INILAH CERITA JERAI PAPARAN
KAMPUNG LAMA PAKIS ( KAMPUNG LAMA PAKIS )
YAITU DI
ZAMAN RAJA YANG DIPERTUAN SAKTI YANG NAMANYA”
SELO –
RAJA KE 8 (DELAPAN) LUHAK ROKAN IV KOTA TAHUN 1739
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini Diceritakan Oleh Raja Rokan yang Ke 8 yang Dipertuan SELO ,yang memerintah Sekitar Tahun 1739 sampai dengan 1805
Pada Beberapa abad yang lalu ,Ada Sekelompok Dari Kota Raja
Gerantung Rao Dan Langgung Kira-Kira Ada 12 Kepala Keluarga Terdiri Dari
Laki-Laki Dan Perempuan. Mereka Ada Dua Persukuan Melayu Dan Caniago. Mereka
Berangkat Dari Kediamannya Mau Cari Tempat Berkampungnya Arah Mendaki Ke Atas
Bukit Semelumbu Dan Menelusuri Sampai Ke Ujung Bukit Tersebut. Turun Kebawah
Tempatnya Ke Hulu Sungai Bungo Pasir Pengarayan. Mereka Bermalam Disana Ada
Beberapa Bulan Mereka Disana, Karena
Terlalu Dekat Didaerah Orang Lain, Sedangkan Mereka Tidak Tahu Kampung Apa
Namanya Tersebut, Maka Mereka Mencari Tempat Yang Agak Jauh Dari Situ, Dan
Takut Mengganggu Keamanan Orang-Orang Kampung Tersebut.
Di
Ceritakan, Maka Pindahlah Ke Bukit Sebelah Air Sungai Bungo Tersebut, Maka
Bertemulah Sebuah Sungai Yang Air Bersimpang Dua, Sebelah Kiri Airnya Berwarna
Kuning- Dan Yang Sebelah Kanan Airnya Berwarna Putih Bersih. Mereka Dan
Rombongan Terheran-Heran Engapa Air Ini Tidak Sama. Dan Di Telusuri Pemantang
Tadi Kearah Hilir Sungai Tersebut Untuk Mencari Tempat Bermalam. Maka Tidak Laa Kemudian Bertemulah Mereka
Suatu Tempat Dataran Yang Agak Tinggi, Maka Bermalamlah Mereka Di Situ.
Keesokan Harinya Ketua Rombongan Berjalan Di Sekitar Tempat Itu, Maka Nampaklah
Oleh Mereka Di Seorang Sungai Yang Mereka Bermalam Tadi Lebih Bagus Datarannya
Luas Nampak Disitu Ada Batu-Batu Besar Tetapi Ingin Menyebrang Tidak Berani,
Air Itu Agak Besar Dan Dalam Jadi Oleh Ketua Rombongan Maka Di Tumbang lah Salah
Satu Batang Pakis SEBAGAI jEMBATAN UNTUK MENYEBERANGI SUNGAI ITU, SEMENJAK ITULAH DI SEBUT SUNGAI ITU SUNGAI PAKIS DAN MEMBUAT PERKAMPUNGAN YANG DI SEBUT NAMANYA KAMPUNG PAKIS SAMPAI SEKARANG . Untuk Jalan
Keseberang Menengok Tanah Hamparan Yang Agak Luas Dari Yang Pertama Mereka
Temui Tadi Maka Sampailah Mereka Kesebarang. Sesampai Di Sana Maka Menebas
Mereka Untuk Kebun Dan Berladang. Sedangkan Berbelanjaan Masih Ke Pasir
Pengaran Begitulah Dekatnya Sungai Bungo Dengan Sungai Pakis Tadi, Maka
Semenjak Di Tumbang Batang Pakis Tadilah Baru Di Beri Nama Sungai Batang Pakis
Tersebut, Sebelumnya Belum Tahu Nama Sungai Tersebut.
