tentu Apabila Di Ujung Itulah Yang Kurang Manisnya, Jadi Orang Yang Mendapat Penghabisan Sekali Tidaklah Mendapat Tebu Manis. Oleh Sebab Itu Berkatalah  Orang Yang Memakan Tebu Yang Jadi Ujung Itu; Adapun Aku Ini Mendapat Tebu Pucuknya, Kalau Begitu Beserta Tuan-Tuan Suka, Jadikanlah Aku Ini Pucuk Pula. Setelah Didengar Orang Banyak, Sukalah Hati Mereka Itu Buat Menjadikan Orang Yang Satu Itu Pucuknya. Dua Tiga Hari Kemudian D K Itu Disana.
          Adapun Mungkin Yang Tersebut Diatas Ini, Iapun Juga Memudikan Sungai Siasam. Tetapi Pada Suatu Tempat Yang Ada Air Berbuny Iberdebau-Debau, Singgahlah Ia Disitu Dengan Memandang Akiridan Kanan, Sedang Ia Memandang Itu Berkatalah Kepada Orang Kawannya, Bahwa Tempat Itu Baik Akan Tempat Membuat Kampung. Oleh Sebab Itu Menebaslah Semua Orang Itu, Buat Dijadikan Tapak Negeri. Jadi Setelah Sudah Negeri Itu,  Dinamakan Negeri Itu Sikerbau, Karena Menurut Bunyi Air Itu.
          Adapun Imam Yang Tersebut Diatas Ini, Lebih Dahulu Sbelum Ia Berjalan, Ia Berkata-Kata Dengan Sultan Harimau, Menanyakan Perjalanan Sultan Harimau Itu. Sekalian Cerita Sultan Harimau Itu  Fahamlah Sudah Oleh Imam Itu Sekaliannya. Sesudah Itu Imam Pun Hilirlah Dengan  Sebuah Perahu,  Sampai Ia Pada Suatu Tempat Yang Ada Baik Rupa Tanahnya Dengan Datarnya. Disitulah Imam Itu Membuat Tapak Negeri Dengan Menebas. Serta Negeri Itu Dinamai Kota Kecil, Karena Negeri Itu Masih Kecil Saja.
            Sjahdan Pada Berapa Lamanya Selesai Masing-Masing Menebas Tempat Negeri Itu, Maka Sekalian Mereka Yang Tersebut Di Kampunglah Kembali Ke Kota Sembahyang Tinggi Menghadap Sultan Sepedas Padi. Maka Pada Ketika Itu Sultan Sepedas Padi Dengan Orang Besar-Besar, Imam Hatip Sekalian Bermufakat/Sepakatan Hendak Mendirikan Datuk Andiko Atau Hasir Raja Empat Orang, Yaitu;
      - Seorang Di Negeri Rokan, Yang Dibikin Oleh Hatip Tersebut Diatas,
      -  Seorang Datuk Di Pandalian.
      -  Seorang Datuk Di Sikibau Dan.
      -  Seorang Datuk Di Kota Kecil
      Setelah Setuju Permufaktan/Kesepakatn Itu Maka Andiko Yang Tersebut Didirikan Pada Ketika Itu Oleh Sultan Sepedas Padi, Maka Yaitu :
        Di Rokan Bergelar Datuk Bendahara Muda.
        Di Pandalian Bergelar Datuk Bendahara Sakti.
        Di Sikebau Bergelar Datuk Bendahara Raja
        Di Kota Kecil Bergelar Datuk Bendahara Hitam Atau Bendahara Muda.
        Sehabis Itu Orang Pun Berjamu-Jamu Makan Minum Di Kota Sembhyang Tinggi. Kemudian Setelah Selesai Itu Jamoban Maka Orang Kota Sembahyang Tinggi Pun Pindahlah Pada Negeri Yang Empat Yang Di Perbuat Oleh Imam, Hatip, Bilal, Dan Mungkin Yang Tersebut Diatas.
            Hatta Maka Diteriakan Orang Pula Keadaan Dan Kelakuan Orang-Orang Kota Sembahyang Tinggi Pada Waktu Akan Bercerai Itu, Meninggalkan Kota Sembahyang Tinggi, Akan Pindah Pada Negeri Yang Empat Yang Diperbuat Oleh Imam, Hatip, Bilal, Dan Mungkin Yang Tersebut Diatas Ini, Maka Pad Ketika Itu Orang Kota Sembahyang Tinggi Terlalu Huru Hara, Karena Akan Berbagi-Bagi. Maka Segala Orang Laki-Laki Dan Perempuan Semuanya Menangis, Sehingga Bersesak-Sesak Ke Istana Segala Mereka Itu, Dengan Berimpun-Impunlah Segala Mereka Pada Suatu Kuala Sungai Kecil, Dengan Menangis Dan Menatap Jugalah. Dengan Takdir Allah Jatuhlah Kedalam Sungai Itu Satu Orang Yang Membawa Gulung Tikar, Lalu Menjadi Batu, Dinamakan Orang ( Batu Gulung Tikar ). Dan Sungai Itu Bernama ( Sungai Peratapan ) . Karena Tempat Orang Bertapa Distu.
         Adapun Setangahnya Meratap Dan Menangis Pula Dengan Berpusu-Pusu Segala Orang Itu Sampai Pada Suatu Sungai Kecil Yang Dinamakan Orang Sungai Pusu. Adapun Sebabnya Sungai Itu Sampaisekarang Bernama Sungai Pusu Ialah Karena Itu Orang Menangis Dan Meratap Hal Keadaannya Berpusu-Pusu Kesitu.
         Sehabis Itu Sekalian Pun Teruslah Berjalan Masing-Masing Menuju Ke Negeri Yang Di Maksutnya. Setengahnya Mudik Ke Rokan Tinggi, Setengahnya Lari Kekota Kecil, Setengahnya Mudik Ke Pandalian, Setengahnya Mudik Ke Sikerbau. Oleh Sebab Hal Yang Demikian, Mulai Dari Zaman Yang Berbuat Sampai Sekarang, Luhak Rokan Ini Dinamakan Orang Rokan Iv Kota, Sebab Empat Kota Yang Mula-Mula Diperbuat Oleh Orang Kota Yang Empat Itu Di Samakan Hak Dan Kuasanya Dari Dahulu Sampai Sekarang Ini.
         Adapun Orang Mula-Mula Pindah Ke Negeri Rokan Tinggi, Yaitu Seberang Negeri Rokan Yang Sekarang Ialah   :
        (1)    Raja, Yaitu Sultan Sepedas Padi Dengan Ahlinya.
        (2)    Suku Melayu.
        (3)    Suku Mais Dan Mandailing.
        (4)    Suku Bendang.
        (5)    Suku Taniago.
        (6)    Suku Petopang.  
   Adapun Orang Yang Mula-Mula Pindah Ke Negeri Pandalian, Yaitu  :
        (1)    Suku Petopang.
        (2)    Suku Mais.
        (3)    Suku Mandailing.
        (4)    Suku Kuti.
        (5)    Suku Peliago.
        (6)    Suku Melayu.
        (7)    Suku Taniago.
   Adapun Orang Yang Mula-Mula Pindah Ke Negeri Sikebau, Yaitu  :
        (1)     Suku Petopang.
        (2)    Suku Madailing.
        (3)    Suku Melayu.
        (4)         Suku Kuti.
   Adapun Orang Mula-Mula Pindah Ke Negeri Kota Kecil, Yaitu  :
        (1)     Suku Melayu.
        (2)     Suku Mandailng.
        (3 )    Suku Petopang
      Tetapi Sebagai Orang Yangtiga Suku Ini Kekota Kecil Dalam Empat Atau Lima Bulan Lamanya, Maka Bertemulah Pula Dengan Kaum Orang Rupanya, Minang Sudah Berladang-Ladang Juga Disitu.
        (1)     Suku Peliang Temenggung Alam Beratus, Berladang Di Padang Sirajung.
         (2)    Suku Taniago Pihak Nenek Rangkajorando Berladang Di Kubu Sopan Pada Sungai Ngaso.
         (3)    Suku Nan Seratus Berladang Di Palamaran Di Hulu Siki.
         Jadi Pada Seketika Itu Sekalian Orang Yang Tiga Suku Yang Datang Dari Kota Sembahyang Tinggi, Bahasa Mereka Itu Akan Berkumpul Di Kota Kecil. Jadi Pada Ketika Itu, Orang Yang Tiga Suku Yang Tersebut Pindah Pula Ke Kota Kcil. Jadila Suku Oang Di Kota Kecil Enam Suku, Maka Inilah Suku Nan Enam Di Kota Kecil.
         Sjahdan Apabila Anak Siap Bertunggu Negeri Empat Yang Tersebut Diatas Ini, Maka Datuk Yang Berempat Serta Tua-Tua Suku Yang Tersebut Berkampung Kembali Menghadap Sultan Sepedas Padi Dikota Rokan Tinggi, Buat Mufakat/Kesepakatan Akan Mendirikan Penghulu Tiap-Tiap Suku Dan Hulubalang Dan Pegawai, Yaitu Imam, Hatip, Dan Bilal. Sehabis Mufakat Itu, Orang Dan Suku Sepedas Padi Pun Mendirikan Penghulu Pada Tiap-Tiap Suku Dalam Negeriyang Empat Dan Hulubalang Dengan Pegawainya, Sehingga Sampai Sekarang Ganti Berganti, Dinegeri Yang Empat Yang Tersebut Di Atas.
          Hatta Telah Selesailah Negeri Yang Empat Yang Tersebut Diatas Didirikan Oleh Penduduknya, Maka Sultan Sepedas Padi Pun Tetaplah Memerintah Di Atas Datuk Yang Berempt, Berkedudukan Di Kota Rokan Tinggi Bersama Dengan Saudara Dan Keponakannya Yang Tersebut Pada Permulaan Buku Ini.
         Adapun Sultan Harimau Turut  Juga Pindah Ke Kota Rokan Tinggi Bersama  Dengan Sultan Sepedas Padi. Sjahdan Pada Waktu Itu Adalagi Satu Banjar Dalam Sungai Pusu Yang Belum Lagi Islam Orangnya. Oleh Sebab Itu Maka Sultan Harimau Pun Dipersembahkanlah Kepada Suatu Sepedas Padi Hendak Pergi Ketempat Itu. Dan Sultan Sepedas Padi Pun Izinkan . Kemudian Dari Pada Itu Sultan Harimau Pun Menjalankan Juga Mengilirkan Dan Memudikan Sungai Pusu Itu, Mencari Orang Yang Belum Islam, Rupanya Tiada Lagi. Oleh Sebab Itu Sultan Harimau Bertemu Dengan Sesuatu Sungai Yang Kecil Dan Berkuala Pada Sungai Pusu Itu, Sebelah Kiri Mudik. Dengan Demikian Itu Sungai Kira-Kira Satu Tanjung, Sultan Harimau Pun Lalu Naik Kedarat Dengan Membawa Satu Bilah Senjata Namanya Lembing Dan Satu Tasbih. Kira-Kira Delapan Depan Sultan Harimau Kedarat, Sultan Harimau Pun Sembahyang Pada Tempat Itu. Dalam Sembahyang Itu Sultan Harimau Pun Gaiblah  Pada Tepat Itu.
                                      Akan  Senjata................
         Akan Senjata Dan Tasbih Yang Di Bawanya Itu, Tinggalah Pada Tempat Itu. Dengan Sebab Itu Heranlah Mereka-Mereka Tadi, Serta Di Carinya Sekaliling Tempat Itu Tiada Bertemu Lagi. Sehabis Itu Maka  Kawan-Kawannya Itu Pun Terus Kembali Ke Kota Rokan Tinggi, Serta Di Sebarkannya Kabr Itu Kepada Sultan Sepeadas Padi.
       Akan Senjatadan Tasbih Yang Di Bawanya Itu, Tinggal Pada Tempat Itu. Dengan Sebab Itu Heranlah Mereka Tadi, Serta Dicarinya Sekeliling Tempat Itu Tiada Lagi Ketemu. Sehabis Itu Maka Kawan-Kawannya Itupun Terus Kembali Ke Kota Rokan Tinggi, Serta Dipersembahkannya Kabar Itukepada Sultan Sepedas Padi.
          Arkian Maka Kembalilah Kepada Sultan Sepedas Padi Yang Memerintah Di Kota Rokan Tinggi Serta Dengan Negeri Yang Empat. Tiada Berapa Lamanya, Sultan Sepedas Padi Pun Sultan Lalu Meninggal. Maka Tinggalah Keponakan Laki-Laki Yanng Bernama Sialam Saudara  Sitti Intan Dan Dua Keponakannya Perempuan Telah Berumur Kira-Kira 23 Tahun, Ialah Yang Tinggal Memerintah Di Kota Rokan Tinggi. Adapun Sultan Sepedas Padi Kabarnya Memerintah Ada Kira-Kira 53 Tahun Baru Berpulang Keramatuloh. Maka Tersebutlah Negeri Kota Kecil Akan Di Ubah Hanya Dengan Negeri Lubuk Bendahara.
         Telah 4 Atau 5 Bulan Lamanya Negeri Kota Kecil Telah Di Diami Orang Pada Suatu Hari, Maka Pergilah Dua Datuk Bendahara Itu Mandi Pada Pangkalannya Dengan Membawa Seorang Anaknya. Tiba Pada Pangkalan Itu, Terlihat Olehnya Pada Tepi Air Itu Sehelai Tikar. Sebentar Itu Juga Di Letaknya Anaknya Pada Tikar Itu, Serta Iapun Mandi Dan Berenang Dan Menyelam Nyelam Sedang Ia Mandi Itu, Anaknya Itu Pun Rupanya Sudah Hilang Dibawa Oleh Tikar Tadi. Taulah Ia Bahwa Yang Tadi Bukan Tikar, Hanyalah Seekor Ular Yang Berbahaya Ular Bidai.
        Setelah Berkumpulah Orang Sekalian Mencari Anaknya Itu, Tetapi Tiada Dapat. Oleh Sebab Itu, Maka Negeri Kota Kecil  Beralih Nama Menjadi Lubuk Bendahara, Karena Anak Datuk Bendahara Hilang Dibawa Oleh Ular Bidai Tadi Kedalam Lubuk Pada Pangkalan Datuk Bendahara Itu.
        Demikianlah Hal Nya Luhak Rokan Dalam Di Perintahkan Oleh Sultan Sepedas Padi Yang Meninggal Di Kota Rokan Tinggi.

                                                                          Bagian Yang Kelima 

           Menyatakan Raja Yang Kelima Yang Merintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Bergelar Sultan Gementar Alam Bersenajam Di Kota Rokan Tinggi.
            Sajhdan Adalah Kira-Kira 4 Bulan Di Belakang Sultan Sepedas Padi Telah Meninggal, Maka Terbitlah Fikiran Pada Datuk Andiko Yang Berempat, Hendak Meninggal Si Alam Menjadi Raja Adat Raja-Raja Memegang Luhak Dan Negeri, Supaya Di Pakaikan Dalam Negeri Adat Dan Pakaian, Supaya Sempurna Adat Raja Pendaulatan, Orang Besar-Besar Nan Andiko Dalam Luhak Rokan Iv Kota Ini.
        Maka Dengan Sebab Itu Berkumpulah Datuk Datuk Yang Berempat Di Kota Rokan Tinggi Serta Segala Penghulu Yang Di Bawanya Buat Mufakat/Sepakat, Buat Menobatkan Sultan Alam Menjadi Raja Menggantikan Mamaknya Sultan Sepedas Padi. Dalam Hal Yang Demikian Putuslah Mufakat Datuk Andiko Yang Berempat, Bahwa Si Alam Akan Di Nobatkan Menjadi Raja. Maka Orang Pun Bersiaplah Segala Alat Nobat Itu. Pada Ketika Itu Mufakat/Kesepakatan Datuk Andiko Yang Berempat Buat Mencari Kerbau Satu Ekor Satu Negeri Akan Di Persembahkan Pada Raja, Maka Dapatlah Kerbau 4 Ekor. Waktu Mempersembahkan Kerbau Itu.
 Raja Mengadakan Pula Kerbau Tiga Ekor. Jadi Jumlah Ada Kerbau 7 Ekor. Habis Itu Orang Empat Kota Pun Kerelat Dengan Memotong Kerbau Yang 7 Ekor Itu, Menobatkan Sultan Gementar Alam. Pada Ketika Itu Tetaplah Si-Alam Menjadi Raja Dalam Luhak Iv Kota Kota Dengan Bergelar Sultan Gmentar Alam. Itulah Permulaan Raja Dalam Luhak Rokan Yang Dinobatkan Oleh Besar-Besar Waktu Mengangkat Raja. Sebab Itulah Menjadi Adat Sampai Sekarang Menobatkan Raja Diangkat Dalam Luhak Rokan Iv Kota. Begitu Juga Adat Pusaka Raja Pada Orang Besar-Besar Dan Pusaka Orang Besar-Besar Pada Raja. Itulah Yang Jadi Teladan Sampai Sekarang.
           Adapun Waktu Orang Iv Kota Berelat Mengangkat  Sultan Gementar Alam Naik Nobat Itu, Panggilannya Sampai Ketapong Dan Ke Kampar, Sampai Ke Rao Mandailing Dan Lain-Lainnya. Kemudian Selesai Perelatan Itu  Sultan Gementar Alam Pun Tetaplah Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Dengan Selamat Serta Hamba Rakyatnya. Lama Kelamaan Sultan Gementar Pun Dapat Sakit Lalu Meninggal. Adapun Sultan Gementar Alam Tiada Meninggalkan  Anak Atau Keponakan Sebab Itu Putuslah Raja Dalam Luhak Rokan, Tinggalah Negeri Pada Orang Besar-Besar Saja. Sepanjang Cerita  Orang Yang Menceritakan, Sultan Gementar Alam Lamanya Memerintah Ada Kira-Kira 31 Tahun Baru Mininggal. Demikian Hal Pada Waktu Sultan Gementar Alam Memerintah Luhak Rokan Iv Kota.    
                                                
