Minggu, 28 September 2014

CERITA PAPARAN KAMPUNG PAKIS OLEH DIPERTUAN SAKTI SELO TAHUN 1739

                                   INILAH CERITA JERAI PAPARAN
                          KAMPUNG LAMA PAKIS ( KAMPUNG LAMA PAKIS )
             YAITU DI ZAMAN RAJA YANG DIPERTUAN SAKTI YANG NAMANYA”
             SELO – RAJA KE 8 (DELAPAN) LUHAK ROKAN IV KOTA TAHUN 1739
 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



  Ini   Diceritakan Oleh Raja  Rokan yang Ke 8 yang Dipertuan  SELO ,yang memerintah Sekitar Tahun 1739  sampai dengan 1805  

Pada Beberapa abad yang lalu ,Ada Sekelompok Dari Kota Raja Gerantung Rao Dan Langgung Kira-Kira Ada 12 Kepala Keluarga Terdiri Dari Laki-Laki Dan Perempuan. Mereka Ada Dua Persukuan Melayu Dan Caniago. Mereka Berangkat Dari Kediamannya Mau Cari Tempat Berkampungnya Arah Mendaki Ke Atas Bukit Semelumbu Dan Menelusuri Sampai Ke Ujung Bukit Tersebut. Turun Kebawah Tempatnya Ke Hulu Sungai Bungo Pasir Pengarayan. Mereka Bermalam Disana Ada Beberapa Bulan Mereka Disana,  Karena Terlalu Dekat Didaerah Orang Lain, Sedangkan Mereka Tidak Tahu Kampung Apa Namanya Tersebut, Maka Mereka Mencari Tempat Yang Agak Jauh Dari Situ, Dan Takut Mengganggu Keamanan Orang-Orang Kampung Tersebut.

           Di Ceritakan, Maka Pindahlah Ke Bukit Sebelah Air Sungai Bungo Tersebut, Maka Bertemulah Sebuah Sungai Yang Air Bersimpang Dua, Sebelah Kiri Airnya Berwarna Kuning- Dan Yang Sebelah Kanan Airnya Berwarna Putih Bersih. Mereka Dan Rombongan Terheran-Heran Engapa Air Ini Tidak Sama. Dan Di Telusuri Pemantang Tadi Kearah Hilir Sungai Tersebut Untuk Mencari Tempat Bermalam.  Maka Tidak Laa Kemudian Bertemulah Mereka Suatu Tempat Dataran Yang Agak Tinggi, Maka Bermalamlah Mereka Di Situ. 

Keesokan Harinya Ketua Rombongan Berjalan Di Sekitar Tempat Itu, Maka Nampaklah Oleh Mereka Di Seorang Sungai Yang Mereka Bermalam Tadi Lebih Bagus Datarannya Luas Nampak Disitu Ada Batu-Batu Besar Tetapi Ingin Menyebrang Tidak Berani, Air Itu Agak Besar Dan Dalam Jadi Oleh Ketua Rombongan Maka Di Tumbang lah Salah Satu Batang Pakis SEBAGAI jEMBATAN UNTUK MENYEBERANGI SUNGAI ITU, SEMENJAK ITULAH DI SEBUT SUNGAI ITU SUNGAI PAKIS DAN MEMBUAT PERKAMPUNGAN YANG DI SEBUT NAMANYA KAMPUNG PAKIS SAMPAI SEKARANG .   Untuk Jalan Keseberang Menengok Tanah Hamparan Yang Agak Luas Dari Yang Pertama Mereka Temui Tadi Maka Sampailah Mereka Kesebarang. Sesampai Di Sana Maka Menebas Mereka Untuk Kebun Dan Berladang. Sedangkan Berbelanjaan Masih Ke Pasir Pengaran Begitulah Dekatnya Sungai Bungo Dengan Sungai Pakis Tadi, Maka Semenjak Di Tumbang Batang Pakis Tadilah Baru Di Beri Nama Sungai Batang Pakis Tersebut, Sebelumnya Belum Tahu Nama Sungai Tersebut.