Arkian
Kesal Tersebut Makin Lama Makin Berkembang Ladang Mereka Hasilnya Mencukupi
Kebutuhan Mereka Tinggal Disana. Lama Kelamaan Mereka Yang 15 Kepala Keluarga
Tadi Semakin Banyak Semakin Berkembang Maka Di Bantulah Kubu-Kubu Sebelah
Kanan, Dan Sebelah Kiri Batang Sungai
Pakis Tersebut. Karena Tadi Di Ceritakan Diatas Ada Dua Persukuan, Maka Suku
Melayu Menempati Sebelah Kiri Sungai Pakis Dan Sebelah Kanan I Tempati Oleh
Suku Caniago. Jadi Oleh Ayah Datuk Sati Namanya Caniago Maka Istrinya Tntu Orang Suku Melayu. Anaknya
Adalah Datuk Sati,( Datuk Sati ) Suku Melayu Dan Begitu Pulayang Lain. Ayah Datuk Paduka Konoro Dan Ayah Dari Paduka
Konoro Melayu Maka Istrinya Suku Caniago Anaknya Datuk. Paduka Konoro Suku
Caniago, Mereka Kawin Ambil Mengambil ( Kawin Silang ). Adik Dari Ayah Datuk
Sati Yang Perempuan Di Kawini Oleh Ayah Datuk Paduka Konoro Anaknya Datuk Sili.
Sedangkan Adik Perempuan Dari Ayah Datu. Paduka Konoro Di Ambil Oleh Ayah Datuk
Sati, Anaknya Datuk Paduka Konoro. Lama Kelamaan Semakin Bertambahlah Pendek
Kubu-Kubu Tersebut
, Di Ceritakan, Maka Bertambah Luas Pula Tempat Tinggal
Mereka, Maka Oleh Ayah Datuk Sati Di Buatlah Namanya Kampung Pakis. Penduduk
Semakin Ramai, Hasil Padi Semakin Menjadi-Jadi Kampung Tersebut Amatlah Rukun
Dan Damai. Pada Suatuhari Ibu Dari Datuk Sati Pergi Keladang Tidak Terlalu Jauh
Dari Rumah Mereka, Sedangkan Ibu Dari Datuk Paduka Konoro Pun Demikian Pula
Karena Padi Mereka Sangat Baik Pertumbuhannya Tentu Haruslah Di Siangi Jadi
Sepinggal Mereka Ke Ladang Ada Dua Orang Adik Dari Datuk Sati Dengan Datuk
Paduka Konoro Tinggal Satu Rumah. Karena Mereka Sudah Agak Besar Kira-Kira Umur
6 (Tahun) Tahun Jadi Nama Adik Datuk Sati Adalah Taruh Suku Melayu Sedangkan
Nama Adik Datuk Paduka Konoro, Mondan Suku Caniago, Sepeninggal Mereka ( Ibunya
) Keladang Mereka Taruh Dengan Mondan Asyik Bermain Bengkek Lempar-Lemparan
Supaya Yang Kena Induk Dari Bengkek Tadi Maka Di Ambilah Milik Semuanya (
Seperti Permainan Kelengreng Sekapang ) Lama Kelamaan Bermain Bengkek, Habislah
Bengkek Si Mondan Tadi Adik Datuk Paduka Konoro, Memanglah Taruh Adik Datuk
Sati. Karena Masih Ingin Bermain Lagi, Si Mondan Minta Kembali Lagi Bengkeknya
Sama Taru. Si Taruh Pun Tidak Mau Memberi Mondan. Jadi Marahlah Mondan Pada
Taruh, Taruh Pun Lari Ke Sebalik Pintu, Mondan Pun Tak Habis Akal, Di Ambil
Sebilas Tajak Untuk Menjiangi Padi Yang Lain Di Rumah Itu. Di Pukulnya Padi Si
Taruh Karena Kebagian Kepala Tepatnya Ubun-Ubun Taruh, Maka Keluarlah Darah
Membasahi Badan Si Taruh, Taruh Pun Pingsan Di Balik Pintu Tadi, Mondan Pun
Lari Entah Kemana, Setelah Terduga Oleh Si Ibu Mondan Tadi Tagis Maka Bergegas
Pulang Bahwa Anak Yang Di Tinggal Tadi Telah Brkelahi, Sesampainya Si Rumah Di
Tengok/Lihat Rupanya Si Taruh Teleh
Basa, Taruh Tidak Bisa Bicara Lagi, Ibu Mondan Pun Ketakutan
Menengoknya/Mlihatnya Di Pandangnya Anak Si Mondan Tidak Ada Di Rumah Sudah
Lari. Di Panggilnya Ibu Si Taruh Kalau Anaknya Sudah Basah, Datanglah Ibu Taruh
Menengok/Melihat Darah Di Sekujur Tubuh Anaknya, Lalu Di Pampanlah Darah
Tersebut Berhenti. Tidak Lama Kemudian Si Taruh Pun Siuman Dari Pingsannya,
Setelah Dia Bisa Bercerita Di Ceritakanlah Apa Yang Terjadi Pada Mereka Tadi.