                                                                    Bagian Yang Keenam

           Menyatakan Prihal Sultan Menjadi, Raja Yang Keenam Memerintah Luhak Rokan Iv Kota, Yaitu Raja Yang Di Jemput Pagar Rujung. Itulah Raja Di Luhak Rokan Yang Mula-Mula Di Angkat Bergelar “ Yang Di Pertuan Sakti.
           Maka Tersebutlah Prihal Sultan Mahjudin Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Menggantikan Almarhum Sultan Gementar Alam Yang Tersebut Pada Bagian Yang Ke Lima Diatas Ini.
              Arkian Maka Adalah Dibelakang Sultan Gementar Alam Telah Meninggal Di Kota Rokan Tinggi, Madalah Orang Iv Kota Pada Waktu Itu Seperti Ayam Tiada Berinduk Lagi, Karena Rajanya Telah Meninggal Dengan Tiada Meninggalkan Warisan Seorang Jua, Hanyalah Yang Tinggal Orang-Orang Besar Saja. Oleh Sebab Itu Mufakat/Sepakat Semua Orang Besar-Besar Di Kota Rokan Tinggi Dan Semua Orang Besar-Besardi Luhak Rokan Serta Imam Hatip Bilal Dan Hamba Rakyat Sekalian, Yaitu Hendak Pergi Menhadapi Raja Ke Pagar rujung, Maksut Hendak Meminta Seorang Ahli Raja Pagar Rujung Itu, Akan Di Bawa Ke Kota Rokan Tinggi, Serta Akan Dijadikan Raja, Menggantikan Raja Rokan Tinggi Yang Telah Tengang Bertengang Tersebut Diatas, Dari Dahulu Sampai Zaman Itu. Kesudahannya Putuslah Mufakat/Sepakat Mereka Itu Bahwa Akan Menjemput Dan Mencari Orangnya Yang Akan Pergi Membawa Utusan Pergi Ke Pagar Rujung Itu, Maka Dapatlah Orang Yang Akan Pergi Itu Yaitu  :
             Satu Orang Dari Suku Melayu Pokomo Di Rokan Tinggi.
             Satu Orang Dari Suku Mais Di Rokan Tinggi.
             Satu Orang Dari Suku Bendang Di Rokan Tnggi.
             Satu Orang Dari Suku Taniago Rokan Tinggi.
Negeri Pagar Rujung, Maka Sekalian Orang Besar-Besar Pun Carikan Belanjaan Mereka Yang Akan Berjalan Itu.  Akan Belanja-Belanja Itu Ialah Di Mintai Iyuran Pada Anak Buah Dalam Negeri Yang Empat. Setelah Cukup Uang Belanja Mereka Yang Akan Berjalan Itu, Maka Orang Yang Lima Tersebut Diatas Lalu Berjalan Menuju K Negeri Pagar Rujung.
            Adapun Jalan Utusan  Yang Pergi Ke Pagar Rujung Itu, Itulah Perjalanan Melalui Luhak Rao, Berhenti Di Kota Bento Tinggi, Pada Negeri Asalnya Raja Yang Dahulu, Disitu Mereka Berhenti 2 Atau 3 Hari Lamanya. Dari Situ Mereka Melalui Negeri Bonjol Sekarang Dan Bukit Tinggi Sekarang Dan Raja Kumbuh Sekarang Batu Sangkar Sekarang Dan Lalu Ke Sungai Terab. Disitu Mereka Menhadap Bendahara Disitu Dengan Menerangkan Maksutnya Itu Yang Di Bawanya Dari Kota Rokan Tinggi. Dan Bendahara Itu Pun Menerima Dengan Baik Dan Suka Sebagai Mana Maksut Yang Di Kabarkan Oleh Semua Utusan Dari Kota Rokan Tinggi.
            Sjahdan Pada Ke Esokan Harinya Bendahara Sungai Terab Pun Lalu Membawa Utusan Dari Rokan Tinggi Itu Menghadap Raja Di Pagar Rujung, Serta Mempersembahkan Sekalian Maksutnya Utusan Orang Rokan Tinggi Itu. Sehabis Itu Bendahara Sungai Terab Mempersembahkan Maksutnya Itu, Raja Pun Membiarkan Asa-Asa Maksut Utusan Orang Dari Kota Rokan Tinggi Itu.
        Oleh Sebab Itu, Raja Pagar Rujung Menyuruh Seorang Keponakanya Yang Bernama “ Mahjudin ‘’ Berangkat Ke Kota Rokan Tingi Bersama Dengan Utusan Yang Di Sebut Itu. Kemudian   Kira-Kira 8 Hari Lamanya. Utusan Itu Di Pagar Rujung, Maka Mereka Itu Pun Hendak Memohon Kembali Serta Membawa Keponakan Raja Pagar Rujung Yang Bernama Mahjudin Itu Ke Kota Rokan Tinggi. Pada Ketika Itu Raja Pagar Rujung Terus Memberi Izin Kepada Keponakannya Nama Mahjudin Akan Pergi Bersama Utusan Yang Datang Dari Kota Rokan Tinggi Dengan Di Bekali Harta Pusaka, Supaya Menjadi Tanda Bagi Belahan Raja Kerajaan Pagar Rujung. Adapun Tanda Dan Harta Pusaka Itu, Yaitu,
 1 Buah Jap Dari Dahulunya Sampai Sekarang, Yang Ada Juga Lagi Disimpan Di Istana Kerajaan Rokan Sekarang,
1 Satu Buah Pantan Dari Emas Dan Hamba Setangga, Artinya 1 Kelamin
 1 Buku Tabu, Itulah Asalnya Orang Nan Seratus Dahulunya.
 Maka Harta Inilah Yang Tiada Asal Ketururan’’ Sultan ( Iskandar Julkarnaini )’’. Serta Pula Raja Itu Beramanat Kepada Keponakannya Dan Utusan Itu.  Apabila Kamu Sampai Ke Kot Rokan Tinggi,
 Di Angkatlah Mahjudin Bergelar’’ Yang Di Pertuan Sakti’’, Dan Pangkatnya Pun Di Turunkan Kepada Keponakannya. Karena Mahjudin Dapat Pangkat Dari Aku, Dan Mahjudin Itu Keponakan Ku. Apalagi Dapat Pusaka Kita Asal Dari Perpatih Nan Sebatang. Dan Adalah Mahjudin Itu Pihak Raja Di Kampung Tengah.
               Sjahdan Sehabis Mahjudin Dan Utusan Itu Menerima Harta Pusaka Dan Amanat Itu, Maka Mereka Itu Pun Berjalan Kembali Menuju Ke Kota Rokan Tinggi. Maka Tiada Berapa Lamanya, Maka Mahjudin Dan Utusan Itu Pun  Sampailah Ke Kota Rokan Tinggi. Maka Orang Rokan Tinggi Pun Menyambut Mahjudin Dengan Bunyi-Bunyian Serta Dengan Berapa Suara Hati Sebab Dengan Kedatangan Raja Demikianlah Perjalanan Utusan Itu, Selamatlah Sampai Kembali  Ke Rokan Tinggi.
 Hatta Maka Tiada Berapa Lamanya Sultan Mahjudin Tiba Di Kota Rokan Tinggi, Maka Datuk Yang Berempat Dan Orang Kota Rokan Tinggi Pun Mufakat/Sepakat Serta Bersiap Hendak Mengangkat Sultan Mahjudin Naik Nobat Bergelar Yang Di Pertuan Sakti Di Kota Rokan Tinggi. Adapun Pada Ketika Peralatan Itu Datuk Nan Berempat Mempersembahkan Tiap-Tiap Orang Seekor Kerbau Cukup Dengan Alat-Alat Perkakasnya, Dari Raja Sendiri 1 Ekor Kerbau. Dan Lagi Persembahan Lain-Lain Orang 2 Ekor. Raja Pada Ketika Itu Orang Memotong 7 Ekor Kerbau.
Sjahdan Setelah Lengkap Sekali Perkakas Peralatan Itu, Maka Orang  Negeri Yang Empat Pun Berkumpul Di Kota Rokan Tinggi, Serta Melangsungkan Peralatan Itu Lamanya 3 X 7 Hari. Maka Pada Hari Yang Keempat Belas, Sultan Mahjudin Pun Di Angkat Bergelar Yang Di Pertuan Sakti Menjadi Raja Negeri Yang Ke Empat, Taluknya Di Kota Rokan Tinggi.
           Arkira Takala  Sultan Mahjudin Sudah Di Angkat Jadi Yang Di Pertuan Sakti Di Kota Rokan Tinggi, Maka Pada Ketika Itu Yang Di Pertuan Itu Menetapkan Dan Memperbaiki Semua Aturan Pangkat Orang-Orang Besar Dan Penghulu-Penghulu Hulubalang Dan Pegawai. Dan Ditetapkan Oleh Yang Di Pertuan,
 Datuk Andiko Yang Berempat Menjadi Besar Nan Empat Di Balai, Seperti Aturan Di Pagar Rujung, Atau Datuk Andiko Yang Berempat  Yang Di Bawa Raja, Serta Mendirikan Penghulu-Penghulu Pucuk Dan Mati Dan Bitarnnya, Hulubalang Dan Pegawainya Dalam Negeri Yang Empat.
Oleh Sebab Itu Datuk Andiko Yang Berempat Disamakan Hak Dan Kuasanya Masing-Masing. Demikian Lagi  Berkuasa  Raja Akan Mendirikan Seorang Menteri, Gunanya Akan Mengulas Dan Menyabung Raja. Pangkatnya Sepanjang Adat Pada Waktu Itu Ialah Adik Raja, Kakak Andiko, Artinya Akan Menyambung Dan Membantu Kewajiban Raja Diatas Orang Besar-Besar.
          Kemudian Sehabis Selesai Pelantikan Penobatan  Yang Di Pertuan Sakti Mahjudin, Dan Selesai Pula Yang Di Pertuan Itu Dari Menatak Dan Mengatur Ke Depan Pangkat Orang-Orang Besar Yang Tersebut Diatas, Maka Sekalian Datuk-Datuk Dan Penghulu-Penghulu Yang Pun Kembali Kepada Negeri Masing-Masing  Serta Dengan Hati-Hati Mengikuti  Yang Dipertuan Sakti Baru Di Angkat Itu.
          Setelah Dua Tahun Lamanya Yang Di Pertuan Memerintah Iv Kota, Maka Pada Suatu Hari Timbulah Suatu Ingatan Dalam Hati Yang Di Pertuan Hendak Beristri. Sebab Itu Di Kumpulkannya Oleh Yang Di Pertuan Sekalian Datuk Andiko Yang Berempat Dan Sekalian Penghulu, Setelah Berkumpul  Sekaliannya  Di Katakannya Niatnya Itu. Tetapi Yang Kami Sembahkan Kepada Duli Jikalau Sekiranya Tuanku Hendak Menambil Keponakan Patik-Patik Ini, Patik Harap Hendaknya, Boleh Jadi Ganti Kemana Dulu Turun Temurun Sampai Kepada Hari Kemudian,Tetapi Kalau Kita Buat Seperti  Itu, Tentulah Di Halangi Oleh Adat Kita Berpatih Nan Sebatang, Karena Sepanjang Adat Kita Itu, Suku Turun Kepada Keponakan. Dalam Pada Itu Tengku Lebih Maklum. Maka Titah Yang Di Pertuan; Hal Itu Tidak Jadi Sangkutan, Sebab Dahullu Ada Kaum Kita Juga Dari Pagar Rujung Yang Datang Ke Sini Bersama Dengan Orang Suku Bendang. Dalam Pihak Itu Yang Di Namakan Bendang Sebelah Raja; Sebab Sepihak Itu Berkaum Dengan Raja Takala Di Pagar Rujung. Ada Pun I Pagar Rujung Raja Terbagi Atas Tiga Pihak :
              (1)    Raja Di Kampung Gundam.
              (2)    Raja Di Kampung Tengah.
              (3)    Raja Di Balai Jingga.
Maka Raja Yang Tiga Pihak Itu Biasa Ambil-Mengambil. Sebab Menurut Aturan Itu, Maka Boleh Pula Di Ambil Perempuan Yang Dalam Bendang Yang Di Namakan Bendang Sebelah Raja Itu. Maka Ketika Itu Segala Nazir-Nazir Dan Orang-Orang Besar Di Kota Rokan Tinggi Menerima Dengan Suka. Pada Ketika Itu Perempuan Suku Bendang Sebelah Raja Itu Pun Di Jemput Oleh Kerabat Penghulu Di Kota Rokan Tinggi Ada Pakaianya Raja Mengambil Istri. Maka Sesampai Mereka Itu Di Istana Yang Di Pertuan Maka Yang Di Perbuat Ikatan Oleh Raja Dan Orang-Orang Besar Demikian Bunyinya.
       Pada Hari Ini Keponakan Temenggung Sudah Aku Ambil Akan Jadi Istriku, Bila Ada Anak Menjadi Ganti Ku, Karena Perempuan Jan Aku Ambil Ini, Boleh Semata-Mata Keponakan Temenggung,  Hanya Asalnya Kau Mulanya Turunan Kami Juga Takala Di Pagar Rujung. Oleh Sebah Itu Maka Tetaplah Anakku Itu Menggantikan Aku Jadi Raja Dalam Rokan Iv Kota Ini, Serta Turun Temurun Sebelah Keponakannya Juga, Karena Istri Ku Ini Kaum Di Rajakan Juga. Demikian Yang Akan Di Genggam Dan Di Pegang Oleh Wazir Dalam Yang Empat Ini. Sebab Itu Sekalian Orang-Orang Besar Pun Terus Menghadap Yang Di Pertuankan, Serta Demikianlah Perempuan Itu Dengan Yang Di Pertuan, Dengan Adat Yang Berkawin.
         Maka Dalam Yang Demikian, Maka Yang Di Pertuan Pun Tetaplah Di Atas Tahta Kerajaan Dua Kaki  Istri, Lama Kelamaan  Yang Di Prtuan Dengan Istrinya Itu Perputra 3 Orang, Yaitu 1 Laki-Laki Dan Dua Perempuan. Maka Yang Tuany Laki-Laki Bernama Lahit, Dn Yang Kedua Perempuan Bernama Intan Semato, Dan Yang Perempuan Lagi Bernama Intan Sudi. Maka Segala Anaknya Itu Telah Besar-Besar, Yang Tua Berumur Kira-Kira 28 Tahun, Datanglah Takdir Allah Subahanahu Wata’ala Maka Yang Di Pertuan Itu Pun Meninggal. Maka Tinggalah Semua Anaknya Itu Di Kota Rokan Tinggi, Dengan Segala Orang Besar. Ada Pun Yang Di Pertuan  Itu Me Erintah Adalah Kira-Kira 42 Tahun Sampai Waktu Meninggalnya.
         Dekianlah Hal Kerajaan Luhak Rokan Waktu Di Perintah Oleh Raja Yang Ke Enam,  Bermula Bergelar Yang Dipertuan Sakti Nama Mahjudin Yang Datang Dari Pagar Rujung Yang Tersebut Di Atas.