            Arkian Kesal Tersebut Makin Lama Makin Berkembang Ladang Mereka Hasilnya Mencukupi Kebutuhan Mereka Tinggal Disana. Lama Kelamaan Mereka Yang 15 Kepala Keluarga Tadi Semakin Banyak Semakin Berkembang Maka Di Bantulah Kubu-Kubu Sebelah Kanan,  Dan Sebelah Kiri Batang Sungai Pakis Tersebut. Karena Tadi Di Ceritakan Diatas Ada Dua Persukuan, Maka Suku Melayu Menempati Sebelah Kiri Sungai Pakis Dan Sebelah Kanan I Tempati Oleh Suku Caniago.  Jadi Oleh Ayah Datuk  Sati Namanya Caniago Maka  Istrinya Tntu Orang Suku Melayu. Anaknya Adalah Datuk Sati,( Datuk Sati ) Suku Melayu Dan Begitu Pulayang Lain.  Ayah Datuk Paduka Konoro Dan Ayah Dari Paduka Konoro Melayu Maka Istrinya Suku Caniago Anaknya Datuk. Paduka Konoro Suku Caniago, Mereka Kawin Ambil Mengambil ( Kawin Silang ). Adik Dari Ayah Datuk Sati Yang Perempuan Di Kawini Oleh Ayah Datuk Paduka Konoro Anaknya Datuk Sili. Sedangkan Adik Perempuan Dari Ayah Datu. Paduka Konoro Di Ambil Oleh Ayah Datuk Sati, Anaknya Datuk Paduka Konoro. Lama Kelamaan Semakin Bertambahlah Pendek Kubu-Kubu Tersebut

, Di Ceritakan, Maka Bertambah Luas Pula Tempat Tinggal Mereka, Maka Oleh Ayah Datuk Sati Di Buatlah Namanya Kampung Pakis. Penduduk Semakin Ramai, Hasil Padi Semakin Menjadi-Jadi Kampung Tersebut Amatlah Rukun Dan Damai. Pada Suatuhari Ibu Dari Datuk Sati Pergi Keladang Tidak Terlalu Jauh Dari Rumah Mereka, Sedangkan Ibu Dari Datuk Paduka Konoro Pun Demikian Pula Karena Padi Mereka Sangat Baik Pertumbuhannya Tentu Haruslah Di Siangi Jadi Sepinggal Mereka Ke Ladang Ada Dua Orang Adik Dari Datuk Sati Dengan Datuk Paduka Konoro Tinggal Satu Rumah. Karena Mereka Sudah Agak Besar Kira-Kira Umur 6 (Tahun) Tahun Jadi Nama Adik Datuk Sati Adalah Taruh Suku Melayu Sedangkan Nama Adik Datuk Paduka Konoro, Mondan Suku Caniago, Sepeninggal Mereka ( Ibunya ) Keladang Mereka Taruh Dengan Mondan Asyik Bermain Bengkek Lempar-Lemparan Supaya Yang Kena Induk Dari Bengkek Tadi Maka Di Ambilah Milik Semuanya ( Seperti Permainan Kelengreng Sekapang ) Lama Kelamaan Bermain Bengkek, Habislah Bengkek Si Mondan Tadi Adik Datuk Paduka Konoro, Memanglah Taruh Adik Datuk Sati. Karena Masih Ingin Bermain Lagi, Si Mondan Minta Kembali Lagi Bengkeknya Sama Taru. Si Taruh Pun Tidak Mau Memberi Mondan. Jadi Marahlah Mondan Pada Taruh, Taruh Pun Lari Ke Sebalik Pintu, Mondan Pun Tak Habis Akal, Di Ambil Sebilas Tajak Untuk Menjiangi Padi Yang Lain Di Rumah Itu. Di Pukulnya Padi Si Taruh Karena Kebagian Kepala Tepatnya Ubun-Ubun Taruh, Maka Keluarlah Darah Membasahi Badan Si Taruh, Taruh Pun Pingsan Di Balik Pintu Tadi, Mondan Pun Lari Entah Kemana, Setelah Terduga Oleh Si Ibu Mondan Tadi Tagis Maka Bergegas Pulang Bahwa Anak Yang Di Tinggal Tadi Telah Brkelahi, Sesampainya Si Rumah Di Tengok/Lihat  Rupanya Si Taruh Teleh Basa, Taruh Tidak Bisa Bicara Lagi, Ibu Mondan Pun Ketakutan Menengoknya/Mlihatnya Di Pandangnya Anak Si Mondan Tidak Ada Di Rumah Sudah Lari. Di Panggilnya Ibu Si Taruh Kalau Anaknya Sudah Basah, Datanglah Ibu Taruh Menengok/Melihat Darah Di Sekujur Tubuh Anaknya, Lalu Di Pampanlah Darah Tersebut Berhenti. Tidak Lama Kemudian Si Taruh Pun Siuman Dari Pingsannya, Setelah Dia Bisa Bercerita Di Ceritakanlah Apa Yang Terjadi Pada Mereka Tadi. Oleh Sebab Itu Si Taruh Anaknya Di Bawa Pulang Keseberang Sebelah Kiri Sungai Pakis. Setelah Sore Maka Pulnglah Ayah Mereka Dari Mencari Rotan Dan Damar.