Oleh Sebab Itu Si Taruh Anaknya Di Bawa Pulang Keseberang Sebelah Kiri Sungai
Pakis. Setelah Sore Maka Pulnglah Ayah Mereka Dari Mencari Rotan Dan Damar.
Di
Ceritakalah Oleh Ibu Si Mondan Pada Suaminya Bahwa Anak Kakaknya Itu Di Bacok
Oleh Si Mondan Kena Kepala, Ayah Si Mondan Langsung Ke Seberang Tempat
Keponakannya Itu Si Taruh. Menengok/Melihat Keponakannya Itu Si Taruh Semakin
Parah, Ayah Mondan Pun Menangis Mita Penyembahan Hutang Adat, Di Waktu Itu Maka
Esok Harinya Di Kumpulkannya Orang Banyak Di Jamu Si Taruh Dia Orang Kampung
Tersebut, Di Jatuhkan Hutang Pada Mondan Membayar Sepolagak Pakaian Dan
Telengkung, Tidak Cukup Itu Saja Di
Tambah Lagi Uang, Setelah Beberapa Minggu Hutang Tersebut Telah Di Kukuhkan
Pada Si Mondan Adik Datuk Paduka Konoro, Kepada Si Taruh, Si Taruh Pun Sakit
Semakin Panas Karena Lukanya Sampai Ke Otak, Otaknya Bercampur Darah Dan Tidak
Terselamatkan Maka Akhirnya Si Taruh Meninggal. Setelah Meninggal Si Taruh
Hutang Uang Pun Belum Terbayarkan Pada Kakaknya Itu, Maka Di Patuskanlah Oleh Ayah Datuk Paduka Konoro Untuk Memeberi
Setumpuk Goran Rotan Miliknya Pada Kakanya Datuk Sati Dan Juga Sama Tanah Yang
Ada Di Sebelah Kanan Pakis Di Bawah Bukit Pematang Kauah Sekarang. Jadi Sejak
Saat Itu Sungai Pakis Di Kuasai Oleh Pihak Suku Melayu Semuanya. Tetapi Ereka
Tetap Hidup Rukun Da Damai, Permasalahan Itu Adalah Adik Beradik Semomondo
Kesomondo Tidak Ada Prubahan Tetap Seperti Sedia Kala.
Arkian
Kisah Ini Di Ceritakan Semakin Lama Semakin Ramai Masyarakatnya Semakin Makmur
Percahariannya Di Sana Adalah Mencari Damar Mata Kucing Dan Rotan Juga Memotong
Getah Taban, Di Beli Oleh Orang-Orang Yang Datang Di Sana Yang Ikut Berdagang.
Adapun Di Situ Ada Jalan Setapak Antara Rokan Iv Kota Ke Luhak Rambah. Dari Rokan
–Kota-Sijernih- Bukit Pematang Petomeh- Luntik Tomosu-Pemantang Sopan Sili Adik
Air Sungai Hitan Pematang Penyebab Uangnya- Kampung Pakis- Pematang Kaucah-
Pemantang Pemantang Pantian Kosik Ke Paoh Rambah. Inilah Jalan Alternatif Di
Zaman Itu Selain Jalan Sungai Rokan, Orang Berdagang Melewati Jalan Tersebut
Ingin Ke Luhak Rokan Atau Ke Luhak Rambah. Orang-Orang Di Kampung Pakis
Sangatlah Penatik Agama. Taat Tetapi Adalah Keras Orang-Orang Pedagang Lewat
Tidak Boleh Tanpa Oermisi Suara Sopan Dan Baik, Kita Tidak Boleh Lewat
Menyisingkan Kaki Celana Ataupun Baju Apabila Pedagang Lewat Menyusungkan Kaki
Celana Di Tuduh Menjelekan Kampungnya Kotor, Bila Kita Di Lipat Kaki Celana Di
Tuduh Pula Kita Sombong, Melipatkan Lengan Baju Di Kira Pula Kita Menghinakan
Jantan/Lelaki Mau Cari Lawan Katanya, Itulah Yang Terjadi Waktu Itu Di Kampung
Pakis. Semakin Kuatnya Agama Saat Itu Semakin Hilang Jugalah Kebiasaan Seperti
Tadi Di Sebut Di Atas. Orang-Orang Berdatangan Dari Mana-Mana Hendak Ke Kampung
Pakis Guna Untuk Menuntut Ilamu, Ilmu
Tarikat Dan Ilmu Suluk Semakin Lama Semakin Membaik Rejeki Murah. Padi
Masyarakat Pun Menjadi-Jadi Buahnya Semakin Tahun Semakin Membaik, Ikan Pun Di
Sungai Pakis Banyak, Suatu Malam Bermimpilah Istri Dari Datuk Paduka Konoro,
Anak Yang Dari 15 Tadi, Tapi Tentunya Dari Suku Melayu. Adik Dari Padaanak
Istri Ayah Datuk Paduka Konoro. Dia Bermimpi Bahwa Ada Induk Emas Murni Di
Bawah Batu Besar Tungga Tersebut, Minta Di Darahi Batu Tungga Tersebut Tempat
Di Mana Dia Di Dalamnya.