                                                                  Bagian Yang Ke Tujuh

        Menyatakan Perihal Keadaanya Raja Yang Ke Tujuh Yang Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Bergelar Yang Di Pertuan Sakti Nama Lahit, Anak Sebelah Keponakan  Dari Yang Dipertuan Sakti Nama Mahjudin.
        Arkia Dalam Seratus Hari Dibelakang Yang Dipertuan Sakti Nama Mahjudin Telah Meninggal, Maka Mufakatlah/Sepakat Datuk Andiko Yang Ber-Empat Akan Mengangkat Lahit Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Iv Kota Bergelar Yang Dipertuan Sakti Menggantikan Kerajaan  Ayahandanya  Dalam Negeri Rokan Tinggi.
        Kemudian Setelah Semufakat/Sepakat Datuk Yang Berempat Dan Penghulu Yang Di Bawanya, Maka Orang Yang Empat Kota Pun Bersiaplah Apa Kelengkapan Senjata Menangkat Raja Naik Nobat. Setalah Siap Segala Alat Kelengkapan Yang Tersebut, Maka Orang Pun Berrehatlah/Istirarat Di Kota Rokan Tinggi Lamanya Tiga Kali Tujuh Hari, Serta Dipakaikan Pakaian Segala Raja  Naik Nobat, Yaitu :  Dalam Tujuh Hari Itu Diarahkan Diatas Perarakan  Yang Bernama’’ Gunung Berangkat ‘’ Serta Dipukulkan Bunyi-Bunyian Seperti Gung Dan Gendang, Dngan Gndang Nobatnya. Maka Pada Ketika Itu Dinobatkan Pula Pajur Cembur-Cembur Seperti Adat Raja Yang Di Nobatkan. Maka Pada Ketika Itu Semua Orang-Orang Besar Pun Ingatlah Dan Raja Memakai Adat Berraja-Raja, Yaitu Daulat Raja Di Jun Jung Andika, Orang-Orang Besar Di Tamai Oleh Raja.  Mana-Mana Adat Di Isi, Lembaga Dituangi Oleh Raja Orag-Orang Besar Sekalian. Kemudian Apabila Selesai Daripada Peralatan Mengangkat Raja Itu, Maka Segala Orang Besar Pun Kembali Masing-Masing Ke Negerinya.
          Hatta Maka Tiada Berapa Lamanya Dibelakang Itu, Maka Yang Dipertuan Itupun Mufakat/Sepakat Dengan Datuk Benadahara  Rokan Tinggi Serta Penghulu Juga Dibawanya Bahasa Akan Memandaikan Orang Kota Rokan Tinggi Membuat Negeri Seberang Kiri Mudik Sungai Rokan, Bertentangan Dengan Rokan Tinggi Itu, Yaitu Sebelah Hilir Kota Negeri Rokan Sekarang, Sebab Disitu Tebingnya Ada Rendah Senang/Bagus Tempat Mengambil Air Dan Mandi, Dan Kota Rokan Tinggi Itu Tebingnya Tinggi Susah Buat Ke Sungai. Maka Pada Ketika Itu Datuk Bendahara Dan Penghulu Menerima Dan Suka.
Sebab Itu Orang Kota Rokan Tinggi Pun Pindah Di Seberang Membuat Negeri Baru, Serta Di Tamankan Negeri Baru Rokan Itu, Maka Disitulah Yang Dipertuan Membuat Istana Yang Panjangnya 12 Depa/Meter, Bengunanya Pakai Beranjung Yang
 Dinamakan ’’ Gajah Maharam ‘’.  Kemudian Di Atur Pula  Rumah Datuk Bendahara, Penghulu, Hulubalang Dan Pegawai Dalam Kota Itu. Apabila Siap Segala Rumah-Rumah Yang Tersebut, Orng Pun Tetaplah Pada Negeri Yang Baru Itu
. Dan Yang Dipertuan Pun Tetap Memerintah Diatas Tahta  Kerajaan. Dalam Yang Demikan Yag Dipertuan Pun Berkawin Dengan 2 Orang Perempuan, Bangsa Keempat Suku Dalam Negeri Rokan Yang Tersebut. Maka Yang Dipertuan  Dan Tiadalah Mendapat Seorang Anak Juga. Maka Di Ceritakan Pula Semua Hal Icihal Saudara Perempuan Yang Dipertuan, Yang 2 Orang Tersebut Dahulu. Maka Saudara Pertuan Yang Bernama  Intan Semato Pada Ketika Nobat  Yang Pertuan Itu, Ia Digelar Permaisuri,  Dan Yang Bergelar Intan Sudi  Digelari Hajo Siti. Adapun Permaisuri Itu Berkawin Dengan Seorang Bangsa Raja Nama Ukuh Datang Dari Pagar Rujung Bergelar  Sultan Halifata’ilah Dan Disebut Orang Sultan Di Di Kota Bungo Tanjung. Maka Permaisuri Itu Ada Mengadakan Dan Di Sebut Putra Yaitu 2 Laki-Laki Dan
        (2)  Perempuan, Yang Tua Perempuan Nama Si Umah, Nomor 2 Laki-Laki Nama Selo, Nomor 3 Perempuan Nama Suadi, Nomor 4 Laki-Laki  Nama Gudimat .
           Adapun Permaisuri Dengan Suaminya Sultan Rokan, Tetaplah Di Negeri Rokan Dengan Bersama Saudara Yang Pertuan Sakti Nama Lahit Semua Anaknya  Permaisur Itu.
        Adapun Najo Siti Dengan Suramnya Sultan Halifata’ilah Di Suruh Oleh Yang Dipertuan Sakti Diam Kenegeri Lubuk, Serta Disuruh Memerintah Dibawahnya Dan Menjaga  Apa-Apa Hal, Di Negeri Lubuk Bendahara Tersebut.
Arkian Maka Tiada Lamanya Najo Siti Dengan Suaminya Sultan Halifata’ilah,  Maka Negeri Lubuk Bendahara Itu Pidahkan Kesebelah Kiri Mudik, Yang Dinamakan Orang Kampung Bungo Tanjung, Dinamai Juga Lubuk Bendahara.
 Dalam Hal Yang Demikian Bungo Tanjung Makin Bertambah Ramai Juga, Dan Orang Pun Berladang-Ladang Hampir Sungai Dua Sekarang, Sehingga Tanjungnya Sampai Kepada Suatu Bukti Uwung Saja. Karena Susah  Tetap Berladang Itu, Terbitlah Fikiran Sultan Halifata’ilah Dengan Sultan Nan Enam Di Kota Bungo Tanjung Hendak Berladang Masuk Tanah Sungai Dodo, Tetapi Tanah Itu  Pada Masa Itu Terpegang Oleh Raja Keponakan. Pada Ketika Itu Pergilah 2 Orang Utusan Dari Sultan Halifata’ilah Dan Sultan Nan Enam, Yaitu 1 Orang  Nama Suku Dan Seorang Nama Lain, Pergi Hendak Meminta Dan Membeli Tanah Sungai Dua Itu Kepada Raja Kepenuhan.
 Maka  Raja Kepenuhan Pun Kasihkan  Tanah Sungai Dua Itu Pada Orang Suku Nan Enam Dikota Bungo Tanjung Serta Di Bayar Dan Balas Oleh  Oleh Suku Nan Enam Dikota Bungo Tanjung Dan Sultan Halifatailah  Dengan Semufakatn/Kesepatan Yag Dipertuan Sakti Lahit Di Rokan, Yaitu Seolah Pohon Dari Emas Dan Satu Gading Dan Bersertadan  Atas 20 Real Akan Perbalas  Tanah Sungai Dua Itu. Pada Masa Itu Terbelahlah Tanah Sungai Dua Pada Orang Suku Nan Enam Di Kota Bungo Tanjung. Setelah Itu Tenanglah Orang Kota Bungo Tanjung Berladang Pada Tanah  Sungai Dua Yang Tua Itu.
             Kemudian Dari Pada Itu Tiada Berapa Lamanya Maka Sultan Halifata’illah Pun Beristri Pula Seorang Perempuan Bangsa Raja Dari Kuato. Oleh Sebab Itu Terbit Pergaduan Diantara Raja Siti Dengan Suaminya Sultan Halifata’ilah. Pada Suatu Hari Datanglah Kerapatan Di Kota Bungo Tanjung  Pada Sultan Halifata’illah Hendak Mendamaikan Perselisihan Antara  Laki Istri Itu. Maka Sesampainya Pengkhulu Itu Keistana Sultan Halifata’ilah Maka Persembahan Seorang Bergelar Raja Mangkuto,
 Minta Di Adili lah Istri Kedua Raja Itu. Maka Seorang Halifata’ilah Pun Melempar Raja Mangkuto Dengan Tempat Sirih, Kena Giginya Tanggal Dua Buah. Maka Segala/Semua Penghulu Pun Turunlah Dari Istana Itu. Maka Sesampainya Penghulu Itu Ke Istana Sulta Califata’ilah Maka Bersembahlah Orang Bergelar Datuk Mangkuto, Minta Di Adili Hak Istri Kedua Itu . Maka Sultan Chalifata’ilah Pun Melempar Raja Mangkuto Dengan Tempat Sirihnya  Giginya Tanggal Dua Buah. Maka Semua Penghulu Pun  Turunlah Dari Istana Itu.
         Sjahdan Pada Malam Harinya Istri Sultan Halifata’ilah Yang Berelar Maji Siti Itu Pun Semufakt/Sepakat Dengan Semuan Orang–Orang Besar, Siapa Yang Suka Hendak Lari Keegeri Rahban, Pada Malam Itu Juga Siti Pun Lari Bersama-Sama Dengan Hamba Rakyat Ada Kira-Kira Seperdua Dari Orang Kota Bungo Tanjung.
 Kepalanya Dalam Keempat Suku Yang  Pergi Itu Ialah Dalam Suku Melayu, Seorang Sambutan Bendahara Bergelar Sri Paduka. Dalam Suku Paling Ialah Raja Mangkuto, Dalam Suku Mandailing Gombo Raja. Pendeknya Dalam Tiap Suku Adalah Orang Yang Pergi. Tetapi Datuk Bendahara Dan Penghulu Masih Ada Tinggal Di Kota Bungo Tanjung. Sesampainya Majo Siti Dengan Semua Rakyat Itu Di Luhak Rambah, Majo Siti Pun Berkawan Dengan Yang Dipertuan Sakti Raja Rambah.
             Sjahdan Kemudian Sesudah Majo Siti Dengan Orang Yang Mengiringkannya Pergi Ke Luhak Rambah, Tiada Berapa Lamanya  Maka Orang Kota Bungo Tanjung Pun Dengan Sultan Halifata’ilah Berpindah Memperbuat Kota Ujung Batu Tinggi, Letaknya Diantara Lubuk Bendahara Dan Ujung Batu Sekarang, Tiada Berapa Lamanya Sultan Halifata’ilah Duduk Di Kota Ujung Batu Tinggi, Maka Sultan Halifata’ilah Pun Meningal.
             Maka Kembalilah Cerita Kepada Yang Dipertuan Sakti Yang Tinggal Semacam Di Negeri Rokan, Bersama Saudaranya Yang Tersebut Diatas.
             Adapun Pada Zaman Itu, Maka Banyaklah Tambah Orang-Orang Yang Datang Masuk Luhak Rokan Ini, Serta Memperbuat Kampung Disebelah Bagian Japang Kiri Dan Japang Kanan, Serta Di Atur Pula Oleh Yang Di Pertuan Itu Orang-Orang Besar Dan Kepala-Kepala Kampung Sebagaimana Keadaan Kampung Masing-Masing. Tetapi Sekalian Orang-Orang Besar Itu Dan Kepala Tiap-Tiap Kampung Yang Tersebut Itu, Semua Mereka Itu Ialah Pangkatnya Dibawah Datuk Andiko Atau Wazir Yang Berempat Yag Tersebut Diatas. Karena Sekalian Mereka Itu Hanyalah Meminta Tanah Ulayat Dan Sukunya Kepada Raja, Yang Memang Lebih Dahulu Di Angkat Oleh Datuk Yang Berempat. Oleh Sebab Itu Wajib Atas Sekalian Orang-Orang Besar Dan Kepala-Kepala Kampung Yang Lagi Akan Datang Itu Menerima Dan Mengikut Apa-Apa Aturan Dan Adat Yang Di Aturkan Raja Luhak Rokan Yang Telah Semufakat/Sepakat Dengan Datuk Andiko Yang Berempat. Maka Adalah Hal Masing-Masing Memperbuat Kampung Seperti Yang Terbuat Dibawah Ini.
          Maka Ceritakanlah Prihal Datuk Maharaja Gagah Kepala Kampung Tangkulio Sekarang, Waktu Dahulu Takala Mereka Itu Akan Meminta Suku Dan Waktu Akan Memeperbuat Kampung Itu. Ada Pun Pihak Datuk Maharaja Gagah, Ialah Asal Dari............... Waktu Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit, Raja Yang Ketujuh  Dalam Luhak Rokan Ini, Menetaplah Ia Kedalam Pada Suatu Tempat Tanah, Yaitu Pada Suatu Sungai Kecil, Yaitu Sungai Tangkulio Sekarang, Seketika Itu Mereka Itu Disana, Maka Iapun Terus Memperbuat Banjar Dan Ladang. Dalam 2 Tahun Lamanya Mereka Itu Tinggal Pada Tempat Itu, Maka Barulah Ia Datang Pada Raja Dirokan Buat Meminta Sukunya, Yaitu Maharaja  Gagah, Halnya Adalah Seperti Di Bawah Ini.
           Pada Suatu Hari Hilirlah 3 Orang Berakit Dengan Membawa Tanah Seperti Tebu Dan Pisang Dengan Pohonnya Dan Sirih Dengan Akarnya Dan Perkakas Masak Sama  Sekali Dengan Berbatang-Batang Dibawanya Itu, Sesampai Dinegeri Rokan, Tidaklah Lagi Ia Ke Mana-Mana, Hanyalah Ia Masuk Saja  Kr Istana Raja Sebelah Dapur. Disitu Ia Membuat Api, Karena Ia Kedingina. Apabila Dilihat Hamba Raja Hal Itu Maka Hamba Raja Pun Mengadu Pada Tuannya. Sebentar Iru Juga Disuruh Raja Panggil, Tetapi Belum Juga Orang Itu Datang, Karena Katanya Ia Tiada Berkain. Oleh Sebab Itu Diberilah Oleh Raja Ia Sepesalin Pakaian. Setelah Ia Beroleh Kain Itu, Iapun Membawa Sekalian Persembahkan Itu Kepada Raja; Apa Maksutmu Datang Kemari   ?
Sembah/Tanya Orang Itu; Adapun Kami Datang Dari Hulu Sungai Ini, Minta Tanah Padda Suatu Tempat. Selaras Sungai Kecil Yang Berkuara  Pada Sungai Besar, Dan Sungai Besar Itu Bermuara Pada Sngai Sumpur Ini,’’ Baiklah, Tetapi Hendaklah Tuan-Tuan Isi Adat Tuang Limbago. Senbah/Tanya Orang Itu, Tidaklah Dapa Oleh. Sesampai Ke Istana Dipersembahkan Kerbau Dan Uang Yang Dua Puluh Ringgit Dan Semua Alat Berkakas Itu Kepada Raja. Sehabis Itu Yang Diperbuat Pun Menyuruh Memotong Kerbau Itu, Serta Dijamu Semua Isi Neger. Pada Ketika Itu Di Karuniailah Oleh Yang Dipertuan Sakti Suatu Sungai Japang Yang Selah Kiri Sumpur, Yaitu Sungai Yang Terbesar Dimudik Negeri Rokan, Kepada Mentawai Dan Kaumnya, Yaitu Tempat Akan Memperbuat Kampung Dan Berladang Semenjak Itu Sungai Dinamakan Sungai Mentawai, Karena Sungai Itu Diminta Oleh Orang Yang Bernama Mentawai. Dan Si Mentawai Itu Diberi Pangkat Orang Besar Raja, Bergelar Datuk Raja Mentawai. Sebab Itulah Yang Kuasa Selaras Sungai Mentawai. Tetapi Pangkatnya Itu Dibawah Datuk Andiko Yang Berempat Kota Jug. Sjaidah Setelah Selesai Dari Perjamuan Mengangkat Datuk Raja Mentawai Yang Di  Minta Itu, Maka Datuk Raja Mentawai Pun Kembali. Sesampai Datuk Raja  Mentawai Ke Sungai Mentawai, Iapun Membuat Kampung Pada Satu Tempat Dekat Air Bersimpang Dua, Hampir Sama Besarnya, Sebab Itu Dinamakanlah Kampung Itu Kampung Simpang. Di Kampung Itulah Datuk Raja Mentawai Diam/Tinggal Dengan Semua Kaumnya Sehingga Sampai Sekarang Ini.
            Kemudian Kampung Simpang Itu Bertambah-Tambah Juga Ramainya. Oleh Sebab Itu Datuk Raja Mentawai Memperbuat Anak Kampung Pula Yaitu ;
                       (1)        Bernama Kampung Sungai Niu.  (20)   Bernama Kampung Tanjung Belit.
                       (2)        Bernama Kampung Kubu  Dianou.
       Maka Tiap Kampung Yang Tersebut Memperbuat Oleh Datuk Raja Mentawai Kepala Kampung. Maka Kepala Kampung Sungai Niu Bergelar Bendahara Sakti, Dan Kepala Kampung Tanjung Belit Begelar Datuk Maharaja Dan Kepala Kampung Kubu Dianau Bergelar Melintang Kapar. Tetapi Ketiga Kampung Tersebut Diatas Ini Telah Ditinggalkan Orang Dan Telah Berpindah Kekapar Kanan, Sekarang Masih Ada Lagi Pihak Orang Itu Di Muara Takus. Adapun Datuk Raja Mentawai Tetap Juga Di Kampung Simpang. Kemudian Dari Pada Itu Tiada Berapa Lamanya Datuk Raja Mentawai Yang Bernama Si Mentawai Pun Meninggal, Dan Di Gantikan Oleh Keponakan Bernama Somat. Maka Digantikan Oleh Keponakanya Bernama Laidin. Maka Ialah  Datuk Raja Mentawai  Yang Ketiga Kampung Simpang. Adapun Datuk Raja Mentawai Ini Ada Menyimpan Satu Batang Lembing Yang Berbahaya  ‘’ S I K I L A N G  M A N I S’’,  Yaitu Pusaka Dari Mamaknya Yang Mula-Mula Masuk Luhak Rokan.