 Di Ceritakalah Oleh Ibu Si Mondan Pada Suaminya Bahwa Anak Kakaknya Itu Di Bacok Oleh Si Mondan Kena Kepala, Ayah Si Mondan Langsung Ke Seberang Tempat Keponakannya Itu Si Taruh. Menengok/Melihat Keponakannya Itu Si Taruh Semakin Parah, Ayah Mondan Pun Menangis Mita Penyembahan Hutang Adat, Di Waktu Itu Maka Esok Harinya Di Kumpulkannya Orang Banyak Di Jamu Si Taruh Dia Orang Kampung Tersebut, Di Jatuhkan Hutang Pada Mondan Membayar Sepolagak Pakaian Dan Telengkung,  Tidak Cukup Itu Saja Di Tambah Lagi Uang, Setelah Beberapa Minggu Hutang Tersebut Telah Di Kukuhkan Pada Si Mondan Adik Datuk Paduka Konoro, Kepada Si Taruh, Si Taruh Pun Sakit Semakin Panas Karena Lukanya Sampai Ke Otak, Otaknya Bercampur Darah Dan Tidak Terselamatkan Maka Akhirnya Si Taruh Meninggal. Setelah Meninggal Si Taruh Hutang Uang Pun Belum Terbayarkan Pada Kakaknya Itu, Maka Di Patuskanlah  Oleh Ayah Datuk Paduka Konoro Untuk Memeberi Setumpuk Goran Rotan Miliknya Pada Kakanya Datuk Sati Dan Juga Sama Tanah Yang Ada Di Sebelah Kanan Pakis Di Bawah Bukit Pematang Kauah Sekarang. Jadi Sejak Saat Itu Sungai Pakis Di Kuasai Oleh Pihak Suku Melayu Semuanya. Tetapi Ereka Tetap Hidup Rukun Da Damai, Permasalahan Itu Adalah Adik Beradik Semomondo Kesomondo Tidak Ada Prubahan Tetap Seperti Sedia Kala.
             Arkian Kisah Ini Di Ceritakan Semakin Lama Semakin Ramai Masyarakatnya Semakin Makmur Percahariannya Di Sana Adalah Mencari Damar Mata Kucing Dan Rotan Juga Memotong Getah Taban, Di Beli Oleh Orang-Orang Yang Datang Di Sana Yang Ikut Berdagang. Adapun Di Situ Ada Jalan Setapak Antara Rokan Iv Kota Ke Luhak Rambah. Dari Rokan –Kota-Sijernih- Bukit Pematang Petomeh- Luntik Tomosu-Pemantang Sopan Sili Adik Air Sungai Hitan Pematang Penyebab Uangnya- Kampung Pakis- Pematang Kaucah- Pemantang Pemantang Pantian Kosik Ke Paoh Rambah. Inilah Jalan Alternatif Di Zaman Itu Selain Jalan Sungai Rokan, Orang Berdagang Melewati Jalan Tersebut Ingin Ke Luhak Rokan Atau Ke Luhak Rambah. Orang-Orang Di Kampung Pakis Sangatlah Penatik Agama. Taat Tetapi Adalah Keras Orang-Orang Pedagang Lewat Tidak Boleh Tanpa Oermisi Suara Sopan Dan Baik, Kita Tidak Boleh Lewat Menyisingkan Kaki Celana Ataupun Baju Apabila Pedagang Lewat Menyusungkan Kaki Celana Di Tuduh Menjelekan Kampungnya Kotor, Bila Kita Di Lipat Kaki Celana Di Tuduh Pula Kita Sombong, Melipatkan Lengan Baju Di Kira Pula Kita Menghinakan Jantan/Lelaki Mau Cari Lawan Katanya, Itulah Yang Terjadi Waktu Itu Di Kampung Pakis. Semakin Kuatnya Agama Saat Itu Semakin Hilang Jugalah Kebiasaan Seperti Tadi Di Sebut Di Atas. Orang-Orang Berdatangan Dari Mana-Mana Hendak Ke Kampung  Pakis Guna Untuk Menuntut Ilamu, Ilmu Tarikat Dan Ilmu Suluk Semakin Lama Semakin Membaik Rejeki Murah. Padi Masyarakat Pun Menjadi-Jadi Buahnya Semakin Tahun Semakin Membaik, Ikan Pun Di Sungai Pakis Banyak, Suatu Malam Bermimpilah Istri Dari Datuk Paduka Konoro, Anak Yang Dari 15 Tadi, Tapi Tentunya Dari Suku Melayu. Adik Dari Padaanak Istri Ayah Datuk Paduka Konoro. Dia Bermimpi Bahwa Ada Induk Emas Murni Di Bawah Batu Besar Tungga Tersebut, Minta Di Darahi Batu Tungga Tersebut Tempat Di Mana Dia Di Dalamnya.