Ke Esokan Harinya Di Ceritakanlah Pada
Datuk Paduka Konoro Hal Tersebut, Mau Tidak Mau Di Carikanlah Oleh Datuk Konoro
Ular Uba. Dia Apabila Di Potong-Potong Mengeluarkan Getah Merah Serperti Darah.
Itulah Yang Di Jadikan Pengganti Darah Kambing Tersebut. Hal Ini Tidak Di
Ceritakan Pada Siapa Pun Karena Takut Apabila Tidak Ada Nanti Malu Sama
Orang-Orang Yang Mengetahuinya. Bahkan Sama Abangnya Pun Datuk Sati Tidak Di
Ceritakan Prihal Mimpinya Itu. Suatu Hari Setelah Di Ceritakan0leh Suaminya
Akan Uba Tersebut Di Tumbuklah. Pagi Itu Oleh Istrinya Datuk Paduka Konoro,
Orang Melayu, Tentunya Sepeninggal Suaminya Itu Mencari Damar Dan Rotan. Maka
Oleh Istri Datuk Paduka Konoro Di Siramkanlah Ke Atas Batu Tungga Tadi Tidak
Lama Kemudian Terdengarlah Ada Bunyi Yang Keluar Dari Bawah Batu Tersebut
Menggelegar. Batupun Bergoyang, Di Perdulikan Oleh Istri Datuk Konoro Tadi,
Rupanya Benar Sebongkah Emas Murni Keluar Seperti Logam Tempat Gilingan Cabe
Berwarna Kuning Bercahaya. Oleh Istri Datuk Paduka Konoro Di Pangkulah Benda
Tersebut Tetap Di Rahasiakan Oleh Istri Datuk Paduka Konoro, Bersama
Keluarganya. Tapi Datuk Sati Sudah Tahu, Dia Merasa Iba Kenapa Saya Atau
Kelurga Saya Tidak I Ikut Sertakan Dalam Hal Tersebut Atau Di Kasih Tahu Kalau
Dia Sudah Mendapat Sebongkah Emas Murni Dari Bawah Batu Tersebut.
Tersinggung/Kesal Dalam Hati Tapi Tidak Kelihatan. Keesokan Harinya Bikin
Jemuran Istri Dari Datuk Paduka Konoro, Setelah Setengah Hari Jemuran Padinya
Kering. Di Bangkitlah Jemuran Tersebut, Setelah Sholat Duhur Di Tumbuklah Padi
Tersebut, Di Waktu Menumbuk Tadilah Datuk Paduka Konoro Bersama Istrinya.