        Pada Ketika Itu Ahli Waris Datuk Raja Mentawai Itu Banyak Yang Meninggal Berkata Kebanyakan Orang Masa Itu, Mengatakan Bahasa Itu Lebing Kurang Baik Ukurannya. Sebab Itu Terpikirlah Datuk Raja Mentawai Dalam Hatinya. Adapun Lebing Ini Pusaka Dari Padaku; Sekarang Banyak  Orang Bilang Kurangi Baik Ukurannya, Kalau Begitu Baiklah Aku Persembahkan Ini Lebing Kepada Yang Di Pertuan Di Rokan. Sehabis Itu Datuk Raja Mentawai Pun Berjalanlah Ke Rokan Menghadap Yang Di Pertuan. Pada Ketika Sampai, Datuk Raja Mentawai Pun Mempersembahkan Lebing Yang Bernama Si Kilang Manis Itu Kepada Yang Di Pertuan Serta Tiga Kelamin Orang Orang Dari Kampung. Maka Yang Di Pertuan Sakti Pun Menerimalah Dengan Semua Suka Hati. Oleh Sebab Itulah Datuk Raja Mentawai Di Tukar Gelarnya Dengan’’ Datuk Rum’’ Kepala Di Japang Kiri. Dari Situ Sampai Sekarang  Tetaplah  Pangkatnya Begelar Datuk Rum  Di Kampung Simpang, Dan Kepala Dari Semua Kampung Di Japan Kiri. Demikian Asal Mula-Mula Datuk Rum Akan Meminta Suku Tanah Ulayat  Di Bagian Japang Kiri. Dalam Datuk Raja Mentawai Yang Pertama, Banyak Lagi Kampung-Kampung Yang Di Tambahnya Di Japan Kiri, Serta Diberi Tanah Ulayat Serta Diberinya. Suku Pangkatnya Buat Kepala Kampung Pada Raja. Maka Orang Itu Mengisi Adat Dan Mengurangi Limbago Kepada Raja, Seperti Adat Orang Mendirikan Orang Besar Da Kepala-Kepala, Keterangannya Akan Tersebut Satu Per Satu Seperti Tersebit Di Bawah Ini.
         Maka Tersebutlah Asal Permulaannya Datuk Raja Gunung Kampung Tengah Sekarang,  Watu Akan Memperbuat Kampung Dan Akan Mendirikan Suku Yang Bergelar Datuk Raja Gunung Sekarang. Adapun Dahulunya Pihak Datuk Raja Gunung Itu Satu Kaum Orang Datang Dari Muara Tais, Keturnananya Bergelar Datuk Bagindo Sati.
 Sesampai Mereka Itu Ke Japan Kiri, Ia Pun Pergi Menghadap Datuk Raja Mentawai, Serta Membilangkan Maksutnya Hendak Minta Tanah Tempat Memperbuat Kampung Dan Berladang, Tempatnya Ialah Sebelah Hulu Kampung Simpang. Maka Pada Ketika Itu Datuk Raja Mentawai Menerima Semua Maksutnya Itu, Serta Suka Memberi Tanah Akan Tempat Mereka Itu Berkampung Dan Berladang. Tetapi Kalau Mau Jadi Kepala Kampung, Hendaklah Isi Adat Dan Tuangi Limbago Kepada Raja, Yaitu Kambing Satu Ekor, Emas Dua Puluh Real Dan Beras Secukupnya Supaya Aku Bisa Mintakan Suku Atau Pangkat Kepada Raja Kita Di Rokan, Dan Datuk Pun Tentu Dapat Pangkat Dari Pada Raja Pula.
Maka Pada Ketika Itu Datuk Baginda Sati Oun Mencari Dan Mengadakan Semua Alat Yang Akan Dipersembahkan Kepada Raja Itu. Apabiloa Telah Siap Semua Alat Yang Dicarioleh Datuk Bagind Sati Hendak Minta Tanah Pula Dalam Bagian Tanah Yang Telah Diminta Oleh Datuk Raja Mentawai Yang Tersebut Diatas, Serta Hendak Membuat Kapung Dan Mendirikan Kepala Kampung Kampung. Sebab Itu Dibawa Oleh Datuk Raja, Mentawai Berikan Tanah Pada Datuk Baginda Sati Yaitu Dari Bukit Lumut Kemudian Hingga Gunung Tak Jadi, Kekanan Mudik Mentawai Hingga Bukit Tungku Nasi. Dan Datuk Baginda Sati Di Beri Pangkat Oleh Raja Bergelar Datuk Raja Gunung Yang Telah Di Angkat Serta Turun Menurun Kepada Keponakannya Dibelakang Hari Sehingga Sampai Sekarang Ini.
Tetapi Besarnya Ialah Dibawah Datuk  Rajamentawai Juga. Setelah Selesai Semua Hal Itu, Maka Raja Datuk Raja Gunung Pun Kembali Ke Kampungnya.Adapun Kampungnya Dinamakan Kampung Tengah, Sebab Kampungnya Di Tengah Dari Pada Kampung Yang Lain-Lain. Demikian Asalnya Mulanya Akan  Mendirikan Datuk Raja Gunung Di Kampung Tengah.
         Maka Di Ceritakan  Pula Prihal Datuk Sultan Kamalarumalo Kepala Kampung Sungai Kicang Sekarang. Adapun Pada Zaman Takala Datuk Raja Gunung Minta Tanah Pada Datuk Raja Mentawai Dan Pangkatnya Yang Telah Diberikan Raja Bergelar Datuk Rajr Gunung,Pada Waktu Itu Adalah Satu Kaum Tinggal Berladang-Ladang Setelah Hulu Kampung Tengah Yang Tersebut.’’ Mereka Itu Di Kepalai  Olrh Seorang Yang Bergelar Datuk Jenal. Asal Mereka Itu Datang Ialah  Dari Kota Bento Tinggi, Masuk Ke Luhak Rokan, Berladang Pada Tanah Yang Tersebut. Maka Datuk Jenal Pun Datang Pula Menghadap Datuk Raja Mentawai, Maksutnya Hendak Memperbuat Kampung Dan Mendirikan Suku Pula Seperti Datuk Raja Gunung Yang Telah Trsebut Diatas. Maka Raja Mentawai Menerima Suka Serta Menyuruh Mencari Semua Alat-Alat  Adat Pusaka Yang Akan Dipersembahkan Kepada Raja Buat Minta Suku Itu. Sudah Itu Datuk Jenal Pun  Mencari Alat Berkakas Yang Akan Dipersembahkan Kepada Raja, Yaitu Satu Ekor Kambing Dan Emas Dua Puluh Real Dan Beras Secukupnya. Kemudian Setelah Cukup  Semua Alat-Alat Yang Tersebut, Datuk Raja Mentawai Pun Membawa Datuk Jenal Menghadap Kepada Yang Dipertuan Sakti Di Rokan, Setelah Mempersembahkan Semua Maksut Dstuk Jenal Itu Kepada Raja. Maka Pada Ketika Itu Yang Dipertuan Mengabulkan Semua Permintaan Datuk Zainal  Yang Di Persembahkan Datuk Raja Mentawai Itu. Tanah Itu Akan Jadi Ulayat Dan Genggaman Oleh Datuk Sultan Kemala, Sehingga Sampai Sekang Ini.
 Demikian Asal Permulannya Datuk Kemala Waktu Akan Mendirikan Dahulu. Dan Ia Ikut Dibawa Datuk Raja Mentawai Tersebut Diatas.
        Adapun Pada Waktu Datuk Zainal Dengan Kaumnya Menebas Tempat Kampung Itu, Maka Bertemulah Ia Dengan Satu Sungai Kecil, Yang Selalu Kicang Disana, Kelihatan Juga Oleh Orang. Sebab Itu Dinamakan Kampung Itu Kampung Sungai Kicang.
        Arkian Tiada Berapa Lamanya Datuk Sultan Kemala Tinggal Di Kampung Sungai Kicang, Maka Datang Pula Satu Kaum Banyaknya Kira-Kira Delapan Kelamin, Asalnya Datang Dari Gunung Rao, Kepalanya Bergelar Datuk Besar, Hendak Mencari Tanah Berladang. Mereka Itu Pun Datang Mendapatkan Datuk Sultan Kemala Yang Memegang Kuasa Tanah Yang Di Maksutkan Itu.
 Juga Dibilangnya  Pada Datuk Sultan Kemala,  Bahasa Ia Hendak Minta Tanah Perladangan Itu. Datuk Sultan Kemala Mengabulkan Permintaan Orang Itu, Asal Ia Mau Mengisi Adat Menuangi Lembaga, Yaitu Satu Ekor Kambing Dan Emas Dua Puluh Real. Jadi Datuk Besarpun Suka Menerima Hal Yang Demikan Itu, Tetapi Ia Hendak Kembli Dahulu Ke Gunung Mejemput Kaumnya. Aka Datuk Besar Pun Kembali Ke Gunung Menjemput Kaumnya Terbawa Olehnya Kira-Kira  Dua Puluh Lima Orang  Laki-Laki Dan Perempuan, Serta Membawa Alat Buat Mengisi Adat Mencari Lembaga Yang Disuruh Carikan Orang Datuk Sultan Kemala Itu. Kemudian Setelah Mereka Itu Di Tempat Datuk Sultan Kemala Dengan Membawa Kambing Dan Emas Itu Dengan Beras Secukupnya. Pada Ketika Itu Datuk Sultan Kemala Jamukan Kambing Dan Beras Itu Ke Kampung Sungaikicang. Serta Menetap Gelar  Datuk Besar Jadi Kepala Bagi Semua Orang Yang Dibawanya. Diberi Tanah Tempat Membuat Kampung Dan Ladang Yaitu Dibawah Satu Bukit Tedung Kumbang.
Sehabis Itu Datuk Besar Pun Kembali Pada Tanah Yang Dimintanya Itu. Serta Membuat Kampung Yang Dinamakan Orang  Kampung Pintu Kuari. Kemudian Dari Pada Itu Datuk Sultan Kemala Kepada Datuk Raja Mentawai  Yang Kabarnya Semua  Hal Awal Datuk Besar, Yang Telah Diberinya Tanah Dan Pangkat Seperti Yang Tersebut Diatas. Maka Datuk Raja Mentawai Pun Menerima Suku. Maka Oleh Sebab Itu Kepala Kampung Itu Sampai Sekarang Tiada Diangkat Leh Raja, Hanyalah Angkatan Datuk Sultan Kemala Sungai Kicang Saja. Apabila Telah Diangkat, Barulah Di Persembahkan Kepada Raja, Yaitu Yang Dipertuan Dirokan. Demikian Asal Kepala Kampung Pintu Kuari.
        Maka Tersebutlah Prihal Datuk Bendahara Kuning Kepala Kampung Lubuk Ulat Sekarang. Adapun Prihal Pihak Bendahara Kuning Itu Dahuluanya Adalah Seorang Bergelar Sultan Dubalang Bersaudara Dengan Datuk Jenal Yang Di Angkat Bergelar Datuk Sulatan Kemala Yang Tersebut Di Atas. Maka  Adalah Kerja Sultan Dubalang Setiap Hari Berburu Pelanduk. Pada Suatu Hari Ia Berburu Disebelah Sebuah Bukit Itu Ada Bagus  Dan Datar Di Tempat Berladang Kampung. Pada Ketika Itu Sangatlat Suka Hati  Sultan Dubalang Meminta Tanah Iu. Sementara Itu Juga Lalu Di Tebas Oleh Sultan Dubalang.
Sehabis Itu Iapun  Kembalilah Kekmpung Sungai Kicang. Sesampai Ia Di Sungai Kicang Di Kabarkannya Halnya Itu Kepada Saudaranya Yang Bergelar Datuk Sultan Kemala, Bahwa Ia Telah Menebas, Yang Maksutnya Hendak Dibuatnya Ladang. Berkata Datuk Sultan Kemala Baiklah, Boleh Sultan Dubalang Yang Beri Kawan Enam Berkelamin.Kemudian Dari Pada Itu Sultan Dubalang Pun Pergi Berladang Pada Tanah Itu. Kira-Kira Dua Tahun Lamanya Sultan Dubalang Berladang Disitu, Dapat Kabar Raja Mentawai, Bahwa Sultan Dubalang Telah Berladang Di Tempat Itu. Pada Ketika Itu Datuk Raja Mentawai Menyuruh Orang Buat Memanggil Sultan Dubalang Kekampung. Sampai Dua Kali Sultan Dubalang Dipanggil Oleh Datuk Raja Mentawai, Tiada Juga Ia Datang,  Malahan Ia Minta Tempo Sesudah Habis Di Potong Raja, Karena Padi Hampir Masak. Kemuduan Habis Sultan Dubalang Memotong Padinya Ia Pun Datang Ke Kampung Simpang Menghadap Datuk Raja Mentawi Karena Dapat Panggilan Terlih Dulu.
Maka Setelah Bertemu Datuk Raja Mentawai Dengan Sultan Dubalang, Diperiksalah Oleh Datuk Raja Mentawai Pada Sultan Dualang, Dari Siapa Sultan Dubalang Izin Berladang Pad Tanah Dekat Bukit Timbun Batu, Karena Sekali-Kali Sultan Dubalang Tiada Minta Izin Padaku. Maka Jawab Sultan Dubalang Sekali-Kali  Aku Dapat Izin Dari Siap-Siapa Juga, Hanyalah Kehendak Hati Ku Saja. Tetapi Aku Memang Tlah Tahu, Bahwa Itu Tanah Datuk Raja Mentawai Yang Punya Kuasa. Sebab Itulah Aku Memang Sengaja, Karena Datuk Raja Mentawai Itu Kepala Baginselaras Sungai Mentawai Ini. Maka Sekarang Bagaimana Kesalahan Datuk Raja Mentawai Aku Terima, Sebab Sudah Bersalah Dalam Hal Ini. Dan Telah Berlangsung Pula Aku Berladang Disitu Telah Dua Tahun Lamanya.
 Maka Kata Datuk Raja Mentawai Kalau Sultan Dubalang Mau Berbuat Habis, Berkata Sudah Boleh Aku Letakan Yaitu ; Sultan Dubalang Berutang Kerbau Satu Ekor, Beras Seratus Gantang Uang Ringgit. Demikian Adat Orang Salah Fasal Hutan  Tanah. Maka Jawab Sultan Dubalan, Hal Itu Bisa Saya Carikan, Tetapi Tanah Saya Minta Itu Serahkan Kepada Ku. Itu Pulalah Yang Saya Minta Pada Datk. Dan Saya Minta Supaya Datuk Bawa Saya Menghadap Yang Dipertuan Sakti Di Rokan,Supaya Saya Di Beri Pangkat Dan Supaya Kita Sama Berbapa Kepada Raja Dan Seribu Kepada Putri Dalam Istana. Jawab Datuk Raja Mentawai Kalau Begitu Kehendak Datuk Dubalang, Baiklah Tetapi Carilah Kerbau Yang Satu Ekor, Emas Dua Puluh Ringgit, Beras Secukupnya, Supaya Kita Bis Menghadap Ke Rokan.
        Arkirn Setelah Siap Semua Alat Yang Tersebut Itu Oleh Sultan Dubalang, Maka Iapun Mendapatkan Datuk Raja Mentawai. Pada Ketika Itu Datuk Raja Mentawai Pun Hilirlah Ke Rokan Membawa Sultan Dubalang Menghadap Yang Dipertuan Sakti Di Rokan. Kemudian Setelah Sampai Mereka Itu Mengadap Yang Dipertuan Maka Datuk Raja Mentawai Pun Menyembahkan Semua Maksut Sultan Dubalang Itu Kepada Yang Dipertuan. Maka Yang Dipertuan Pada Ketika Itumenerima Suku Karena Pada Katanya Baiklah, Karena Bertambah-Tambah Orang Besarku. Sehabis Itu Orang Pun  Berjamulah Di Istana Raja, Yaitu Penjamuan Kerbau Dultan Dubalang Itu. Maka Pada Ketika Itu Diberilah Sultan Dubalang Pangkat Oleh Yang Dipertuan Sakti Rokan Bergelar Bendahara Kuning, Serta Pula Diizinka Membuat Kampung Pada Bandar/Kota Yang Tersebut Diatas Ini. Dan Diberi Oleh Datuk Raja Mentawai Tanah Pda Datuk Bendahara Kuning Yaitu Belaras Air Sebelah Kiri Mudik Sungai Mentawai Yang Dinamakan Orang Sungai Teluk.
  Sebab Pada Waktu Itu Sultan Dubalang Terlalu Berharap, Terus Sungai Itu Dinamakan Sungai Teluk. Sehabis Telah Diangkat Sultan Dubalang Jadi Datuk Bendahara Kuning, Maka Sekalian Mereka Itupun Kembali Ketempat Masing-Masing. Maka Sultan Dubalang Pun Membuat Kampung Pada Tanah Yang Telah Ia Minta Itu. Maka Adalah Kapung Itu Dekat Pada Suatu Banyak Yaitu Tempat Kubangan Ulat. Sebab Itu Maka Di Namakan Kampung Itu Kampung Lubuk Ulat. Demikian Halnya Waktu Pemngangkatan Datuk Bendahara Kuning  Lubuk Ulat. Sampai Sekarang Pangkatnya Dilebihi Aturan Duduknya Dari Datuk Raja Gunung Dan Datuk Sultan Kemala    (Komalo), Sebab  Waktu Meninggal Mereka Itu Hanyalah Mempersebahkan Satu Ekor Kambing Dan Emas Dua Puluh Real.  Tetapi Datuk Bendahara Kuning Ialah Satu Ekor Kerbau  Dan Emas Dua Puluh Ringgit. Sebab Pun Di Gelar Datuk Bendahara Kuning, Ialah Waktu Raja Menjalaninya Diberinya Bersalin Satu Potong Kain Kuning, Demikianlah Adanya.