               Ke Esokan Harinya Di Ceritakanlah Pada Datuk Paduka Konoro Hal Tersebut, Mau Tidak Mau Di Carikanlah Oleh Datuk Konoro Ular Uba. Dia Apabila Di Potong-Potong Mengeluarkan Getah Merah Serperti Darah. Itulah Yang Di Jadikan Pengganti Darah Kambing Tersebut. Hal Ini Tidak Di Ceritakan Pada Siapa Pun Karena Takut Apabila Tidak Ada Nanti Malu Sama Orang-Orang Yang Mengetahuinya. Bahkan Sama Abangnya Pun Datuk Sati Tidak Di Ceritakan Prihal Mimpinya Itu. Suatu Hari Setelah Di Ceritakan0leh Suaminya Akan Uba Tersebut Di Tumbuklah. Pagi Itu Oleh Istrinya Datuk Paduka Konoro, Orang Melayu, Tentunya Sepeninggal Suaminya Itu Mencari Damar Dan Rotan. Maka Oleh Istri Datuk Paduka Konoro Di Siramkanlah Ke Atas Batu Tungga Tadi Tidak Lama Kemudian Terdengarlah Ada Bunyi Yang Keluar Dari Bawah Batu Tersebut Menggelegar. Batupun Bergoyang, Di Perdulikan Oleh Istri Datuk Konoro Tadi, Rupanya Benar Sebongkah Emas Murni Keluar Seperti Logam  Tempat Gilingan Cabe Berwarna Kuning Bercahaya. Oleh Istri Datuk Paduka Konoro Di Pangkulah Benda Tersebut Tetap Di Rahasiakan Oleh Istri Datuk Paduka Konoro, Bersama Keluarganya. Tapi Datuk Sati Sudah Tahu, Dia Merasa Iba Kenapa Saya Atau Kelurga Saya Tidak I Ikut Sertakan Dalam Hal Tersebut Atau Di Kasih Tahu Kalau Dia Sudah Mendapat Sebongkah Emas Murni Dari Bawah Batu Tersebut. Tersinggung/Kesal Dalam Hati Tapi Tidak Kelihatan. Keesokan Harinya Bikin Jemuran Istri Dari Datuk Paduka Konoro, Setelah Setengah Hari Jemuran Padinya Kering. Di Bangkitlah Jemuran Tersebut, Setelah Sholat Duhur Di Tumbuklah Padi Tersebut, Di Waktu Menumbuk Tadilah Datuk Paduka Konoro Bersama Istrinya. Cerita Punya Cerita Terarah Ke Emas Yang Di Dapat Kemaren, ( Pikiran Saya Mimpi Itu Hanya Bunga Tidur Saja, Tidak Mungkin Semudah Itu Rasanyadapat Emas Sebesar Itu. Rupanya Mau Juga Tertipu Darah Akar Uba Di Kiranya Darah Kambing, Ialah Kata Datuk Tadi Saat Sekarang Di Mana Pula Kita Mau Carikan Kambing Terpaksalah Darah Uba Ku Carikan Untuk Mengantinya ) Percakapan Selesai. Terdengarlah Suara Meronta Di Tang Sangga Tadi. Nampaklah Emas Seperti Logan Tadi Putus Dari Ikatannya, Berputar Ke Bawah Menuju Kearah Batu Tungga Tadi. Istri Datuk Sati Mengejar Kehalaman Ke Arah Emas Itu, ( Emas Itu Pergi Katanya ) Di Pukulah Hulu Yang Di Pegangnya Ke Arah Emas Itu, Maka Kepinglah Emas Yang Tadinya Seperti Logan. Sebesar Tiga Jari Itu Dapat Sama Istri Datuk Paduka Konoro. Yang Lainnya Terus Berputar Ke Arah Batu Tungga Tersebut. Sampai Saat Ini Belum Pernah Muncul, Tetapi Taik Emas Tersebut Masih Ada Karena Pernah Orang Mencoba Mencari Emas Di Bawah/ Hilir Batu Tersebut. Dengan Cara Enginang Mereka Katanya Banyak Yang Dapat Tapi Tidak Di Perbolehkan Oleh Anak Cucu Pakis Tersebut Untuk Di Ambil.