Cerita Punya Cerita Terarah Ke Emas Yang Di Dapat Kemaren, ( Pikiran Saya Mimpi
Itu Hanya Bunga Tidur Saja, Tidak Mungkin Semudah Itu Rasanyadapat Emas Sebesar
Itu. Rupanya Mau Juga Tertipu Darah Akar Uba Di Kiranya Darah Kambing, Ialah
Kata Datuk Tadi Saat Sekarang Di Mana Pula Kita Mau Carikan Kambing Terpaksalah
Darah Uba Ku Carikan Untuk Mengantinya ) Percakapan Selesai. Terdengarlah Suara
Meronta Di Tang Sangga Tadi. Nampaklah Emas Seperti Logan Tadi Putus Dari
Ikatannya, Berputar Ke Bawah Menuju Kearah Batu Tungga Tadi. Istri Datuk Sati
Mengejar Kehalaman Ke Arah Emas Itu, ( Emas Itu Pergi Katanya ) Di Pukulah Hulu
Yang Di Pegangnya Ke Arah Emas Itu, Maka Kepinglah Emas Yang Tadinya Seperti
Logan. Sebesar Tiga Jari Itu Dapat Sama Istri Datuk Paduka Konoro. Yang Lainnya
Terus Berputar Ke Arah Batu Tungga Tersebut. Sampai Saat Ini Belum Pernah
Muncul, Tetapi Taik Emas Tersebut Masih Ada Karena Pernah Orang Mencoba Mencari
Emas Di Bawah/ Hilir Batu Tersebut. Dengan Cara Enginang Mereka Katanya Banyak
Yang Dapat Tapi Tidak Di Perbolehkan Oleh Anak Cucu Pakis Tersebut Untuk Di
Ambil.
Arkian Kisah
Kampung Pakis Semakin Tersohor,
Orang Di Sana Sangat
Terkenal Dengan Ilmu Terikatnya, Tenaga Dalam Mereka Sangat Kuat, Tahan Kulit
Dan Lain Sebagainya.
Dengan Banyaknya
Penduduk Tinggal Di Sana, Sedangkan Tempat Berladang Belum Begitu Luas,
Kemudian Ada Yang Pindah Kesadaran Namanya Sebagian Berladang Di Sana Namun Tidak
Lama Kemudian Kira-Kira Tiga Tahun Kembali Lagi Ke Kampung Asalnya Yaitu
Kampung Pakis. Yang Pergi Itu Adalah Suku Caniago Keluarga Anak Datuk Sati
Tidak Lama Kemudian Maka Terpikirlah Pula Oleh Datuk Sati Dan Datuk Paduka
Konoro Ingin Meminta Hutan Tanah Seperti Layaknya Empat Kota Di Bawah. Satu
Ketika Berkumpulah Pemuka-Pemuka Tokoh-Tokoh Di Sana Untuk Meminta Hutan Tanah,
Serta Pangkat Pada Kampung Yang Di Tunggunya Itu Kepada Raja. Namun Untuk
Membali Seekor Kerbau Bukanlah Mudah, Uang Emas Dua Puluh Real Dan Serta Alat
Pemasak Beras Secukupnya. Maka Anak Cucu Tokoh Di Situ Bergotong Royong Untuk
Mencari Batang Ami, Untuk Di Buat Tali Penjahit Serbaguna, Ada Yang Gotong
royong Mencari Dawar Sedikit Demi
Sedikit Di Kumpul, Setelah Kira-Kira Cukup Dananya Untuk Persembahan Tersebut
Maka Di Jualah Tali Ami Tadi Di Damar Tersebut, Di Belikan Kerbau 1 ( Satu )
Ekor, Emas Dua Puluh Real Serta Dan Alat Masak Secukupnya. Maka Orang Pakis
Tokoh-Tokohnya Hilirlah
KE UJUNG
BATU Koto tinggi lubuk bendahara MENEMUI
datuk BENDAHARA. , MINTA DI BAWA untuk MENGHADAP YANG DIPERTUAN BESAR NAMANYA
GUDIMAT.
Setiba Di Situ Bendahara Ujung Batu Membawa Mereka
Yang Dipertuan, Serta Mempersembahkan Yang Di Bawa Orang Itu Lalu Maksud Ingin
Meminta Hutan Tanah Dan Pejabat/Gelarnya Waktu Itu. Yang Dipertuan Gudimat Pun
Menerimanya Dengan Baik, Dan Seterusnya
Yang Dipertuan Pun Dari Ujung Batu Gudimat Memeberi Gelar Atau Pangkat
Kepada Utusan Tersebut Yaitu Tepatnya
Keponakan Dari Datuk Sati, Di Beri Gelar / Pangkat Datuk Bendahara Muda.