       Sjadan Adalah Orang Yang Mula-Mula Sekali Meminta Tanah Pada Raja Dirokan Dalam Laras Japang Kiri, Ialah Datuk Maharaja Gagah Tangkulio. Tetapi Yang Ia Minta Hanaylah Satu Sungai Tangkulio Saja. Kemudian Datang Datukraja Mentawai Yang Tersebut Diatas Minta Sama Sekali  Laras Japang Kiri Kepada Raja. Makaraja Di Rokan Berikan Kepadanya. Kemudian Barulah  Minta Pula Datuk-Datuk Yang Lain Dalam Japang Kiri Kepada Datuk Raja Mentawai. Dan Datuk Raja Mentawai Berikan Pula Dengan Semufakat/Sepakat Raja. Dan Pangkatb Kepala-Kepala Yang Di Mintakan Yaitu Seperti Yang Telah Disebut  Asal-Asal Yang Di Atas Ini, Sebab Itu Datuk Rum Gahti Datuk Mentawai Yang Jadi Kepala Dalam Laras Japang Kiri. Demikian Ada Pula Kampung Lain Dan Dari Pada Yang Tersebut Diatas Dalam Bagian Japang Kiri. Tetapi Kampung-Kampung Itu Kecil-Kecil Semuanya, Dapat Pemberian Dari Datuk Rum Simpang Dan Kepalanya Juga Diangat Oleh Datuk Rum Simpang Dengan , Meminta Izin Pada Raja Waktu Akan Memperbuat Kampung-Kampung Itu. Demikianlah Halnya Cerita Dalam Laras Japang Kiri. Sehingga Itulah Diceritakan Asal Usul Kampung Dan Kepala Japang Kiri. Demikian Akan Di Sambung Dengan Cerita  Disebelah Japang Kanan Pula.
         Maka Tersebut Pula Prihal Asalnya Datuk  Bendahara Sati  Kota Melintang  Atau Datuk Sultan Pelungan Kubang Buaya Sekarang. Adapun Waktu Raja Yang Ke Tujuh  Dalam Luhak Rokan Ini, Yaitu Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit,  Maka Pada Suatu Masa Datanglah Seorang Raja  Pagar Rujung, Juga Dengan Beberapa Orang Kawannya  Laki-Laki Dan Perempuan. Maka Raja Dan Kawannya Itu Datang Menghadap Yang Dipertuan Sakti Si Rokan Serta Berhenti  Mereka Dalam Negeri Itu Tujuh Hari Lamanya. Dan Raja Serta Kawannya Itu Di Jamu  Oleh Yang Di Pertuan  Dengan Makan Dan Minum. Setelah Itu Raja Pun Berjalan-Jalanlah  Sehingga Sampai  Ke Padang Lawas. Tiba Disitu Raja Tiada Dapat Makan  Sebab Pada Waktu Itu Orang Di Padang Lawas Tiada Makan Nasi,  Hanya Ubi Saja. Kira-Kira Setahun Lamanya Raja Itu Disitu,  Iapun Kembali Ke Rokan.  Dalam Perjalanannya Itu Sampailah  Raja Itu Pada  Suatu Sungai Besar Yaitu Jabang Sungai Sumpur Yang Sebelah  Kanan Mudik Rokan. Sampai Disitu Raja Itupun Dapat Sakit, Lalu Meninggal. Didalam Hutan Itulah Di Kuburkan Raja Itu Oleh Kawan-Kawannya.  Setelah Selesai Dari Menguburkan Mayat Raja Itu, Maka Mufakat/Sepakat Semua Orang  Itu Yaitu Bagaimana Hal  Kita Ini, Karena Raja Kita Telah Meninggal Disini Dan Telah Kita Kuburkan.
 Tetapi Bagaimana  Hal Kita Sekarang  Maka Menjawab  Seorang Bernama Malintang. Katanya : Pada Pikiran Ku Baiklah Kita Berladang  Dan Membuat Kampung Disini, Supaya Bertunggu Juga Tempat Kubur  Raja Kita Ini. Tetapi Lebih Dahulu Ita Minta Izin Pada Yang Dipertuan Di Rokan, Serta Kita Minta  Pangkat Disini. Kata Kawan-Kawannya Baiklah, Sebab Mufakat/Sepakat Itu, Pergilah Malintang Menghadap Yang Di Pertuan Sakti Di Rokan.  Sesmpai  Malintang Dimuka Yang Dipertuan Sakti, 
 Maka Malintang Pun Mempersembahkan Semua Hal Perjalanan Dan Kematian Raja Yang Di Ikutinya Itu. Serta Di Terangkan Pula, Bahwa Mayat  Raja  Itu Telah Di Kuburkan. Oleh Sebab Itu Patih Datang Menghadap Tuanku, Hendak Meminta Tanah Yang Keliling Tempat Raja Yang Meninggal Itu. Supaya Kami Membuat Kampung Disitu, Buat Menunggu Maharaja Itu. Tetapi Bagi Kami Harap,  Jangan Hendaknya  Kami Dikenakan Adat Lembaga Orang Meminta Tanah Dan Pangkat.  Maka Yang Dipertuan,  Tidak Bisa Kalau Tidak Mengisi Adat Menuangi Lembaga Bila-Bila  Orang Meminta Tanah Pada Raja. Tetapi Kamu Sebab Orang Besar,  Belum Lagi Ber-Ladanh-Ladang Boleh Kita Beri Tempo Dahulu. Bila Telah Dapat Padi, Baru Adat Diisi, Lembaga Dituangi Pada Raja. Maka Jawab Melintang Kalau Demikian Titah, Patih Terimalah. Setelah Itu Dipanggil Oleh Yang Dipertuan Datuk Bendahara Negeri Rokan Serta Dengan Penghuku, Buat Menerangka N Hal Permintaan  Malintang Yang Di Sebut Diatas.
 Maka Datuk Bendahara Dan Semua Penghulu Pun Menerima Dengan Suka. Dan Diterangkan Lagi Oleh Yang Dipertuan Akan Kematian Raja Yang Di Ikuti Oleh Malintang Itu. Serta Membuat Kampung  Pada Keliling Makam  Raja  Itu. Pada Ketika Itulah Di Namakan Orang Kampung Itu Kota Malintang,  Karena Orang Yang Mula-Mulamembuat Namanya Malintang.
       Arkian Dalam Beberapa Lamanya Datuk  Bendahara  Sati Dan Kawan-Kawannya  Telah Berladang Pada Tanah Yang Di Mintanya Itu, Maka Mereka Semua Itupun Mendapat Padi. Maka Datuk Bendahara Sati Dan Kawan-Kawannya Pun Bersiaplah  Semua Alat-Alat  Yang Akan Pembayar Adat Pusaka Minta Tanah Yang  Di Tempahkan Oleh Yang Di Pertuan Dahulu. Apabila Telah Siap Dibawah Semua Peralatan Itu Hilir Ke Rokan, Yaitu Satu Ekor Kerbau Bertali Kain Jindai Dan Beras Seratus Dan Ringgit Dua Puluh, Sampai Datuk Iyu Ke Negeri  Rokan,  Maka Di Persembahkanlah  Peralatan  Itu Oleh Bendahara Kota Malintang  Bersama Dengan Datuk Bendahara Negeri Rokan  Kepada Yang Dipertuan Maka Pada Ketika Itu Di Terangkanlah  Oleh Yang Dipertuan Semua Tanah Yang Akan Di Serahkan Kepada  Nbendahara Sakti Kota Malintang, Yaitu  Hilirnya Kerangga  Muara  Pegadis, Dan Kehulunya  Sampai Batas Dengan Muara Tais.
 Sehabis Itu Di Panggil Oleh Yang Dipertuan  Wazir Yang Berempat Ke Negeri Rokan, Sepotong Kerbau  Yang Di Persebahkan  Bendahara Sati Kota Malintang Itu, Serta Di Terangkan Kepada Wazir Yang Berempat, Semua  Hal Yang Menjadi Dan Pangkat Tang Diberikan Pada Bndahara Sati Kota Malintag Itu. Maka Adalah Bendahara Sati Kota Malintang  Pangkatnya Di Bawah Wazir Yang Berempat, Sehabis Itu Datuk Bendahara Sati Oun Kembali Ke Kota Malintang.
        Sjahdan Di Ceritakanlah  As  L Kota Malintang  Bertukar Dengan   Kubangan Buaya. Pada Suatu Hari Pergilah  Istrinya Datuk Bendahara Sati Malintang  Menangguk. Maka Dapat  Olehnya  Seekor Ikan Kecil Yang Bangunnya Serupa Dengan Buaya. Maka Di Bawahlah  Oleh Istri Datuk Itu Ikan Itu Ke Rumahnya. Sampai Di Rumah Di Buatnya Satu Kolam Kecil,  Dan Di Peliharanya  Ikan Itu Dalam Kolam Kecil Itu. Oleh Sebab Itu Di Lepaskannya Binatang Itu Pada Sungai Besar Dekat Kampungnya Itu. Adapun Waktu Akan Melepasnya Itu Di Potongnya  Ekor Binatang Itu. Sampai Binatang  Itu Pada Sungai Besar  Itu Tidak Ada  Binatang Itu Pergi Jauh, Hanyalah Binatang Itu  Berkumbang  Kumbang Juga Di Mana  Pangkalan Datuk Bendahara Itu.  Maka Selah Besar  Binatang Itu, Tahulah Orang, Bahwa Binatang Itu Buaya Juga. Dengan Sebab Itulah Dinamakan Orang Kota Malintang Itu Kubangan Buaya  Sehingga Sampai Sekarang Ini.
Maka Di Ceritakanlah Pula Asal  Terjadinya Kampung Kesik Putih Sekrang. Kira-Kira Tujuh Puluh Tahun Yang Lalu Adalah Seorang Fakir  Yang Bergelar Hji Tua, Pihak Bendahara Sati Kubang Buaya, Membuat Kampung, Tempat Mengajar  Sifat Dua Puluh. Lama-Lama Orang Kubang Buaya Pun  Banyaklah Datang Kesitu. Pada Msasa Tiga Puluh Delapan  Tahun Yang Telah Lalu, Maka Bendahara Sati Kubang Buaya Itu Adalah Dua Beradik Sama Laki-Laki Keduanya.Maka Adalah Yang Tuanya  Bergelar  Haji Gomok,  Dan Adiknylah Yang Bergelar Bendahara Sati Itu. Maka Bendahara Sati Pun Berpindahlah Ke Kampung Tadi ( Kersik Putih ) Karena Haji Gomok Telah Tinggal Disitu. Kemudian Perselisihan Datuk Penghulu Yang Dikubangan Buaya Bergelar Sultan Pelungan, Dengan Bendahara Sati Yang Diam Di Kampung Kersik Putih, Sampai Terjadi Pergaduhan/Keributan  Pasang Memasang Dengan Sampai Antara  Kedua Kami Pun Itu. Dalam Hal Yang Demikian  Itu Hilirlah  Datuk Sultan Pelungan Ke Rokan Menghadap Yang Di Pertuan Sakti  Nama Husin.
Pada Watu Itu Berangkatlah Yang Di Pertuan Sakti Husin Mudik Ke Kubang Buaya, Buat Menyelesaikan Perselisihan Kedua Kampung Itu. Setelah Selesai Ditetapkan  Oleh Yang Dipertuan Sakti Husin, Yaitu Bandara Sati Berpindah Ke Kampung Kersik Putih, Jadi Kepala Kampung  Di Kersik Putih, Tiada Campur Ke Kubang Buaya Lagi. Dan Di Kubang Buaya Ditetapkan Jadi Kepalanya Datuk Sultan Pelungan.  Kemudianpada Zaman Yang Dipertuan Sakti Nama Ibrahim Adalah Kesalahan Sepanjang Adat Pada  Datuk Bendahara Sati Nama Kanan, Yaitu Yang Tinggal Di Kersik Putih, Teruslah Bendahara Sati Itu Di Pecat. Dan Kepala Kampung Kersik Putih Diganti Ditetapkan Bergelar Sultan Mencajo. Ada Pun Suku Bendahara Sati Kota Meliantang, Boleh Di Jabat Oleh Ahlinya Kedua Kampung Itu, Yaitu Siapa-Siapa Yang Di Sukai Oleh Raja, Menurut Sepajang Adat. Demikianlah Prihal Kampung Kembangan Buaya Dan Kersik Putih.
         Maka Diceritakanlah Lagi Prihal Asal  Kampung Tibawan. Dahulu Adalah Satu Kaum Suku Melayudari Kota Raja Rao, Laki-Laki Perempuan Masuk Luhak Rokan. Tiba-Tiba Bertempat Mereka Itu Pada Muara Sungai, Cabang Sungai Sumpur Yang Sebelah Kanan, Yaitu Dihilir Kota Melintang Dahulu. Sampai Mereka Pada Muara Sungai Itu, Sekalian Mereka Itupun Berhentilah, Lalu Diam Disitu Membuat Ladanghampir Kuala Sungai Itu. Jadi Namakannya Sungai Itu Sungai Tibawan, Sebab Itulah Tempat Mereka Kula-Mula Tiba. Tiada Berapa Lamanya Dapat Kabar Oleh Yang Dipertuan Sakti Di Rokan, Bahwa Ada Pula Orang Yang Baru Datang Telah Berladang Disebelah Hilir Kota Melintang. Pada Ketika Itu  Yang Bertuan Menyuruh Utusan Buat Periksa  Orang Itu, Pergilah Tiga Orang,  Kepalanya Bergelar Raja Nan Setia. Ketiga Orang Itupun  Berjalan Ke Tempat Orang Itu. Sakampai Mereka Itu Pada Tempat Orang Itu, Ditanyalah, Kata Orang Itu; Apa Pun Kami Ini Orang Atang Dari Kota Raja, Hendak Mencari Tempat ( Diam / Tinggal ) Dan Berladang Pada Tanah Yang Baik, Maka Disinilah Kami Dapat. Maka Sebab Itulah Kami Berladang Disini.  Setelah Nyata Orang Raja Nan Setia, Bahwa Ini Orang Bukan Maksut Yang Jahat, Maka Raja Nan Setia Pun Kembali Menyembahkan Pada Yang Dipertuan Sakti. Kemudian Dari Pada Itu Raja Nan Setia Kembali Ketempat Orang Berladang Hampir Sungai Tibawan Itu, Lalu Berkawin/Menikah  Raja Nan Setia, Dengan Seorang Perempuan Yang Baru Datang Itu. Kira-Kira Setahun Setengah Raja Nan Setia Menikah, Maka Mufakat/Sepakat Ia Dengan Orang Yang Berladang Itu, Kata Raja Nan Setia, Pada Fikiran Ku Lebih Baiklah Kita Membuat Kampung Dan Minta Tanah Kepada  Raja Di Rokan, Supaya Kita Tetap Disini. Maka Semua Orang Disitu Mengikuti Semua Bagaimana Perkataan  Raja Nan Setia.
Sehabis Mufakat/Sepakat Itu Di Siapkanlah Alat-Alat Adat Pusaka Orang Meminta Tanah Kepada Raja, Yaitu Satu Ekor Kerbau, Beras Seratus, Uang Dua Puluh Ringgit. Apabila Telah Siap Berkakas Itu Raja Nan Setia Dan Orang Yang Berladang Itupun Dtang Ke Rokan, Bertemu Dengan Datuk Bendahara Negeri Rokan, Serta Membilangkan  Semua Maksutnya Hendak Meminta Tanah Itu. Maka Datuk Bendahara Negeri Rokan Pun Membawa Raja Nan Setia Menghadap Yang Dipertuan Di Istana, Serta Mempersembahkan Semua Maksut Raja Nan Setia Itu. Lagi Pula Dipersembahkannya Satu Ekor Kerbau, Uang Dua Puluh Ringgit Dan Emas Yang Seratus Itu. Maka Yang Dipertuan Pun Menerima Dengan Suka. Sehabis Itu Kerbau Iyupun Orangnya Dijamunya. Dan Raja Setia Digelar Datuk Bendahara Muda Tibawan,  Serta Diberi Tanah Kemudia Hingga Muara Pegadis, Kehilirnya Sehingga Datuk Batu Elang.
 Demikianlah Asal Datuk Bendahara Tibawan. Dan Adalah Yang  Tertua, Yaitu Datuk Bendahara Sakti Kota Malintang, Sebab Ialah Yang Lebih Dilaras Japang Kanan Adanya. Sehingga Inilah Ditetapkan Cerita Hal Awal Orang-Orang Besar Dalam Laras Japang Ini Ialah Yang Didirikan Mula-Mula Pada Zaman Yang Dipertuan Sakti Nama Latih, Raja Yang Ke Tujuh Memerintah Dalam Luhak Rokan Ini. Sehabis Itu Kembalilah Cerita Kepada  Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit Yang Tinggal Bersemayam Dalam Ngeri Rokan.
         Sjahdan Sehabis Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit  Mangatakan Dan Mengaturkan Kampung-Kampung Dan Orng-Orang Beasr Dijapang Kiri Dan Kanan, Maka Yang Dipertuan Itu Pun Meninggal.
         Harta Pada Waktu Itu Yang Dipertuan Ada Peninggakan Seorang Saudara Perempuan Di Negeri Rokan Dengan Suaminya Nama Ukuh Bergelar Sultan Rokan. Adapun Yang Dupertuan Itu Lamanya Memeruntah Ad Kira-Kira 59 Tahun, Barulah Ia Meninggal.
 Demikanlah Hal Luhak Rokan Dalam Diperintah Oleh Yang Dipertuan Itu, Adapun Saudara Perempuan Yang Dipertuan Ada Megadakan Putra Empat Orang, Yaitu Dua Laki-Laki Dan Dua Perempuan. Yang Tua Perempuan Nama Siumah. Yang Kedua Lai-Laki Nama ( S E L O ). Yang Ketiga Nama Suadi.
Dan Yang Keempat Nama ( G U D I M A T ). Adalah Ajarnya Keempat Anak Raja Itu  Nama Ukuh Gelar Sultan Rokan, Kemudian Meninggal Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit, Ialah Yang Memangku Luhak Rokan, Sebab Rajanya Tiada Lagi.
Karena Keponakan  Yang Dipertuan Masih Kecil-Kecil Lagi. Maka Adalah Sultan Rokan Itu Memangku Sultan Luhak Rokan Ini Kira-Kira 35 Tahun Lamanya, Barulah Besar Anaknya, Yang Bernama S E L O Itu. Setelah Besar Sudah, Ialah Yang Di Angkat Menjadi Raja. Demikian  Adanya.