          Arkian Kisah Kampung Pakis Semakin Tersohor,
Orang Di Sana Sangat Terkenal Dengan Ilmu Terikatnya, Tenaga Dalam Mereka Sangat Kuat, Tahan Kulit Dan Lain Sebagainya.
 Dengan Banyaknya Penduduk Tinggal Di Sana, Sedangkan Tempat Berladang Belum Begitu Luas, Kemudian Ada Yang Pindah Kesadaran Namanya Sebagian Berladang Di Sana Namun Tidak Lama Kemudian Kira-Kira Tiga Tahun Kembali Lagi Ke Kampung Asalnya Yaitu Kampung Pakis. Yang Pergi Itu Adalah Suku Caniago Keluarga Anak Datuk Sati Tidak Lama Kemudian Maka Terpikirlah Pula Oleh Datuk Sati Dan Datuk Paduka Konoro Ingin Meminta Hutan Tanah Seperti Layaknya Empat Kota Di Bawah. Satu Ketika Berkumpulah Pemuka-Pemuka Tokoh-Tokoh Di Sana Untuk Meminta Hutan Tanah, Serta Pangkat Pada Kampung Yang Di Tunggunya Itu Kepada Raja. Namun Untuk Membali Seekor Kerbau Bukanlah Mudah, Uang Emas Dua Puluh Real Dan Serta Alat Pemasak Beras Secukupnya. Maka Anak Cucu Tokoh Di Situ Bergotong Royong Untuk Mencari Batang Ami, Untuk Di Buat Tali Penjahit Serbaguna, Ada Yang Gotong royong  Mencari Dawar Sedikit Demi Sedikit Di Kumpul, Setelah Kira-Kira Cukup Dananya Untuk Persembahan Tersebut Maka Di Jualah Tali Ami Tadi Di Damar Tersebut, Di Belikan Kerbau 1 ( Satu ) Ekor, Emas Dua Puluh Real Serta Dan Alat Masak Secukupnya. Maka Orang Pakis Tokoh-Tokohnya Hilirlah

KE UJUNG BATU Koto tinggi lubuk bendahara  MENEMUI datuk BENDAHARA. , MINTA DI BAWA untuk MENGHADAP YANG DIPERTUAN BESAR NAMANYA GUDIMAT.

  Setiba  Di Situ Bendahara Ujung Batu Membawa Mereka Yang Dipertuan, Serta Mempersembahkan Yang Di Bawa Orang Itu Lalu Maksud Ingin Meminta Hutan Tanah Dan Pejabat/Gelarnya Waktu Itu. Yang Dipertuan Gudimat Pun Menerimanya Dengan Baik, Dan Seterusnya  Yang Dipertuan Pun Dari Ujung Batu Gudimat Memeberi Gelar Atau Pangkat Kepada Utusan Tersebut Yaitu Tepatnya  Keponakan Dari Datuk Sati, Di Beri Gelar / Pangkat Datuk Bendahara Muda.