Setelah
Permintaan Rombongan disetujui maka oleh Datuk Sati Di Beri Gelar Dan Pangkat ,Maka
Mereka Kembali Pulang Ke Kampung Pakis. Demikianlah Orang Kampung Pakis Meminta
Sukunya Pada Saat Itu pada Raja Dan Setelah Dapat
GELAR DATUK BENDAHARA MUDA DI PAKIS
Mulailah Memerintah, Selang Beberapa
Tahun Masyarakatnya Semakin Bertambah
Kemakmuran Rakyatnya Semakin Membaik Pada Suatu ketika Anak Dari Datuk Sati
Keponakan Dari Datuk Paduka Konoro Ingin Bersuku Pula Dan Punya Gelar Namun
Tidak Mungkin Satu Kampung Satu Ketua Sukunya Atau Pemimipinnya, Jadi Oleh Sebab
Itu
Datanglah Datuk Paduka Konorok pada
Datuk Sati, Bahwa Anak Datuk Sati Keponaka Datuk Paduka Konoro Meminta Pula
Jabatan Dan Pangkat Yang Sama Sepert Anak Datuk Konoro Keponakan Dari Datuk Sati Tadi. Maka
Berangkatlah Datuk Dan Datuk Paduka Konoro Dan Datik Bendahara Muda Untuk
Mencari Tanah Buat Di Jadikan Kampung.
Pergilah Naik Bukit Gunung Kancah Tegak Kedepan, Tidaklah Nampak Juga Akan Di
Jadikan Tapak Perkampungan, Tetapi Karena Anak Datuk Sati Keponakan Dari Datuk
Paduka Konoro Tetap Mau Pindah Juga Maka Di Buatlah Kampung Di Sekitar Daratan
Sungai Mayau Yaitu Kampung Selasi Karena Disitu Ada Satu Pohon Selasi Besar Batangnya Di Namakanlah Kampung
Salasi Tidak Lama Di Situ Kampung Tersebut Di Olah Oleh Semut Gatel, Semua
Rumah Di Panjat Kesitu Semut Gatal Tersebut. Bila Dia Menggigit, Gigitannya Itu
Terasa Gatal Sekali, Akhirnya Pindah Ke Hilir Anak Sungai Yang Agak Besar Itu,
Di Sana Ada Air Terjun ( Sersah ) Maka Kampung Itu Di Namakan Kampung Limabung,
Namun Juga Tidak Lama Bertahan Disana. Maka Pulanglah Kembali Anak Datuk Sati, Keponakan Dari Datuk Paduka
Konoro Ke Kampung Lama Pakis dan memberi Kabar Bahwa Bukan Ada Yang Cocok Untuk
Di Jadikan Perkampungan. Keesokan Harinya Di Kabarkanlah Oleh Datuk Sati Untuk
Mufaka/Musyawara Mencari Tempat Perkampungan Kembali, Maka Datuk Sati Dan Datuk Paduka Konoro Serta Tokoh Pakis Pergi
Kesebelah Bukit Yang Kancah Turun Dan Naik Ke Suatu Bukit Yang Tinggi, Sesampai
Diatas Layangkanlah/Melepas Pandangan Ke Kiri Dan Ke Kanan, Namun Tiada Nampak
Ada Hambaran Yang Baik Sepanjang Kaki Gunung Itu. Di Kelok-Kelokan Air Di Kaki
Gunung Itu Baik Di Jadikan Kampung Maka Disitulah Terjadinya Kampung Pemandang
Yaitu Pemandangan. Dari Bukit Yang Tinggi. Gunung Itupun Diberi Nama Gunung
Pemandang Sampai Sekarang.
Setelah Dapat Maka Di Tebaslah Oleh Rombongan Tadi
Dan Datuk Sati, Datuk Paduka Konoro Serta Rombonganya Pun Kembali Naik Ke Gunung Kancah. Lebih Kurang 2
( Dua ) Tahun Kemudian Anak Datuk Sati Keponakan Dati Paduka Konoro Pun Ingin
Minta Jabatan Pula Dan Sukunya Di Situ, Seperti Halnya Anak Datuk Paduka Konoro
Keponakan Dari Datuk Siti Yang Tinggal Di Pakis, Yang Sudah Dapat Gelar Dan
Pangkat. Tidak Lama Maka Di Lengkapilah Oleh Anak Datuk Siti Alat Penyembahan
Yang Di Bawa Oleh Datuk Sati Dan Datuk Paduka Konoro Ke Datuk Bendahara Di
Ujung Batu Untuk Membawa Persembahan Dan
Menghadap Yang Dipertuan Besar Gudimat. Sesampai Di Situ Datuk Bendahara Pun
Mempersembahkan Hal Tersebut, Yang Di Pertuan besar Pun Setuju Dan
Di Berikan Gelar Datuk Bendahara Raja.