                                                                          Bagian Yang Ke Delapan

         Menyatakan Prihal Raja Yang Kedelapan Dalam Luhak Rokan Yaitu Yang Dipertuan Sakti Nama Selo Keponakan  Yang Dipertuan Sakti Nama Lahit Yang Tersebut Diatas Ini.
         Adalah Takala Yang Diprtuan Sakti Nama Lahit Meninggal, Maka Selo Ada Berumur Kira-Kira 2 Tahun. Pada Waktu Itu Kerajaan Luhak Rokan Dipangku Oleh Raja Selo Nama Ukuh Gelar Sultan Rokan, Lamanya Kira-Kira 23 Tahun. Tetapi Selo Kira-Kira Umur 14 Tahuntelah Diangkat Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Bergelar Ya Ng Diprtuan Sakti,
Dan Saudara Nama Gudimat Diangkat Bergelar Sultan Zainal
. Arkian Setelah Yang  Dipertuan Sakti Nama Selo Yang Berumur Kra-Kira 25 Tahun, Maka Kerajaan Luhak Rokan Pun  Berserah Kepadanya Sendiri, Sebab Ajarnya Pun Telah Tua. Maka Yang Dipertuan Pun Tetaplah Diatas Tahta Kerajaannya, Bersamayam Dakam Negeri Rokan .
          Sjahdan Maka Tersebutlah Perkataan Saudara Ibu Yang Dipertuan Itu Yang Kecil Bergelar Majo Siti Yang Dilahirkannya  Ke Luhak Rambah, Sebab Berkelahi Dengan Suaminya Di Kota Dungo Tanjug Di Atas Ini.
 Sesampai Majo Siti Dan Kawan-Kawannya Keluhak Rambah, Maka Berladanglah Disitu. Tiada Berapa Lamanya Dapat Kabar Oleh Yang Di Pertuan  Sakti Rambah.  Maka Dijemputlah Majo Siti,  Lalu Dibawanya Ke Negeri Rambah. Dalam Hal Yang Demikian Itu Menyeruh Utusannya Yang Dipertuan Sakti Nama Selo, Akan Menjemput Majo Siti Dan Kawan-Kawannya Itu Ke Negeri Rambah.
Maka Adalah Yang Jadi Utusan  Pada Waktu Itu Adalah Dalam Suku Melayu Pokomo Bergelar Perdana Menteri Dan Seorang Dalam Suku Mais Bergelar Paduka Raja.
Sesampai Utusan Itun Ke Negeri Rambah, Tiada Raja Mau Melepas Majo Siti Kembali Kr Rokan. Dan Kedua Utusan Itu Di Bunuh Oleh Rambah Diatas Balai Rambah Sampai Meninggal.
Kemudian Dari Pada Itu Majo Sitipun Menikah Dengan Yang Dipertuan Sakti Rambah. Dengan Yang Demikian Itu Jadi Bermusuhan Antra Rokan Dan Rambah. Dan Majo Siti Pun Tetaplah Tinggal Di Negeri Rambah.
  Lama Kelamaan Majo Siti Pun Membuat Negeri Di Lubuk Napal, Yaitu Pada Sungai Dua, Tanah Yang Dibeli Oleh Suku Nan Enam Di Kota Bungo Tanjung Pada Raja Kepenuhan. Hatta Maka Majo Siti Dengan Suamnya Uyang Dipertuan Sakti Rambah Pun Mengadakan Anak Banyaknya  Tiga Orng, Yaitu Dua Laki-Laki Dan Satu Perempuan. Sampai Sekarang,Itulah Pihak Yang Dipertuan Sakti Di Rambah. Adalah Yang Demikian Itu Majo Siti Pun Meninggal Disitu, Dan Lubuk Napal Pun Tinggal Ditunggui Oleh Suku Nan Enam, Yang Dari Dulu Dengan Majo Siti Itu. Demikianlah Adanya.
        Maka Sekarang Di Sambunglah Lagi Cerita Yang Dipertuan Sakti Nama Selo Tinggal Bersemayam Di Negeri Rokan.
 Kemudian Setelah Meninggal Utusan Yang Disuruh Ke Rambah Yang Tersebut Diatas, Maka Tetaplah Luhak Rokan  Dan Rambah Bermusuhan, Sehingga Menjadi Peperangan.
 Oleh Sebab Itu Muncul Pikiran Oleh Yang Dipertuan Sakti Nama Selo, Hendak Mengadakan Raja Membantu Menjaga Negeri Kota Ujung Batu Tinggi, Sebab Negeri Itu Jauh Dihilir Dan Hampir Kepada Rambah. Sebab Itu Mufakat/Sepakat Yang  Dipertuan Itu Dengan Datuk Wazir Yang Berempat, Yaitu Rokan, Pandalian, Sikebau Dan Ujung Batu Tinggi Bahwa Akan

 MENGANGKAT ADIKNYA YANG BERNAMA GUDIMAT BERGELAR YANG DIPERTUANKAN BESAR, MEMERINTAH DAN MENJAGA KOTA UJUNG BATU TINGGI.

Kemudian Setelah Putus Mufakat/Persepakatan Yang Dipertuan Dengan Wazir Yang Berempat Maka Orang Pun Relatlah, Mengangkat Saudara Yag Dipertuan Itu Bergelar Yang Dipertuan Besar, Akan Memerintahkan Orang Yang Dikota Ujung Batu Tinggi. Dan Saudara Perempuan Yang Dipertuan Yang Tua Bergelar Permaisuri Dan Yang Muda Bergelar Paduka Syah Alam.

Sehabis Berelat Itu Yang Dipertuan Besar Gudimat Pun Teruslah Hilir Kekota Ujung Batu Tinggi, Bersama Dengan Datuk Bendahara Hitam Di Kota Ujung Batu Tinggi.

Maka Yang Dipertuan Besar Itu Pun Tetap Memerintah Dibawah Yang Dipertuan Sakti, Serta Bersemayamlah Dikota Ujung Batu Tinggi. Kemudian Kira-Kira 2 Tahun Lamanya Yang Dipertuan Besar Gudimat Memerintah Dikota Ujung Batu Tinggi Maka Orang Kota Ujung Batu Tinggi Pun Berpindah Membuat Negeri Pada Negeri Ujung Batu Tinggi.
Dan Tetaplah Yang Dipertuan  Besar Gudimat Memerintah Di Negeri Ujung Batu Tinggi Itu. Sehingga Meninggal Yang Dipertuan Itu Disana, Lalu Dikuburkan Disitu.
        Adalah Yang Dipertuan Itu Dua Orang Putranya, Yaitu Satu Laki-Laki Dan Satu Prempuan. Demikian Halnya Orang Suku Nan Enam Dalu, Mula-Mula Dari Kota Kecil Pindah Kekota Bungo Tanjung, Dari Satu Kekota Ujung Batu Tinggi.Kemudian Pada Negeri Ujung Batu Sekarang Seperti Yang Diperbuat Diatas Ini. Sehingga Inilah Diceritakan Dahulu.

        Sjahdan Kembalilah Ceritanya Kepada Yang Dipertuan Sakti Nama Selo Yang Tinggal Bersemayam Dinegeri Rokan, Duduk Diatas Tahta Kerajaan Dikota Luhak Rokan Iv Kota. Maka Adalah Yang Dipertuan Mengadakan Dua Orang Putra Laki-Laki. Yang Tua Bergelar Sultan Rokan Dan Yang Muda Bergelar Sultan Maharaja. Dan Saudara Yang Perempuan Pada Waktu Itu Lagi Muda, Belum Mengadakan Putra.

 Maka Sekarang Diceritakanlah Prihal Datuk-Datuk Dan Kampung-Kampung Di Bagian Empat Kota Dibukit, Takala Mula Asal Datuk-Datuk Dan Di Kampung-Kampung Itu Akan Didirikan, Ialah Waktu Yang Dipertuan Sakti Nama Selo. Raja Yang Ke Delapan Yang Mem Perintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Dan Saudaranya Yang Dipertuan Besar Gudimat Memerintah Di Ujung Batu.koto tinggi.
Maka Diceritakanlah Prihal Datuk  Bendahara Muda Kampung Pakis. Adalah Dahulunya Satu Kaum Orang Datang Dari Kota Raja Rao, Laki-Laki Dan Perempuan Semuanya Adalah Lima Belas Kelamin, Datanglah Ia Ke Luhak Rokan Ini, menempati  Kepada Suatu Sungai Yang Sedikit Besar,

SEBELAH KANAN SUNGAI ROKAN YANG DINAMAKAN ORANG SUNGAI PAKIS SEKARANG.

Maka Semua Orang Itu, Setia Disitu Kerjanya Membuat Ladang Dn Membuat Kampung Di Mana Kampung Pakis Sekarang. Yang Dipinggir Kampung Itu Bernama Pakis, Di Tebang Oleh Mereka Itu Akan  Titian Kesebrang. Oleh Sebab Itu Sungai Dinamakan Orang Sungai Pakis.

Kemudian Dua Tahun Lamanya Mereka Berladang Disana, Pindahlah Ia Berladang Ke Sungai Dua, Yaitu Pada Sungai Dasan. Kira-Kira Tiga Tahun Mereka Itu Tinggal Disana,

 Kembalilah Mereka Itu Pada Kampungnya Yang Dekat Sungai Pakis Yang Terbuat Diata Ini. Serta Membuat Kampung Dan Ladang Pula Disitu.

 Berapa Lamanya Mereka Itu Disitu, Mufakat/Sepakat Ia Hendak Meminta Pangkat Pada Kampung Yang Di Tungguinya Itu Kepada Raja; Serta Mereka Itu Mencari Semua Alat Berkakas Dan Alat Orang Meminta Suku Kepada Raja. Yaitu Kerbau Satu  Ekor Dan Emas Puluh Real Dan Beras Secukupnya.
Kemudian Setelah Cukup Semua Alat Berkakas Yang Tersebut, Mereka Itupun Giliran Ke Ujung Batu Mendapatkan Bendahara Di Ujung Batu,  Minta Menghadap Yang Dipertuan Besar Nama Gudimat. Serta Disitu Bendahara Ujung Batu Pun Membawa Mereka Itu Kepada Yang Dipertuan, Serta Mempersembahkan Maksut Orang Yang Datang Itu. Yaitu Meminta Suku Dan Pangkat Orang Besar Di Kampung Pakis.

 Pada Ketika Yang Dipertuan Dan Menerima Suku Atas Maksut Orang Yang Datang Itu. Sehabis Itu Datuk Bendahara Ujung Batu Dan Orang Yang Datang Itupun Menyembelih Kerbau Persembahan Yang Dibawa Orang Itu. Dan Yang Dipertuan Pun Memberi  Pangkat Kepada Kepala Kampung, Orang Yang Datang Itu

BERGELAR DATUK BENDAHARA MUDA KEPALA KAMPUNG PAKIS.

Setelah Itu Datuk Bendahara Muda Pakis Yang Baru Dingkat Itupun Kembalilah Kepada Kampung Di Pakis. Demikian Asalnya Datuk Bendahara Muda Pakis Meminta Sukunya Pada Raja.

         Maka Tersebutlah Pula Prihal Kampung Pemandang. Adalah Dahulunya Satu Kaum Orang Laki-Laki Dan Perempuan Dari Kadai Sebelah Rao, Masuk Ke Luhak Rokan, Menetap Ke Kampung Sungai Kicang. Kemudian Setelah Tiga Tahun Ia Tinggal Dikampung Sungai Kicang, Mereka Itupun Lalu Kesebelah Empat Kota Di Bukit Sekarang, Yaitu Pada Suatu Sungai Yang Sedikit Besar Pada Hilir Sungai Pakis Yang Tersebut Dahulu.

Sesampai Disitu Mereka Itupun Mencari Tanah Yang Akan Dibuat Kampung, Hampiran Sungai Yang Tersebut. Pada Ketika Itu Semua Mereka Itupun Naiklah Pada Suatu Bukit Yang Tinggi, Lalu Memandang Kiri Dan Kanan, Buat Melihat Tanah Yang Sedikit Datar Hampir Tepi Sungai Dibawah Bukit Itu Sebab Dinamakan Orang Sungai Itu Sungai Pemandang.

Kira-Kira Dua Tahun Lamanya Mereka Itu Tinggal Berladang Disitu, Maka Hilirlah Orang Pakis Yang Tersebut Ke Ujung Batu Akan Meminta  Tanah Dan Suku Yang Telah Diceritakan Diatas Ini.

 Setelah Sampai Ke Ujung Batu, Yang Dipertuan Besar Mengangkat Kepala Dari Orang Pemandang Tadi Begelar Bendahara Raja. Maka Dalam Waktunya Yaitu Sewaktu Dengan Waktu Menangkat Bendahara  Muda Pakis Tadi. Adapun Kerbau Yang Diperembahkan Oleh Pemandang, Ialah Kerbau Yang Dipersembahkan Orang Dari Pakis Dahulu Diberinya. Karena Kerbau Yang Dipersembahkan Mereka Tidak Ada Yang Dipotong, Hanyalah Di Kembalikan, Dan Diganti Dengan Uang Enam Real.  Itulah Yang Dinamakan Orang, Kerbau Kurus, Sebab Namanya Saja Memotong Kerbau Tetap Hanya Menerima Uang Enam Real Saja.

 Demikian Halnya Kampung Pakis Dan Pemandang Waktu Diangkat Oleh Yang Dipertuan Besar Nama Gudimat.

          Maka Tersebutlah Pula Prihal Kampung Tanjung Medan
 Adalah Dahulunya Satu Orang Datang Dari Cerunting Rao Masuk Ke Luhak Rokan, Menetap Di Sungai Kicang. Kemudian Kira-Kira Satu Tahun Tinggal Di Sungai Kicang  Mereka Itupun Berpindah Pula Ke Kampung Pemandang. Kemudian Kira-Kira Dua Tahun Mereka Itu Berpindah di Kampung Pemandang. Mereka Itupun Hilir Ke Ujung Batu, Menghadap Yang Dipertuan Besar Gudimat. Akan Meminta Tanah Buat Kampung Dan Minta Sukunya Di Kampung Itu.
Dan Lagi Mereka Itu Mempersembahkan Pula Kepada Yang Dipertuan Itu. Seperti Alat Yang Dipersembahkan Yang Dipertuankan Orang, Ketika Memberi Pangkat : Pada Ketika Itulah Yang Dipertuan Memberi Tanah Akan Tempat Kampung Itu. Yaitu Kepada Hamparan Teluk Munang Sekarang. Sampai Diberi Tanah Selarat Sungai Munang Saja. Dan Kepalanya Diangkat Bergelar Bendahara Sati Dan Kampungnya Dinamakan Tanjung Medan.
Maka Tiga Kepala Kampung Diempat Kota Bukit Yang Tersebut Diatas Ini, Ialah Mula-Mula Asal Yang Diangkat Oleh Yang Di Pertuan Besar Gudimat Di Ujung Batu.
 Sehabis Ia Mengangkat Orang Besar Itu, Barulah Ia Memberi Kabar Kepada Saudaranya Yang Dipertuan Sakti Nama selo Yang Tersebut Datas. Demikian Halnya Iv Kota Di Bukit Yang Sebelah Hilir Waktu Dulunya. Maka Tersebutlah Pula Kampung Sejernih. Adalah Dahulunya Satu Orang Laki-Laki Dan Perempuan, Datang Dari Kota Benio Tinggi, Masuk Ke Luhak Tokan, Tinggal Di Lubuk Ingu............
          Maka Sekarang Tersebutlah Pula Kampung Tinggi.
 Adalah Satu Kaum Orang Laki-Laki Dan Perempuan Darin Longung. Dari Situ Lalu Ke Sungai Yang Dinamai Kampung Tinggi Sekarang. Sampai Disitu Mereka Pun Berladang Serta Membuat Kampung. Telah Lama Tahun Lamanya Mereka Itu Disitu, Datanglah Mereka Itu Mengadap Yanng Dipertuan Sakti Nama Selo Di Rokan,
 Dengan Memebawa Persembahan, Seperti Persembahan Orang Kubu Baru Tadi Juga. Tetapi Di Tambah Dengan Seorang Saja. Oleh Sebab Itu Kepala Dari Orang Itu