                         Setelah Permintaan Rombongan disetujui maka oleh Datuk Sati Di Beri Gelar Dan Pangkat ,Maka Mereka Kembali Pulang Ke Kampung Pakis. Demikianlah Orang Kampung Pakis Meminta Sukunya Pada Saat Itu pada Raja Dan Setelah Dapat
GELAR DATUK BENDAHARA MUDA DI PAKIS

Mulailah Memerintah, Selang Beberapa Tahun Masyarakatnya Semakin  Bertambah Kemakmuran Rakyatnya Semakin Membaik Pada Suatu ketika Anak Dari Datuk Sati Keponakan Dari Datuk Paduka Konoro Ingin Bersuku Pula Dan Punya Gelar Namun Tidak Mungkin Satu Kampung Satu Ketua Sukunya Atau Pemimipinnya, Jadi Oleh Sebab Itu 

Datanglah Datuk Paduka Konorok pada Datuk Sati, Bahwa Anak Datuk Sati Keponaka Datuk Paduka Konoro Meminta Pula Jabatan Dan Pangkat Yang Sama Sepert Anak Datuk Konoro  Keponakan Dari Datuk Sati Tadi. Maka Berangkatlah Datuk Dan Datuk Paduka Konoro Dan Datik Bendahara Muda Untuk Mencari Tanah Buat Di Jadikan Kampung.

Pergilah Naik Bukit Gunung Kancah  Tegak Kedepan, Tidaklah Nampak Juga Akan Di Jadikan Tapak Perkampungan, Tetapi Karena Anak Datuk Sati Keponakan Dari Datuk Paduka Konoro Tetap Mau Pindah Juga Maka Di Buatlah Kampung Di Sekitar Daratan Sungai Mayau Yaitu Kampung Selasi Karena Disitu Ada Satu Pohon  Selasi Besar Batangnya Di Namakanlah Kampung Salasi Tidak Lama Di Situ Kampung Tersebut Di Olah Oleh Semut Gatel, Semua Rumah Di Panjat Kesitu Semut Gatal Tersebut. Bila Dia Menggigit, Gigitannya Itu Terasa Gatal Sekali, Akhirnya Pindah Ke Hilir Anak Sungai Yang Agak Besar Itu, Di Sana Ada Air Terjun ( Sersah ) Maka Kampung Itu Di Namakan Kampung Limabung,

 Namun Juga Tidak Lama Bertahan Disana. Maka Pulanglah Kembali  Anak Datuk Sati, Keponakan Dari Datuk Paduka Konoro Ke Kampung Lama Pakis dan memberi Kabar Bahwa Bukan Ada Yang Cocok Untuk Di Jadikan Perkampungan. Keesokan Harinya Di Kabarkanlah Oleh Datuk Sati Untuk Mufaka/Musyawara Mencari Tempat Perkampungan Kembali, Maka Datuk Sati  Dan Datuk Paduka Konoro Serta Tokoh Pakis Pergi Kesebelah Bukit Yang Kancah Turun Dan Naik Ke Suatu Bukit Yang Tinggi, Sesampai Diatas Layangkanlah/Melepas Pandangan Ke Kiri Dan Ke Kanan, Namun Tiada Nampak Ada Hambaran Yang Baik Sepanjang Kaki Gunung Itu. Di Kelok-Kelokan Air Di Kaki Gunung Itu Baik Di Jadikan Kampung Maka Disitulah Terjadinya Kampung Pemandang Yaitu Pemandangan. Dari Bukit Yang Tinggi. Gunung Itupun Diberi Nama Gunung Pemandang Sampai Sekarang. 

Setelah Dapat Maka Di Tebaslah Oleh Rombongan Tadi Dan Datuk Sati, Datuk Paduka Konoro Serta Rombonganya Pun  Kembali Naik Ke Gunung Kancah. Lebih Kurang 2 ( Dua ) Tahun Kemudian Anak Datuk Sati Keponakan Dati Paduka Konoro Pun Ingin Minta Jabatan Pula Dan Sukunya Di Situ, Seperti Halnya Anak Datuk Paduka Konoro Keponakan Dari Datuk Siti Yang Tinggal Di Pakis, Yang Sudah Dapat Gelar Dan Pangkat. Tidak Lama Maka Di Lengkapilah Oleh Anak Datuk Siti Alat Penyembahan Yang Di Bawa Oleh Datuk Sati Dan Datuk Paduka Konoro Ke Datuk Bendahara Di Ujung Batu Untuk Membawa Persembahan  Dan Menghadap Yang Dipertuan Besar Gudimat. Sesampai Di Situ Datuk Bendahara Pun Mempersembahkan Hal Tersebut, Yang Di Pertuan besar Pun Setuju Dan 

Di Berikan Gelar Datuk Bendahara Raja.