Sedangkan Kerbau Persembahan Tadi
Tidaklah Di Potong, Tapi Di Gantikan Dengan Uang Enam Real. Itulah Yang Di
Namakan Orang Kerbau Kurus, Setelah Persembahan Itu Selesai Dan Telah Mendapat
Pangkat Atau Gelar Serta Kekuasaan Tempat Berladang (Ulayak ) Mereka Kembali Ke
Pakis Dan Anak Datuk Sati, Keponakan Datuk Paduka Konoro Pulang Ke Pemandang.
SEDANGKAN HAK KE KERAJAAN ANAK PAKIS TEMPAT BERLADANG ( ULAYAT )
Sebelah Timur berbatasan dengan
Penghulu Sepuluh Rokan lubuk dua ,Sepanjang Sungai Rokan
Sebelah Barat berbatasan dengan mulai dari Dari Hulu Sungai Pakis
Sampai Lubuk Rao Bukit Simelembu
Sebelah Utara berbatasan dengan Si Jernih Bukit Potomeh Kurungan
Kambing
Sebelah Selatan berbatasan dengan Naro Kayo Pematang Kancah Pemandang
Itulah Adanya Ceita Sejarah Turun
Temurun Sampai Sekarang. Sejak Masuknya Zaman Patih Ke Luhak Rokan Maka
Kampung-Kampung Yang Ada Di Luhak Rokan Mulailah Goyang Ada Yang Pindah Ke Tempat Lain Penduduknya
Mulai Rusuh Ke Hidupan Semakin Sulit. Maka Suatu Ketika Setelah Selesai Suluk
Maka Di Buatlah Jamuan Makan Bersama, Ada Salah Satu khalifah Bergelar
Tengku Jolelo Adik Datuk Bendahara Raja
Yang Tinggal Di Pakis Suku Caniago Berkatap-Kata Apabila Nanti Kampung Ini
Sudah Semakin Sulit Kehidupan Disini Ku Harap Pada Anak Cucu Ku, Untuk Hijrah
Ke Penyiraman Sungai Yang Besar Supaya Mudah Di Jangkau Orang Banyak. Tempat
Perbelajaan Dekat. Maka Dari Situ Banyaklah Yang Pindah Meninggalkan Kampung
Pakis, Adapun Pihak Suku Caniago Sebagian Pindah Ke Pemadang Di Bagian Pindah
Membuat Kubu-Kubu Bersama Pihak Suku Melayu. Keturunan Datuk Bendahara Muda
Pakis, Keponakan Dari Datuk Sati.
Sejak
Di Angkatnya Raja Yang Di Pertuan Sakti Ibrahim Di Persembahkan Oleh Datuk
Bendahara Muda
PADA RAJA YANG DIPERTUAN SATI IBRAHIM
Untuk Membuat Kampung di Atas Sedikit
Sungai Pakobuk Sekarang. Dulu
Hanya Kubu-Kubu Di Ganti Dengan Pablik. Lebih Kurang Tahun 1903, Sampai Perang
Jepang Tahun 1943 dan sampai Sekarang ini Zaman Reformasi dan Terakhir Pimpinan Ninik Mamak Pemangku Adat Pakis Lama
–Pakobuk Desa Tanjung Medan
Adalah Datuk Bendaharo Mudo Amirudin yang serah
terimakan dari Datuk Bendaharo Mudo Amro .
Keberadaan Komunitas Masyarakat adat Ninik mamak Kampung Lama Pakis juga di Ceritakan Pada
BUKU SURAT PAPARAN ASAL USUL RAJA DAN HAMBA RAKYAT LUHAK ROKAN IV KOTO YANG DI CERITAKAN OLEH YANG
DI PERTUAN SAKTI IBRAHIM PADA TAHUN 1902 .
tulisannya sangat bagus bang...saya sudah baca juga alih bahasa BUKU SURAT PAPARAN ASAL USUL RAJA DAN HAMBA RAKYAT LUHAK ROKAN IV KOTO YANG DI CERITAKAN OLEH YANG DIPERTUAN SATI RAJO ROKAN terbitan DEPDIKBUD tahun 1996.. Tetapi bahasan tentang kampung pankih, pemandang, tanjung medan dan kampung dasan sangat sedikit..kalau boleh tau cerita yang tertulis di atas sumber nya dari mana bng..TABIK.
BalasHapus