 Di Gelarkan Bendara Lebih,

 Karena Persembahannya Lebih Dari Datuk-Datuk Yang Lain Di Iv Kota Dibukit. Dan Dalam Kampung Rokan Kampung Tinggi, Karena Kampung Itu Tinggi Tempatnya Dari Pada Tanah-Tanah Yang Dekat Disitu. Dan Tanah Diberi Kuasa, Sepanjang Ulayatnya Kampung Yang Tersebut Itu. Maka Adalah Datuk Yanng Bertiga Yang Tersebut Diatas Ini, Hanyalah Dibayar Saja, Itulah Setelah Setahun Lamanya, Iapun Pun Pindah Berladang Dan Membuat Kampung Ke Suatu Japang Dari Sungai Pusu.
Dalam Lima Tahun Lamanya Maka Terdengarlah Oleh Mereka Itu Orang Kampung Pakis Telah Dapat Pangkat Kepalanya, Bergelar Bendahara Muda.
Oleh Sebab Itu Mereka Datang Pula Mendapatkan Datuk  Bendahara Muda Dirokan, Hendak Di Bawa Menghadap Tang Dipertuan Sakti Nama Selo. Kerena Mereka Itu Hendak Mempersembahkan, Bahwa Ia Mau Bertemu Datuk Bendahara Muda Di Negeri Rokan, Maksut Orang Yang Datang Itu. Maka Titah Yang Di Pertuan : Kalau Mereka Itu Mau Mengisi Adat Mengenai Lembaga, Boleh Dikasih Tanah Dan Pangkat. Setelah Orang Itupun Menyiapkan Semua Alat Berkakas Adat Pakaian Orang Meminta Tanah  Dan Suku Kepada Raja, Yaitu Kerbau Satu Ekor, Emas Dua Puluh Dan Beras Secukupnya. Apabila Siap Semua Alat Berkakas Yang Tersebut, Maka Mereka Itupun Pergi Menghadap Yang Di Pertuan Sakti  Bersama Dengan Bendahara Rokan.
Maka Pada Ketika Itu Yang Hadir Tuan Pun Menerime Dengan Suka. Oleh Sebab Itu Kepala Kampung Itu Diangkat Bergelar Bendahara Kaya.
 Dan Diberi Kuasa Ulayat, Yaitu Pada Sungai Sijernih. Sebab Kampung Itu Dinamakan Sijernih, Karena Sungai Yang Ada Pada Tepi Kapung Itu Sangat Jernih Airnya. Sebab Iu Mereka Pun Kembali Ke Kampunya Yang Tersebut Itu. Kemudian Hal Orang Si-Jernih Dan Asalnya Datuk Bendahara Disitu.
 Maka Adalah Pula Suatu Kaum Oang Yang Berladang-Ladang Pada Sungai Pusu,
Sebebah Hulu Kampung Sijernih Yang Tersebut. Maka Sekalian Mereka Itu Telah Mendengar, Bahwa Orang Sijernih Telah Minta Tanah Dan Suku Pada Raja. Oleh Sebab Itu Seklian Orang Itupun Mufakat/Sepakat Serta Datang Pula , Mendapatkan Bendahara Dirokan, Serta Mempersembahkan Seperti Persembahan Orang Sijernih Tadi Juga.
Maka Adalah Orang Yang Dipertuan Menghadap Permintaan Orang Itu. Pada Ketika Itulah Kepala Dari Orang Itu Digelar Bendahara Pusu, Karena Itu Kampung Baru Didirikan. Demikianlah Hal Datuk Bendahara Pusu, Kampung Kubu Adanya,
          Maka Tersebutlah Pula Kampung Tinggi.
 Ada Satu Kaum Orang Laki-Laki Dan Permpuan Dari Lungung. Dari Situ Lalu Ke Sunga Tinggi Yang Dinamakan Sungai Tinggi Sekarang. Sampai Disitu Mereka Pun Berladang-Ladang Dan Membuat Kampung. Telah Lama Settaun Lamanya Mereka Itu Disitu, Datanglah Mereka Itu Menghadap Yang Dipertuan Sakti Nama Selo Dirokan, Dengan Membawa Persembahan Seperti Persembahann Orang Kubu Baru Tadi Juga. Tetapi Ditambah Dengan Seorang Saja. Oleh Sebab Itu Kepala Dari Orang Itu Digelarkan Benadahara Lebih, Karena Persembahannya Lebih Dari Datuk-Datuk Lain Di Iv  Kota Dibukit.
Dan Adalah Kampung Dinamakan Kampung Tinggi, Karena Kampung Itu Tinggi Tempatnya Dari Pada Taah-Tanah Yang Dekat Disitu. Dan Tanah Di Beri  Kuasa, Sepanjang Ulayat Kampung Yang Tersebut Itu.
 Maka Adalah Datuk Yang Bertiga  Yang Terseut Diatas Ini, Waktu Mempersembahkan Kerbau Pada Raja. Itu Kerbau Tiada Juga Di Potong, Hanyalah Di Bayar Saja Denagn Uang Banyaknya ( Enam Real ) ; Itulah Yang Dinamakan Kerbau Kurus. Demikianlah Hal Keadaan Mula Asal Kampung-Kampung Iv Kota Di Bukit, Seperti Yang Tersebut  Datas Ini.
 Kemudian Kembali Cerita Yang Dipertuan Sakti Nama Selo Yang Tersebut Diatas Ini. Lama Kelamaan Yang Dipertuan Sakti Nama Selo Yang Memerintah, Maka Yang Dipertuan Itupun Telah Tua Betul, Sudah Berumur 100 Tahun.
        Maka Pada Ketika Itu Datanglah Kesusahan Besar, Yaitu Luhak Rokan Ini Diharu Oleh Dipertuan Yang Yang Di Namakan Orang Pardi ( P ADRI  ), Yaitu Satu Orang Kaum Dari Minang Kabau, Serupa Orang Halnya Mengeraskan Agama Islam. Pada Waktu Itu Banyaklah Negeri-Negeri Yang Kalahkan Oleh Orang-Orang Itu, Dengan Membunuh Raja Pada Negeri Itu, Supaya Senang Mereka Itu Memerintah Sendarian Dan Membuat Apa  Kesehendaknya Saja.
          Hatta Datanglah Takdir ALLAH  Subhanallah’ala,  Maka Meninggallah Yang Dipertuan Sakti Nama  Selo Di Bunuh Oleh Yang Dipertuan Itu. Dan Hati Pulalah Kedua Putranya, Yaitu Sultan Rokan Dan Tengku Maharaja. Maka Adalah Yang Tinggal Pihak Raja Pada Waktu Itu, Ialah Saudara Erempuan Yang Dipertuan Dua Orang Yaitu Si Umah Gelar Permaisuri Dan Suadi Gelar  Paduka Syah Alam.
     Sjahdan Maka Orang Negeri Rokan Dan Dua Orang Saudara Yang Dipertuan Itupun Keluar Dari Negeri Rokan Sehingga Sampai Kepada Kota Bagian Bangkinang. Maka Tinggalah Mereka Itu Disitu 12 Tahun Lamanya. Dalam Waktu 12 Tahun Itu, Sepeninggal  Saudara Yang Dipertuan Dan Negeri Rokan Lari Ke Lima Kota Yang Tersebut, Pada Waktu Itu Luhak Rokan Tidak Diperintahkan Oleh Raja Atau Wakilnya. Ada Hanya Pada Waktu Itu Raja Tidak Berdaulat Dan Besar Tidak , Sebab Dijalankan Oleh Putih ( P A DR I ) Yang Tersebut Diatas.
        Arkian Setelah 12 Tahun Lamanya Dapat Kabar Itu, Bahwa Luhak Rokan Telah Aman Kembali, Karena Sipengruh Itu Telah Dipukul Oleh Compeni Belanda. Oleh Sebab Itu Kembalilah Kedua Saudara Yang Dipertuan Itu Ke Negeri Rokan Serta Semua Kawannya Orang Rokan Yang Ikut Itu.
       Adapun Orang Negeri Ujung Batu  Tiada Yang Lari, Sebab Tertunggu Oleh Pengaruh Itu. Maka Negeri Itu Dipelihara Oleh Pengaruh Itu, Dengan Dibikinnya Parit Dalam. Sampai Sekarang Ada Bekasnya Disitu. Akan Orang Negeri Pandilian Dan Laki-Laki Pergi Juga, Tetapi Tiada Lama, Sebab Perginya Tiada Jauh. Adapun Negeri Sikebau Makin Lama Makin Tegang Juga Sehingga Lama Kelamaan Negeri Itupun Menjadi Rimba Sehingga Sampai Sekarang Ini.
Sehingga Inilah Di Ceritakan Dahulu Hal Keadaan  Yang Dipertuan Sakti Nama Selo, Yang Digelar Orang Sampai Sekarang ‘’ Almarhum Yang Dipertuan Bendahara Putri ‘’ Demikian Halnya Hal Yang Tertuah Itu Memerintah Dalam Waktu 74 Tahun Sampai Pada Watu Meninggal.
         Sjahdan Adapun Luhak Rokan Ini Waktu Baru-Baru Saudara Yang Dipertuan Itu Kembali Dari V Kota Ada Kira-Kira 20 Tahun Tiada Berdiri Yang Dipertuan. Hanya Luhak Rokan Ini Dipangku Oleh Seorang Bangsa Keempat Suku Namanya Dajung, Gelar Mahudunm Suku Mandailing Negeri Pandalian,  Bersama Dengan Datuk Wazir Yang Keempat. Tetapi Yang Mengepalainya Ialah Datuk Mahudum Yang Tersebut Diatas, Karena Ia Orang Jernih Lagi Jujur, Biasa Menyelesaikan Apa-Apa Hal. Maka Sampailah Pangkuannya Itu Kepada Yang Dipertuan Sakti Nama Ahmad.


                                                         Bagian Yang Ke Sembilan

          Menyatakan Prihal Raja Yang Ke Sembilan Yang Memerintah Luhak Rokan Yaitu Yang Dipertuan Sakti Nama     A  H  M  A  D.
           Lebih Dahulu Sebelumnya Diceritakan Hal Raja Yang Kesembilan Memerintah Dalam Luhak Rokan,Lebih Dahulu Di Ceritakan Prihal Perjalanan Saudara Yang Dipertuan Nama Selo Yang Melarikan Diri Ke V Kota Yang Tersebut Diatas. Adapun Saudara Perempuan Yang Dipertuan, Yang Tua Nama Si-Umah Gelar Pemaisuri, Waktu Telah Kembali Ke Negeri Rokan  Dari V Kota Yang Tersebut Diatas.
 Ada Mengadakan Putra Seorang Perempuan Nama  S E R I A M I N, Begelar Pemaisuri Yang Kedapatan Waktu Tuan Conteler Quaste Mula-Mula Masuk Ke Luhak Rokan Ini. Tetapi Seri Alam Ini Tidaklah Meninggalkan Putra. Adapun Saudaranya Yang Muda Nama Suadi Gelar Paduka Syah Alam, Waktu Mulai Perjalanan Lari, Sampai Ke Negeri Rokan, Maka Paduka Syah Alam Itu Ada Mengadakan Putra Dua Orang. Yang Perempuan Nama   L A K A    Gelar Paduka Syah Alam Dan Yang Muda Laki-Laki Bernama   U G A M  Maka Dalam Putra Paduka Syah Alam Nama S Uadi Waktu Sudah Meninggal Yang Dipertuan Sakti Nama Selo ( Waktu Akan Lari )   Memang Sudah Besar-Besar Juga. Dan Waktu Sudah Kembali Itu Adiknya Nama Ugama Masih Kecil Lagi. Maka  Adalah  Keponakan Yang Dipertuan Yang Permpuan Nama Laka Sampai Ke Negeri Rokan Berkawin Ia Denga Seorang Bangsa Raja Bergelar Sultan Kedaman. Adalah Ia Mengadakan  Putra 6 ( Enam ) Orang, Yaitu Tiga Laki-Laki Dan Tiga Perempuan.
                                 Adapun Yang Tua Sekali Laki-Laki Meninggal Kecil.
                                 Dan Kemudian Laki-Laki Nama A H M A D Gelar Yang Dipertuan Sakti.
                                 Dan Kemudian Bergelar Yang Dipertuan Besar Tinggal Di luhak Rokan Bendahara.
                                 Yang Ketiga Perempuan Meninggal Kecil.
                                 Yang Ke Empat Meninggal Kecil Juga.
                                 Yang Ke Lima Perempuan Nama  B I B A H,  Gelar Paduka Syah Alam.
                                  Yang Ke Enam Laki-Laki Nama  M U S I N,  Gelar  Yang Dipertuan Sakti Rokan.
                Sjahdan Kira-Kira Setahun Kembali Dari V (Lima) Kota, Maka Raja Yang Bernama  Ugama  Gelar Saudara Dari Laka Berdua Di Ujung Batu,  Menjaga Negeri Ujung Batu,  Sebab Pada Waktu Itu Selalu Bermusuhan Dengan Raja Rambah Dan Kunto.
 Dan Adalah Negeri Rokan Dijaga Oleh Datuk Mahudum Yang Tersebut Diatas. Tiada Berapa Lamanya Bertambah Besar Juga Putra Paduka Syah Alam Yang Bernama Ahmad. Karena Adalah Dewasa Ituahmad Suadi Berumur Enam Tahun. Pada Ketika Itu Bermufakt/Bersepakat Andiko Yang Bertiga, Yaitu Negeri Rokan, Pandalian Dan Ujung Batu, Serta Penghulu-Penghulu Yang Dibawanya, Yaitu Hendak Mengangkat Ahmad Jadi Raja Luhak Rokan, Bergelar Yang Dipertuan Sakti, Tetapi Yang Dipertuan Sakti Ahmad Pada Waktu Itu Masih Dipangku Oleh Datuk Mahudum Juga.
              Hatta Dalam Hal Ini Yang Demikian Itu Terbitlah Pikiran Yang Dipertuan Besar Ugama Hendak Menjemput Yang Suku Nan Enam, Yang Tinggal Di Lubuk Napal, Waktu Lari Denga Raja Siti Yang Tersebut Diatas.
            Setelah Putus Mufakat/Sepakatan Yang Dipertuan Besar Ugama Dengan Datuk Mahudum Dan Orang-Orang Besar Sekalian, Terus Mereka Berjalan Ke Lubuk Napal, Menyemput Suku Nan Enam Itu. Maka Yang Melawan Di Bunuh, Dan Yang Enggak Diikat, Dibawa Ke Ujung Batu. Tetapi Ada Yang Tinggal Lagi Suku Nan Enam Itu Kira-Kira Seperempat Banyaknya. Sesampai Di Ujung Batu, Tinggalah Mereka Itu Disitu Berladang.
Sesampai Mereka Itu Satu Tahun Lamanya Di Luhak Rokan, Mufakat/Sepakat Yang Dipertuan Besar Ugama Dan Datuk Mahudum Dan Orang Besar Sekalian Bahwa Akan Meletakan Suku Nan Enam Itu Ke Negeri  Lubuk Bendahar Sekarang Serta Akan Mempersembahkan Brenama Pula, Dengan Mandirikan Datuk Bendahara Kaya, Yaitu Suku Melayu Yang Datang Dari Lubuk Napal Juga. Maka Dalam Hal Itu Mufakat/ Sepakat Seklianya, Karena Adalah Dahulu Luhak Rokan Ini, Katanya Empat, Yaitu Rokan, Pandalian, Si Kebau Dan Lubuk Bendahara. Jadi Sekarang Sikbau Sudah Tinggal, Jadilah Belhan Suku Nan Enam Di Ujung Batu Berpindah Ke Lubuk Bendahara.
Sehabis Mufakat/Persepakatan Itu Di Aturlah Oleh Yang Dipertuan Besar Ugama Dan Datuk Mahudum Sati Dan Orang-Orang Besar Sekalian Tempat Negeri Itu. Setelah Sudah Tetap, Di Tebaslah Suku Nan Enam Dari Lubuk Nan Enam Dari Lubuk Nan Enam Itu, Serta Diatur Rumah.
           Apabila Selesai Di Potonglah Krbau, Dan Dahulu Pangkat Bendahara Kaya Lubuk Bendahara, Oleh Yang Dipertuan Besarugama Dengan Kerapatan Sekalian.
          Tiada Berapa Lama Yang Dipertuanbesar Ugama Pun Meninggal, Maka Tinggalalh Luhak Rokan Dipangku Oleh Datuk Mahudum Dan Wazir Yang Berempet Saja. Dan Tiada Berapa Pula Lamanya Datuk Mahudum Pun Meninggal Juga, Maka Tinggalah Luhak Rokan  Di Pegang Oleh Yang Dipertuan Sakti Ahmad Yang Angkat Pada Waktu Kecilnya Bersama Dengan Yang Dipertuan Besar Ugama Yang Di Angkat Itu.
          Makalah Adik Yang Diturunkan Itu Yang Kecil Nama Husin Pun Telah Besarlah Sudah.Dan Adalah Adiknya Yang Dipertuan Nama Bibah, Kawin Dengan Seorang Raja Dari Kapar Kiri Gelar Sultan Rokan. Maka Adalah Paduka Syah Alam Nama Bibah Itu Mengadakam Putra Seorang Perempuan Nama Aisyah.
          Arkian Terbitlah Pikiran Oleh Yang Di Pertuan Sakti Ahmad Hendak Diamke Lubuk Bendahara, Dan Yang Kawin Dengan Seorang Anak Raja-Raja Di Lubuk Berdahara Nama Sura Gelar Raja Dalam. Maka Mufakatlah/Seoakatlah Yang Dipertuan Sakti Ahmad Dengn Segala Wazir Yang Keempat, Yaitu Sebab Yang Dipertuan Sakti Maka Ahmad Hendak Beristri Ke Lubuk Bendahara, Dan Tinggal Di Lubuk Bendahar, Baiklah Adiknya Digelar Yang Dipertuan Sakti Nama Musin Tinggal Dalam Negeri Rokan, Dan Yang Dipertuan Sakti Ahmat Bergalar Yang Dipertuan Besar, Yang Mengganti Yang Dipertuan Besar Ugama Yang Di Ujung Batu. Setelah Mufakat/Sepakat Semuanya Menerima Keputusan Itu, Maka Orang Pun Berelatlah Menurut Adat Yang Selamanya, Karena Di Angkat Husin Jadi Yang Dipertuan Sakti, Jadi Dalam Raja Luhak Rokan  Iv Kota. Tetapi Adalah Tempo-Tempo  ( Se Waktu-Waktu ) Kerajan Itu Dipangku Juga Boleh Yang Dipertuan Besar Ahmat Karena Ia Orang Yang Bersaudara.

                                                                 Bagian Yang Ke Sepuluh   

       Menyatakan Raja Yang Kesepuluh Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Yatu Yang Dipertuan Sakti Nama     H U S I N.
         Hatta Yang Dipertuan Sakti Nama Husin Pun Tetaplah Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Denga Saudara Yang Dipertuan Besar Ahmad. Tetapi Waktu Bermusuhan, Berperang-Perang Bicara Yang Berat-Berat Selalu Yang Dipertuan Besar Ahmad  Di Kepalakan Adiknya, Sebab Ia Yang Tua, Lagi Gagah Berani Dan Keramat ; Hanyalah Dalam Pangjkat Kerajaan Yang Dipertuan Sakti Nama Husin Juga. Lama Kelamaan Kedua Beradik Raja Itu Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Maka Yang Dipertuan Besar Ahmad Ada Mengadakan Putra Dengan Istrinya Yang Di Lubuk Bendahara, Empat Laki-Laki,  Dua Perempuan.
                          Ada Pun Yang Tua Laki-Laki Gelar Sultan Mansur.
                          Yang Ke Dua Laki-Laki Juga Nama Abas Elar Sultan Zainal.
                           Yang Ke Tiga Laki-Laki Nama Saleh Gelar Tengku Maharaja.
                           Yang Ke Empat Perempuan Nama Gandum.
                            Yang Ke Lima Sabu Gelar Tengku Pangeran.
                             Yang Ke Enam Perempuan Nama Kincir.
            Maka Yang Dipertuan Sakti Husin  Itu Berkawin Dengan Ahli Raja Di Kota Intan, Dibawahnya Ke Rokan. Adalah Yang Dipertuan  Itu Mengadakan Putra Empat Orang, Dua Laki-Laki Dan Dua Orang Perempuan.
                              Yang Tuanya Perempuan Naa Intan Lopian.
                               Yang Ke Dua Abdullahgelar Sultan Rokan .
                               Yang Ke Tiga Perempuan Gelar Siti Kemala.
                                Yang Ke Empat Laki-Laki Nama Muhammad Ali, Dahulunya Bergelar Majo Lelo.
   