Sedangkan Kerbau Persembahan Tadi Tidaklah Di Potong, Tapi Di Gantikan Dengan Uang Enam Real. Itulah Yang Di Namakan Orang Kerbau Kurus, Setelah Persembahan Itu Selesai Dan Telah Mendapat Pangkat Atau Gelar Serta Kekuasaan Tempat Berladang (Ulayak ) Mereka Kembali Ke Pakis Dan Anak Datuk Sati, Keponakan Datuk Paduka Konoro Pulang Ke Pemandang.

SEDANGKAN HAK KE KERAJAAN ANAK PAKIS TEMPAT BERLADANG ( ULAYAT )
Sebelah Timur  berbatasan dengan Penghulu Sepuluh Rokan lubuk dua ,Sepanjang Sungai Rokan
Sebelah Barat berbatasan dengan mulai dari Dari Hulu Sungai Pakis Sampai Lubuk Rao Bukit Simelembu
Sebelah Utara berbatasan dengan Si Jernih Bukit Potomeh Kurungan Kambing
Sebelah Selatan berbatasan dengan Naro Kayo Pematang Kancah Pemandang

Itulah Adanya Ceita Sejarah Turun Temurun Sampai Sekarang. Sejak Masuknya Zaman Patih Ke Luhak Rokan Maka Kampung-Kampung Yang Ada Di Luhak Rokan Mulailah Goyang  Ada Yang Pindah Ke Tempat Lain Penduduknya Mulai Rusuh Ke Hidupan Semakin Sulit. Maka Suatu Ketika Setelah Selesai Suluk Maka Di Buatlah Jamuan Makan Bersama, Ada Salah Satu khalifah Bergelar 

Tengku Jolelo Adik Datuk Bendahara Raja Yang Tinggal Di Pakis Suku Caniago Berkatap-Kata Apabila Nanti Kampung Ini Sudah Semakin Sulit Kehidupan Disini Ku Harap Pada Anak Cucu Ku, Untuk Hijrah Ke Penyiraman Sungai Yang Besar Supaya Mudah Di Jangkau Orang Banyak. Tempat Perbelajaan Dekat. Maka Dari Situ Banyaklah Yang Pindah Meninggalkan Kampung Pakis, Adapun Pihak Suku Caniago Sebagian Pindah Ke Pemadang Di Bagian Pindah Membuat Kubu-Kubu Bersama Pihak Suku Melayu. Keturunan Datuk Bendahara Muda Pakis, Keponakan Dari Datuk Sati.
 Sejak Di Angkatnya Raja Yang Di Pertuan Sakti Ibrahim Di Persembahkan Oleh Datuk Bendahara Muda
PADA RAJA YANG DIPERTUAN SATI IBRAHIM 

Untuk Membuat Kampung di  Atas Sedikit  Sungai Pakobuk  Sekarang. Dulu Hanya Kubu-Kubu Di Ganti Dengan Pablik. Lebih Kurang Tahun 1903, Sampai Perang Jepang Tahun 1943 dan sampai Sekarang ini Zaman Reformasi dan Terakhir Pimpinan Ninik Mamak Pemangku Adat Pakis Lama –Pakobuk Desa Tanjung Medan

Adalah Datuk Bendaharo Mudo Amirudin yang serah terimakan dari Datuk Bendaharo Mudo Amro .

Keberadaan Komunitas Masyarakat adat Ninik mamak Kampung Lama Pakis juga di Ceritakan Pada 

BUKU SURAT PAPARAN ASAL USUL RAJA DAN HAMBA RAKYAT LUHAK ROKAN IV KOTO YANG DI CERITAKAN OLEH YANG

DI PERTUAN SAKTI IBRAHIM PADA TAHUN 1902 .                                                                                                                      


1 komentar:

  1. tulisannya sangat bagus bang...saya sudah baca juga alih bahasa BUKU SURAT PAPARAN ASAL USUL RAJA DAN HAMBA RAKYAT LUHAK ROKAN IV KOTO YANG DI CERITAKAN OLEH YANG DIPERTUAN SATI RAJO ROKAN terbitan DEPDIKBUD tahun 1996.. Tetapi bahasan tentang kampung pankih, pemandang, tanjung medan dan kampung dasan sangat sedikit..kalau boleh tau cerita yang tertulis di atas sumber nya dari mana bng..TABIK.

    BalasHapus