        Maka Adalah Putra Yang Dipertuan Besar Ahmad Yang Ke Dua Nama Abbas Gelr Sultan Zainal Di Kawinkan Oleh Yang Dipertuan Dengan Keponakannya Nama Aisyah Gelar Paduka Siti. Dalam Yang Demikian Itu Tetaplah Memerintah Diatas Tahta Kerajaan Luhak Rokan  Iv Kota.
        Arkian Tiada Berapa Lamanya Terbitlah Pikiran Yang Dipertuan Besar Ahmad, Hendak Menjemput Suku Nan Enam Yang Lagi Tinggal Di Lubuk Napal,B   Dahulunya Waktu Di Langgar Oleh Yang Dipertuan Oleh Yang Dipertuan Besar Ugama. Pada Ketika Itu Putuslah Mufakat/Sepakat Yang Dipertuan Besar Ahmad Dengan Adiknya Yang Dipertuan Sakti Husin Serta Dengan Orang-Orang Besar Sekalian. Maka Pergi Kedua Raja Itu Melanggar Ke Lubuk Napal, Buat Menjemput Orang Yang Ketinggaln Dahulu Itu. Siapa Yang Melawan Diantara Orang Lubuk Napal Itu Dibolehkan Dan Jikalau Ingkar Diikat. Oleh Sebab Itu Sudah Ada Dua Tiga Orang, Orang Lubuk Napal Yang Sudah Terbunuh. Maka Habislah Orang Lubuk Napal Semuanya Terbawa.........Hanyalah Yang Tinggal Kira-Kira 10 Orang Saja Laki-Laki Dan Perempuan, Karena Mereka Itu Lari Ke Dalam Hutan ;
 Maka Itulah Duia Diturunkan Orang Yang Ada Di Lubuk Napal Sekarang Dan Juga Di Lubuk Bilang. Sehabis Itu Kedua Raja Itupun Kembali Ke Luhak Rokan.
           Hatta  Tiada Berapa Lama Di Belakang Itu Yang Dipertuan Sakti Yang Dipertuan Besar Ahmad Telah Tetap Diatas Tahta kerajaan, Pada Suatu Hari Terbitlah Pengaduan Antara Orang Luhak Rokan Dan Muara Tais. Buat Menyelesaikan Perkara Itu Datanglah Tuan Conterelur Rao. Pada Ketika Itulah Ditetapkan Oleh Yang Dipertuan Sakti Husin Da Yang Dipertuan Besar Ahmad Dengan Tuan Conterelur Rao, Batas Luhak Rokan Iv Kota Dengan Conterelur Sumatra Barat, Yaitu Pada Muara Sungai Gagah Dekat Kampung Rumbai Sekarang. Dari Situ Satu Garis Lurus Ke Dagu Bukit Simelambu. Dan Lagi Dari Muara Sungai Gagah Pula Satu Garis Lurus Ke Bukit Rumpang. Dari Waktu Itu Sampai Sekarang, Tetaplah Batas Itu Disitu.
         Tiada Berapa Lama Kemudian Dari Pada Itu Terbitlah Pula Pergaduan/Pertarungan Diantara Luhak Rokan Dan Luhak Rambah. Maka Berperanglah Luhak Rokan Dengan Luhak Rambah, Sehingga  Ialah Luhak Rambah Itu. Akan Yang Dipertuan Sakti Husin Dan Yang Dipertuan Besar Ahmad Pun Tinggalah Dalam Negeri Rambah Pun Kira-Kira Tiga Bulan Lamanya, Barulah Kedua Raja Itu Pulang Ke Luhak Rokan.
           Sjahdan dibelakang Itu Meninggal Kedua Raja Itu, Yaitu Dahulu Sakit  yang Dipertuan Sakti Husin Dan Kemudian Ramatullah Meninggal Pula Yang Dipertuan Besar Ahmad Yang Keramat Itu.
            Sjahdan Dibelakang Kedua Raja telah Meninggal, Luhak Rokan Ini Diperintah Oleh Putra Yang Dipertuan Besar Ahnad Yang Bernama Abbas Gelar Sultan Zainal, Suami Dari Aisyah Keponakan Yang Dipertuan Sakti Husin.
             Lamanya Memangku Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota, Ada Kira-Kira 22 ( Dua Puluh Dua ) Tahun. Adapun Aisyah Dengan Suaminya Ini Ada Mengadakan Putra Banyaknya 9 Orang, Yaitu Lima Laki-Laki Dan Empat Perempuan.
          Adapun Yang Tuanya Perempuan Meninggal Waktu Kecilnya.
                           Yang Ke Dua Perempuan Nama Lendo.
                           Yang Ke Tiga Laki-Laki Meninggal Nama   I B R A H I M.
                           Yang Ke Empat Laki-Laki Meninggal Waktu Kecil Juga.
                           Yang Ke Lima Laki-Laki Nama Abdul Hamid.
                            Yang Ke Enam Laki-Laki Nama Abdul Hasan.
                            Yang Ke Tujung Laki-Laki Nama Mahmud.
                            Yang Ke Delapan Perempuan Nama Fatimah.
  
                            Yang Ke Sembilan Perempuan Nama Hurbani.
          Adapun Setalah Sampai Sultan Zainal Abbas Lamanya Memerintah Dua Puluh Dua Tahun, Maka Masuklah Wakil Cotrelur Quast. Pada Ketika Itu Semua Raja-Raja Dan Orang-Orang Besar Pun Suka Akan Kemasukan Wakil Cotrelur Itu.
         Dalam Hal Yang Demikian Diangkatlah Anak Sultan Zainal Itu Bergelar Yang Dipertuan Sakti Yaitu Yang Bernama  I B R A H I M,  Bersemayam Dalam Negeri Rokan.
         Maka Pada Waktu Kerajaan Luhak Rokan Di Pangku Oleh Sultan Zainal Nama Abbas Adalah Ia Menamakan Satu  Penghulu Pada Satu Kampung  Yaitu Datuk Bendahara Raja Kampung Kota Ini. Maka Sekarang Di Ceritakanlah Prihal Orang Kampung Kota Ini.
           Ada Kira-Kira 25 Tahun Yang Telah Lalu, Datanglah Situ Orang Kaum Pindah Dari Lubuk Kepitak  ( Rambah ) Masuk Luhak Rokan,  Berladang-Ladang Pada Sungai Pusu. Pada Suatu Ketika Dapatlah Mufakat/Sepaktan Oleh Mereka Itu Hendak Memperbuat Kampung Dan Mendirikan Suku. Sehabis Mufakat/Kesepakatan Itu, Mereka Itupun Datang Mendapatkan Bendahara Dan Penghulu Negeri Rokjan, Mengabarkan Semua Maksut Yang Tersebut Itu.
              Pada Ketika Itu Bendahara Negeri Rokan Mempersembahkan Pada Tengku Sultan Zainal Nama Abbas. Maka Tengku Sultan Zainal Dan Sekalian Orang-Orang Besar Negeri Rokan Pun Menerima Dengan Suka. Sehabis Itu Sekalian Orang Yang Datang Itupun Mencari Semua Alat Berkakas Perlengkapan Yang Akan Dipersembahkan Kepada Raja, Yaitu Satu Ekor Kerbau, Emas Dua Puluh Dan Beras Secukupnya. Setelah Siap Disuruh Potong Kerbau Itu Oleh Tengku Sultan Zainal Opada Kampung Mereka Itu. Maka Jadilah Kepala Kampung Itu Di Angkat Bendahara Raja Dan Kampunya Dinamai Kampung Kota Tinggi. Dan Ia Berkepala Bendahara Negeri Rokan, Kerena Kampungnya Itu Dalam Tanah Bagian  Negeri Rokan. Demikianlah Adanya.
            Adapun Dalam Waktu Tengku Sultan Zainal Abbas Memangku Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota, Negeri Lubuk Bendahara Dan Ujung Batu Dijaga Dan Dibantu Oleh Tengku Maharaja Adik Tengku Sultan Zainal Da Tengku Sultan Halifata’illah, Ipar Tengku Sultan Zainal Itu. Demikianlah Hal Raja Yang Ke Sepuluh M Emerintah Dalam Luhak Rokan.

                            
                                                                                Bagian Ke Sebalas

          Menyatakan Prihal Raja Yang Kesebalas Memerintah Dalam Luhak Rokan Iv Kota Ini, Yaitu Ibrahim Gelar Yang Yang Dipertuan Sakti, Yang Di Angkat Datuk Andiko Yang Berempat Dengan Mufakat/Seoakat Wakil Governement, Pada Tahun Seribu Sembilan Ratus Tiga  (1903 ).
           Maka Tersebutlah Waktu Mengangkat Tengku Ibrahim Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Begelar Yang Dipertuan Sakti. Adalah Pada Tahun 1901 Masuklah Wakil Gonvernement Kedalam Luhak Rokan, Yaitu Seorang Conterelur Bernama Quast. Pada Waktu Itu Kerajaan Luhak Rokan Ini, Boleh Didirikan Rajanya, Hanyalah Di Pangku Oleh Ayahanda Tengku Ibrahimitu, Bergelar Sultan Zainal.
            Dalam Hal Yang Demikian Itu Mufakat/Sepakatan Wazir Yang Berempat Serta Semua Penghulu-Penghulu Yang Dibawanya  Hendak Mendirikan Yang Dipertuan Sakti. Pada Waktu Itu Putuslah Mufakat/Kesepakatan Wazir Yang Keempat Dengan Wakil Governement. Adapun Pada Waktu Penobatan Tengku Ibrahim Bergelar Yang Dipertuan Sakti Itu. Ada Memotong Kerbau Banyaknya 12 Ekor Akan Digunakanya Jamuan Itu. Setelah Siap Semua Alat Nya  Dan Serta Pula Dapat Makbul Dari Gonvernement, Orang Luhak Rokan Pun Berelatlah Dalam Negeri Rokan, Lamanya 7 Hari. Setelah Sampai 7 Hari Dinobatkan Orang Tengku Ibrahim Menjadi Raja Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Begelar Yang Dipertuan Sakti Di Muka Wakil Governement Yang Tersebut Diatas.
 
                  Setelah Habis Peraltan Itu, Orang Pun Kembali Pada Kampungnya Masing-Masing. Maka Yang Dipertuan Sakti Ibrahim Pun Tetaplah Di Atas Tahta Kerajaan Bersemayam Dalam Negeri Rokan Sampai Sekarng Ini.
                  Adapun Pangkat Yang Dipertuan Besar Dalam Luhak Rokan Dimatikan Oleh Kerapatan Serta Dengan Seizin Gonvernement, Pada Waktu Mufakat/Kesepakatan Akan Mengangkat Tengku Ibrahim Jadi Yang Dipertuan Sakti, Raja Kerajaan Rokan.
              Hanya Lagi Didirikan Seorang Kepala Kerapatan Itu Dibawah Raja, Diatas Datuk Andiko Yang Berempat. Adapun Yang Akan Dijadikan Kepala Rapat Itu, Ialah Siapa Saja Dalam Bangsa Buat Putra Yang Di Tunjuk Oleh Yang Dipertuan Sakti, Dengan Semufakat/Persepakatan Wakil Governement, Sama Ada Bangsa Atau Anak Raja-Raja Atau Keempat Suku.
               Adapun Yang Dipertuan Sakti Ibrahim Pada Waktu Itu , Menulis Buku Ini, Ada Tinggal Yang Hidup Lima Orang, Karena Yang Empat Meniggal Semuanya.
  Adapun Yang Tuanya Perempuan Nama Lendo Gelar Permaisuri.
                   Yang Ke Dua Tengku Ibrahim, Yang Dieprtuan Sakti Luhak Rokan Iv Kota.
                    Yang Ke Tiga Abdul Hasan, Gelar Sultan Zainal.
                    Yang Ke Empat Perempuan Nama Fatimah, Gelar Paduka Siti.
                    Yang Ke Lima Hurbani, Gelar Siti Permaisuri.
         Ada Pun Adik Yang Dipertuanitu Yang Kecil Namanya Nurbaini Gelar Siti Permaisuri Telah Mengadakan Seorang Putra Nama Rabi’ah Dan Satu Lagi Laki-Laki Meninggal Waktu Kecil. Sehingga Inilah Dahulu Di Tamatkan Buku Cerita Paparan/Penjelasan, Empat Keturunannya Raja Dan Orang-Orang Besar Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Dan Pada Waktu Masa Dahulu, Sampai Waktu Menamatkan Buku Ini .         Demikianlah Adanya.
       Keterangan Banyak Raja Memerintah Dalam Luhak Rokan Dan Lamanya, Dari Dahulu Sampai Sekarang Ini :
(1)     Sultan Sri Alam, Anak Putri Sangkar Boman Di Kota Benio
Tinggi Lamanya Memerintah                                                                                      41 Tahun.
(2)     Tengku Raja Rokan, Putra Sultan Sri Alam Namanya Memerintah           73 Tahun
(3)     Tengku Sultan Panglima Dalam Putra Tengku Raja  Rokan Lamanya
Memerintah                                                                                                                        65 Tahun
(4)      Sultan Sepedas Padi, Keponakan Panglima Dalam Lamanya
Memerintah                                                                                                                         53 Tahun
(5)     Sultan Gmentar Alam, Keponakan Sultan Sepedas Padi Lamanya
Memerintah                                                                                                                          31 Tahun
 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
                   J U M L A H              :                                                                                                                 263 Tahun
Sampai Masa  Ini Keputuslah Raja Dalam Luhak Rokan Iv Kota, Baru Menjemput Raja Kepagar Rujung. Sebelum Menjeput Raja Ke Pagar Rujung Sudah Berdirinya Kerajaan Luhak Rokan Iv Kota   263 Tahun
                (6)      Sultan Mahjudin Raja Yang Di Jemput Kepagar Rujung
              Sultan Mahjudin Lamanya Memerintah                                                          42 Tahun
   (7)      Yang Dipertuan Sakti Lahit, Anak Sebelah Keponakan Dari Sultan
       Mahjudin Lamanya Memerintah                                                                         55 Tahun
       Di Pangku Sultan Rokan Ipar Dari Lahit  Lamanya Memerintah             35 Tahun
                (8)      Yang Dipertuan Sakti Selo Anak Dari Sultan Dan Keponakan
        Dan Lahit, Lamanya Memerintah                                                                       66 Tahun
        Zaman Putih ( Paderi ) Putus Raja Yang  Memerintah Atau Wakil       12 Tahun
        Nya Selama                                                                                                                   20 Tahun
                   (9)    Yang Dipertuan Sakti Ahmad, Lamanya Memerinth                                   19 Tahun
                   (10)  Yang Dipertuan Sakti Husin Lamanya Memeruntah                                   24 Tahun
                             Dipangku Oleh Sultau Zainal Putra Yang Dipertuan
                             Sakti Husin Lamanya                                                                                                 23 Tahun
 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
                              J U M L A H  :                                                                                                                  563 Tahun
                     Waktu Itulah Sampai Pada Tahun  1903, Maka Yang Di Pertuan Sakti  I B R A H I M  Pun Diangkat Oleh Kerapatan Luhak Dengan Semufakat/Kesepakatan Wakil Governement Yaitu Pada Tahun  1903.


                                                                               T   A   M   A   T
                   

                                            K E T E R A N G A N    D A K E T E R A R I    P E R N Y A T A A N
 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
          Rakyat Dan Luhak Rokan Iv Kota Memulai Kerajaaannya Pada Sekitar Abad Ke Xiv Masehi, Yang Tahun-Tahun Dari Pemerintahan Tsb Dapat Kami Susun Sebagai Berikut :
1.       Sultan Sri Alam, Lama Pemerinthannya           41 Tahun, Dari Tahun.  1340---1381.
2.       Tengku Raja Rokan, -----------------------------           73 Tahun, Dari Tahun.  1381---1454.
3.       Tengku Sultan Panglima,---------------------           65 Tahun, Dari Tahun.   1454---1519.
4.       Tebgku Sultan Sepeds Padi,---------------------        53 Tahun, Dari Tahun.   1519---1572.
5.       Tengku Sultan Gementar Alam,---------------       31 Tahun, Dari Tahun.   1572---1603.
6.       Yang Dipertuan Saktimahyudin,---------------       42 Tahun, Dari Tahun.   1603---1645.
( R A J A   P E R T A M A )                                                                                                                         
7.       Yang Dipertuan Sakti Lahit,-----------------------      59 Tahun, Dari Tahun.   1645---1704.
8.       Tengku Sultan Rokan ( Pemangku )--------------    35 Tahun, Dari Tahun.   1704---1739.
9.       Yang Dipertuan Sakti Selo,--------------------------    66 Tahun, Dari Tahun.   1739---1805.
10.    Andiko Yang Berempat ( Wakil ),------------------     12 Tahun, Dari Tahun.   1805---1817.
11.    Dayung Dt. Mahudum ( Pemangku )--------------    20 Tahun, Dari Tahun.   1817---1837.
12.    Yang Dipertuan Sakti Ahmad,-----------------------    19 Tahun,Dari Tahun.    1837---1856.
13.    Yang Dipertuan Sakti Husin,--------------------------   24 Tahun, Dari Tahun.   1856---1880.
14.    Tengku Sultan Zainal, ( Pemangku )---------------    23 Tahun, Dari Tahun.  1880---1903.
15.    Yang Dipertuan Sakti Ibrahim -----------------------    39 Tahun, Dari Tahun.   1903---1942.

         Pada Tahun 1942 Berdirilah Kerajaan Luhak Rokan Dengan Masuknya Penjajah Jepang. Yang Dipertuan Sakti Ibrahim Ditangkap Oleh Penjajah Jepang, Dibawa Keperahu Dan Meninggal Di Teluk Kuantan.
           Dari Tahun 1942 Sampai Agustus 1945,Kerajaan Rokan Diperintah Oleh Pejajah Jepang.
           Dari Agustus 1945 ( Zaman Merdeka ) Sampai Sekarang,Kerajaan Rokan Menjadi Sebuah Kecamatan Yang Disebut ‘’ Kecamatan Rokan Iv Kota ‘’ Dengan Membawa 8 ( Delapan )  Desa Difinitif, Antara Lain :
1.       Kelurahan Rokan ( Ibu Kecamatan ).
2.       Desa Pandalian.
3.       Desa Tanjung Medan.
4.       Desa Lubuk Bendahara.
5.       Desa Lubuk Berndahara,Timur.
6.       Desa Cipang Kiri Hulu.
7.       Desa Cipang Kiri Hilir.
8.       Desa Cipang Kanan.


Catatan : Tulisan ini kami ambil dari Foto Copy Buku paparan Tentang Sejarah Kerajaan Rokan IV Koto yang ditulis Oleh Dipertuan sakti Ibrahim yang berkuasa pada tahun .  Dari Tahun.   1903---1942.dan Tulisan aslinya masih Tulisan Ejaan Lama ,Kalau ada kesalahan Penulisan mohon maaf ,dan kami bersedia menerima koreksi dan saran .